`

`

Menulis bersama Cinta

Aku akan menulis bersama cinta. Itu kalimatku. Ini langkah pertamaku untuk memulai merangkai kembali segala ide ini. Semoga memberi manfaat pada kita semua. Memberi manfaat pada dunia.

Usiamu Bertambah, Cinta

Perasaan menemukan ruang untuk menulis ini ketika aku harus memikirkan satu ruang untuk menempatkan ucapan “Selamat Milad ke-23” kepada dikau, istriku sepanjang sejarah.

Dia Hadir Lagi

Malam ini kenapa rasanya ia hadir lagi mengisi ruang rindu ini. Setelah setahun lebih dia meninggalkan kami dengan senyum kasih sayangnya. Entah apa gerangan yang membuat air mata ini tiba-tiba menetes di sudut mataku. Tiba-tiba aku merindukannya.

Menikah Mengajarkan Banyak hal

Menikah seharusnya difahami sebagai lompatan menuju keridhaan dan surga Allah yang tidak pernah putus kenikmatannya. Maka dalam melewatinya semestinya bertabur amal sholeh.

Memaknai Tahun Baru 2014

Silahkan tulis mimpimu. Yakinlah bahwa ini hal terkecil yang bisa kita lakukan untuk merubah keterpurukan menjadi kebangkitan. Kita tidak akan sampai di ujung titik kesuksesan jika kerja-kerja yang kita lakukan hanyalah berhenti pada kesibukan kita mendefinisi makna fundamental tentang hadapan kita saat ini.

Hanya Ingin Menulis

SAYA INGIN MENULIS. Adalah sebuah cita-cita akan perubahan yang pelan tetapi pasti. Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan.

Jejak Usia Menuju 29 Tahun

Sesaat,waktu seolah memberi ruang untuk berkontemplasi panjang,memandangi kembali jejak dan sisa perjalanan yang telah dilewati

Bunda Tersayang, Semangat dan Inspirasimu Selalu Hidup

Semoga semangat dan inspirasimu selalu hidup sampai generasi kami menggantikan peran-peran ini. Dan semoga Allah meridhainya. #Bundatersayang.Spesial untukmu #Bundatersayang, bahwa semoga Allah mengampuni dosamu dan menempatkan engkau ditempat yang terbaik. Amin

Catatan Perjalanan Ber-LSM

Sekedar mengenang jejak #berLSM yang telah setahun tidak ku geluti lagi.#berLSM Gerbang baru, tempatku menemukan warna-warni aktivitas yang tak asing.Aktivitas #berLSM memang fase tetapi bagiku untuk beberapa hal adalah seperti melanjutkan perjalanan. #berLSM itu; penuh dengan ruang-ruang dialektika,motivasi mengembangkan diri,dan egaliter.Ya sudah pasti kita bisa memelihara idealisme.

Jika Boleh Memilih (Part 1)

Jika boleh memilih, aku ingin kembali ke masa kecil. Disaat mengenyam bangku sekolah di Sekolah Dasar (SD). Hidup bagiku disaat itu adalah mandi pagi, berseragam dan berangkat sekolah. Bermain sesuka hati, belajar semampuku, makan lalu istirahat. Hidup mengalir tanpa beban. Yang ada adalah tumbuh dan besar ditengah orang-orang yang menyayangi.

Antara Pilihan

Tak ingin rasanya beranjak pergi meninggalkan persinggahan ini ruang sepi yang buatku terhenti diujung jejak-jejak perjalanan itu

Sepi ditengah Keramaian

Sepi ditengah keramaian ini semoga menjadi peristiwa-peristiwa yang indah jika dikenang kembali kelak. Bahwa bagian dari perjalanan ini adalah memupuk cinta diseberang pulau. Atau cinta bersemi dalam kejauhan. atau mungkin Cinta dalam ruang yang berbeda. Atau apapun lah yang menggambarkan cinta yang selalu membersamai waktu-waktu kami.

Untuk yang Terkasih

Sayang..Cinta itu menyembuhkan..ada yang beda saat dirimu hadir disini..dengan segunung rasa yang kau punya..kau menyebutnya cinta..ya sering sekali kau menyebut kata itu,menulisnya,mengungkapkannya,menuliskannya lagi,begitu,sering sekali,terus begitu,seperti tak mampu diungkap oleh kata,seperti tak selesai ditulis dengan pena.

9 Bulan Lagi Jadi Ayah

"Kak barusan saya test pack. Alhamdulillah positif..Sembilan bulan lagi sampean jadi abi..In shaa Allah..:)" Memang baru saja menyapa di perut ibunya. Belum genap sebulan. Masa-masa berat yang mesti dilewati dengan kesabaran. Semoga tidak ada halangan ataupun hambatan yang berarti. Selanjutnya harus mengatur aktivitas sebaik-baiknya sehingga dia tetap terpelihara hingga menjadi manusia seutuhnya dan hadir menyapa dunia. Amin

Dua Hari Cukup

Satu bulan berada berjauhan dan sudah saatnya waktu ini berdialog dengan cinta kembali. Membersamai hari-hari berdua bersamanya, kekasih hatiku. Aku meski sadar bahwa karena pertarungan ini masih berhelat maka tidak ada cukup waktu untuk menyapanya. Dua hari saja cukup untuk dia, untuk memupuk senyum dan bahagia dihatinya.

Dari Politik Ke Peradaban (part 1)

Semangat saya kembali ber-api membaca transkrip taujih @anismatta "Dari Politik ke Peradaban" dalam buku Integritas Politik dan Dakwah.Ini kira-kira isi taujih yang membuat saya bersemangat. Momentumnya tepat untuk membakar jiwa ditengah perang saat ini. Monggo dinikmati..Kedepan ada 3 cita-cita yang akan kita kejar, yaitu: cita-cita politk, cita-cita dakwah, dan cita-cita peradaban.

Dari Politik Ke Peradaban (part 2)

Cita-cita yang harus kita kejar yang ketiga adalah Cita-cita peradaban.Terjemahan implementasi dari apa yang disebutkan oleh Imam Hasan Al Banna sebagai cita-cita tertinggi dakwah kita,yaitu Ustaziatul Alam.Sementara sekarang peradaban barat tidak lagi mampu memberikan semua unsur yang diperlukan manusia untuk berbahagia.Sekarang ada kekeringan yang luar biasa. Sehingga yang dipikirkan oleh barat adalah mempertahankan hegemoni.

Merangkai Hidup Baru

#MerangkaiHidupBaru adalah episode baru yang aku adalah sutradara sekaligus pemainnya.Kenapa kok #MerangkaiHidupBaru padahal kan sudah 1 tahun lebih menikah? 1 tahun lebih menikah adalah episode yang berbeda karena muatan ujiannya berbeda.Kalau boleh aku ingin memberinya nama #MencariFormatHidup

Perjalanan Menuju Menang

Ingin mengurai satu demi satu cerita perjalanan #menang di 2014 ini. Karena ada banyak hikmah yang akan menjadi penguat langkah kedepan..Perjalanan ini harus dicatat karena ada pelajaran tentang perjuangan sungguh-sungguh kita untuk #menang..Kami ingin sefaham bahwa amanah berat ini adalah amanah semua..tugas saja yang beda..Masyarakat sudah tunggu bukti..semoga kami bisa amanah..Semoga ustad Nasaruddin diberi kuat,sehat, untuk penuhi dan perjuangkan hak rakyat.. Semoga istiqomah..Amin

Tebar Inspirasi Hingga Tak Terbendung

Tanggal 10 Mei 2014. Selamat Milad. Semoga usianya berkah. Semoga istiqomah. Semoga menjadi istri sholehah dan kemudian menjadi ibu teladan bagi anak-anaknya. Waktu-waktu belum habis untuk belajar semoga tetap mau belajar, semoga selalu memberi manfaat dimanapun, dan menjadi apapun. Tebar inspirasi hingga sekat tak mampu lagi membendungi arusnya.

Kamis, 28 Maret 2013

HARI INI SAJA



Hari ini saja..Saya akan memilih dan memperlihatkan sikap-sikap yang benar.
Hari ini saja..Saya akan menentukan dan menindak-lanjuti prioritas-prioritas penting.
Hari ini saja..Saya akan mengenali dan mengikuti panduan-panduan yang sehat.
Hari ini saja..Saya akan berkomunikasi dengan dan mengurus keluarga saya.
Hari ini saja..Saya akan melatih dan mengembangkan cara berpikir yang baik.
Hari ini saja..Saya akan membuat dan memegang komitmen-komitmen yang benar.
Hari ini saja..Saya akan meraih dan mengatur keuangan saya dengan benar.
Hari ini saja..Saya akan memperdalam serta mengamalkan iman saya.
Hari ini saja..Saya akan menginisiatifkan dan berinvestasi dalam hubungan-hubungan yang mantap.
Hari ini saja..Saya akan merencanakan dan meneladani kemurahan hati.
Hari ini saja..Saya akan merangkul dan mempraktekkan nilai-nilai yang baik.
Hari ini saja..Saya akan mengupayakan dan mengalami peningkatan-peningkatan.
Hari ini saja..Saya akan menindaklanjuti keputusan-keputusan ini dan mempraktekkan disiplin-disiplin ini, maka
Suatu hari kelak...Saya akan melihat hasil-hasil majemuk dari suatu hari yang dijalani dengan baik.

Ini Catatan yang bisa ku petik dari intisari bukunya John C.Maxwell yang berjudul Today Matters (Hari ini Penting). Buku ini sangat luar biasa. Karya emas yang hadirnya bisa bermanfaat menembus ruang dan waktu. Pada permulaan buku ini sengaja dihadirkan perspektif keliru menyangkut kesuksesan dan respon-respon-nya serta akibat yang muncul dari bangunan perspektif tersebut.

Buku ini bisa dimaknai sebagai sesuatu yang berkaitan erat antara rencana hari ini menentukan masa depan seseorang. Seperti yang pernah disampaikan oleh Hasan Al-Banna bahwa mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok. Atau dalam sebuah bukunya Rijalul Imam beliau pernah mendefinisikan masa depan dalam pemaknaan masa yang berbeda, salah satunya yang berkaitan dengan buku ini adalah Masa depan ada di masa kini. Artinya dalam beberapa ruang pandang orang melihat hari ini dan masa depan juga ditulis oleh John C.Maxwell dalam buku ini.

Buku ini penting dibaca oleh kita yang masih sedang mengumpulkan penggalan-penggalan sukses kecil menjadi kesuksesan makro. Kesuksesan yang membuat dunia akan selalu bercerita kepada manusia disetiap jaman setelah kita. Tetapi syaratnya adalah harus menyelami semua titik awal dari sebuah catatan dari buku ini.

Menarik!tidak diragukan tentang ide besar buku ini. Berawal dari membangun persepsi bahwa hari ini penting, lalu menggambarkan tentang aktivitas yang harus ditradisikan, membangun karakter, lalu memknai umpan balik dari perspektif tentang urgensi hari ini, sampai kemudian menikmati perjalanan hari yang selalu bermanfaat sampai kapanpun.

Dua belas prinsip utama harian yang ditulis menjadi titik ideal. Persoalan kemudian adalah kesungguhan ikhtiar untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip tersebut. Tetapi memang John menuliskan ada asumsi-asumsi yang harus selesai untuk mencapai setiap prinsipnya. John juga menyadari bahwa butuh waktu untuk menjiwainya menjadi sesuatu yang melekat dalam diri. Sehingga pada saatnya akumulasi dari ikhtiar ini menjadi sukses yang majemuk.
Semoga Bisa!!

Selasa, 26 Maret 2013

DI PENJARA, BERKHALWAT DENGAN RABB


Ketika hari ini membuka blog-ku, sama seperti biasanya aku selalu merasa terkesima memandangi keseluruhan wajahnya dari tampilan breaking newsmenu, kemudian melihat susunan postingan tulisan yang telah ku catat disetiap rehat jejakku sehari-hari, hingga ke kaki blog, rasa senang mewakili kepuasan hati atas karya ini. Satu rasa yang selalu ada ketika mulai mengetuk pintu blog ini adalah rasa puas karna sebagian besar jejak hidupku telah ku torehkan disini.

Aku terhenti agak lama ketika melihat update dari situs Bersama Bakwah, tentang Polemik PILGUB Jabar-tentang Kesaksian Palsu kubu Rieke. Awalnya ingin tahu tetapi setelah membaca sama sekali merasa biasa saja karena itulah wajah umum politik hari ini, sesuatu yang terkadang-ketika kita berdiri dibalik suara hati rakyat kecil kita tak sanggup mendengar, karena kepentingan telah membutakan mata para elit politik untuk sibuk dengan kepentingan pribadi dari pada mendengarkan keluhan para rakyat miskin di setiap sudut negeri ini.

Tidak lama aku pandanganku lalu bergeser pada satu entri terbaru dalam situs itu. Judulnya Kabar Terbaru Ustadz Lutfi dari Balik Jeruji. Saya lalu membuka entri ini. Saya mencatat kesan orang-orang yang membesuknya, sekaligus ungkap beliau tentang perubahan kualitasnya hariannya disana.

Rasa haru, bahagia, dan bangga meliputi kami semua ketika beliau menyalami, dan memeluk kami satu persatu seolah kami adalah sahabat lama walaupun banyak orang di dalam rombongan ini yang mungkin baru kali pertama bersua dengan beliau...

Suasana kekeluargaan sangat kental dalam pertemuan tersebut, beliau yang tampil dengan kemeja coklat bergaris terlihat lebih bugar dan enerjik...

"...Alhamdulillah berat ana turun 8 Kg, Hafalan semakin bertambah dan menguat, qiyamullail semakin panjang, 2 - 3 buku terbaca dalam 1 hari. Benarlah kata para Salafus Shalih bahwa dipenjaranya aktivis dakwah adalah kesempatan ia berkhalwat dengan Rabbnya..."

Sejauh ini kesan yang saya tangkap dari semua pemberitaan media tentang orang yang dipenjara karena berbagai kasus adalah kesan sedih, kesan duka, lalu kasihan karena hari-harinya begitu tersiksa. Belum lagi hukuman yang dijatuhkan nantinya. Ditambah dengan penderitaan keluarga karena harus ditinggal tidur di Penjara. Tetapi yang ini berbeda, justru kesan haru, bahagia sekaligus bangga. Nuansa perjuangan rasanya semakin erat karena kesan umum sebagai korban konspirasi sangat melekat bagi para kader yang mengunjunginya.

Satu lagi yang sangat luar biasa adalah semakin meningkatnya kualitas amal harian. Beliau mengutip kata Salafus Sholeh bahwa dipenjaranya aktivis dakwah adalah kesempatan berkhalwat dengan Rabbnya. Kemudian Hafalan semakin bertambah dan menguat, qiyamullail semakin panjang, 2 - 3 buku terbaca dalam 1 hari”. Itu yang beliau katakan tentang aktivitasnya selama di Penjara.

Luar biasa!!semakin menguatkan kita, ungkapan sederhana yang sekaligus menjadi penguat kita bahwa kualitas itu diasah dimanapun dan dalam kondisi apapun, karena sesungguhnya kita akan berhenti berproses, dan berbuat kebaikan setelah kita meninggalkan dunia ini.

Minggu, 24 Maret 2013

SAYA SUKA BACA INI

Oleh Anis Matta


Seseorang tidak menjadi pahlawan karena ia melakukan pekerjaan-pekerjaan kepahlawanan sepanjang hidupnya. Kepahlawanan seseorang biasanya mempunyai momentumnya. Ada potongan waktu tertentu dalam hidup seseorang dimana anasir kepahlawanan menyatu padu. Saat itulah ia tersejarahkan.

Akan tetapi, kita tidak mengetahui kapan datangnya momentum itu. Yaitu, kematangan pribadi dan peluang sejarah. Simaklah firman Allah SWT, “Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan….” (Al-Qashash: 14)Usaha manusiawi yang dapat kita lakukan adalah mempercepat saat-saat kematangan pribadi kita. Ini jenis kerja kapitalisasi asset kesejarahan personal kita. Yang kita lakukan di sini adalah mengumpulkan sebanyak mungkin potensi dalam diri kita, mengolahnya, dan kemudian mengkristalisasikannya. Dengan cara ini, kita memperluas “ruangan keserbamungkinan” dan sedikitnya membantu kita menciptakan peluang sejarah. Atau, setidaknya mengantar kita untuk berdiri dipintu gerbang sejarah.

Para pahlawan mukmin sejati tidak pernah mempersoalkan secara berlebihan masalah peluang sejarah. Kematangan pribadi seperti modal dalam infestasi. Seperti apapun baiknya peluang anda, hal itu tidak berguna jika pada dasarnya Anda memang tidak punya modal. Peluang sejarah hanyalah ledakan keharmonisan dari kematangan yang terabaikan. Seperti keharmonisan antara pedang dan keberanian dalan medan perang, antara kecerdasan dan pendidikan formal dalam dunia ilmu pengetahuan. Akan tetapi, anda harus memilih salah satunya, maka pilihlah keberanian tanpa pedang dalam perang, atau kecerdasan tanpa pendidikan formal dalam ilmu. Selebihnya, biarlah itu menjadi wilayah takdir dimana anda mengharap datangnya sentuhan keberuntungan.
Kesadaran semacam ini mempunyai dampak karakter yang sangat mendasar. Para pahlawan mukmin sejati bukanlah pemimpi di siang bolong, atau orang-orang yang berdoa dalam kekosongan dan ketidakberdayaan. Mereka adalah para petani yang berdoa ditengah sawah, para pedagang yang berdoa ditengah kecamuk perang. Mereka mempunyai mimpi besar, tetapi pikiran mereka tercurahkan sepenuhnya pada kerja. Sekali-kali mereka menatap langit untuk menyegarkan ingatan pada misi mereka. Namun, setelah itu mereka menyeka keringat dan kembali bekerja kembali.
Wilayah kerja adalah lingkungan realitas, sedangkan wilayah peluang adalah ruang keserbamungkinan. Semakin luas pijakan kaki kita dalam lingkaran kenyataan, semakin besar kemungkinan menjadi kepastian, mengubah peluang menjadi pekerjaan, mengubah mimpi menjadi kenyataan.
Berjalanlah dengan mantap menuju rumah sejarah. Jika engkau sudah sampai di depan pintu gerbangnya, ketuklah pintunya dan bacakan pada penjaganya puisi Khairil Anwar:
Aku
kalau sampai waktuku
ku mau tak seorang kan merayu
tidak juga kau ….
[anismatta.wordpress.com]


Selasa, 19 Maret 2013

GARUDA, TERMINAL MENULISKU


Mataram adalah hidupku beberapa hari ini. Aku sementara hijrah ke ibu kota propinsi ini karena disinilah aku merangkai cinta. Disini aku menemukan jalan takdirku. Disini aku pula berdamai dengan seluruh kepentingan yang melekat dalam diriku. Aku tinggalkan semuanya dengan alasan yang aku yakin orang lain tak akan mengerti. Pelik. Sebenarnya aku bukan orang yang mudah ditaklukan oleh masalah tetapi aku juga khawatir menjadi orang yang terlalu apatis dengan masalah. Ini hidupku. ini hadapanku. Pada saat inilah aku bernar-benar merasa menjadi sutradara sekaligus pelaku bagi hidupku sendiri. 

Ada rasa tertekan, karena ini baru. Ada rasa bersalah karena meninggalkan kampung halaman dengan segala tanggungannya. Aku berada pada dua titik, antara pulang menambah beban, dengan tetap mengasingkan diri sekalipun hidup disisi yang lain mencaci. Ketika hati nuraniku yang bersuara, maka tak adalagi definisi tentang pilihan, yang ada adalah kepastian memilih. Dan saat ini aku sedang berdamai dengan bagian dari wajah hidupku.

Saat ini aku bergantian sibuk dengan tiga hal saja; rumah mertua, kampus, dan Organisasi PII. Dari setelah shalat subuh hingga sekitar jam 09.00 wita bergumul dengan kesibukan warung nasi; melayani pesanan minum, membantu memotong es batu, hingga menjadi kasir, belum lagi ketika ada pesanan nasi kotak. Terkesan sangat ribet tetapi aku menikmati ini. Kemudian jam 09.00 wita sampai jam 12.00 wita harus merapat ke kampus, menjadi Dosen pembimbing ketiga bagi istriku yang sedang menyelesaikan skripsi. Setelah dzhur sampai magrib menyambangi aktivitas teman-teman Pelajar Islam Indonsesia (PII) disekretariatnya. Dan setelah itu kembali ke rumah dengan aktivitas seperti biasanya.

Gambaran aktivitas mengurangi kebiasaan tidur, nonton TV, jalan-jalan yang tidak terlalu penting. Dan diantara aktivitas-aktivitas rumah, kampus, dan PII ada satu hal lagi yang sering aku lakukan, satu hal yang menjadi jedah aktivitas sekaligus jedah mengumpulkan semangat. Yaitu mengunjungi Garuda, sebuah warung internet di Kekalik-Mataram. Garuda, yang bagiku menjadi terminal menulis diantara perjalanan melewati aktivitas ditiga tempat tadi. Disanalah rasanya aku menumpahkan segala sumbat fikir lewat menulis.
Hampir tiap hari aku kesana. Disana bagiku terminal untuk melepas penat dan mengumpulkan kepingan semangat baru beraktivitas. Ini sumber baru semangatku. Tempatku mengumpulkan segala tausyiah dan pesan barharga melewati adaptasi fase. Semoga tidak ketinggalan jauh karena kereta kehidupan selalu berjalan, jika kita lemah untuk menyiapkan diri bisa dipastikan kita menjadi orang yang rugi karena ketinggalan untuk menangkap pesan-pesan dari kereta kehidupan.   

LANGKA DI DUNIA PESEPAKBOLA EROPA


Mesut Ozil : "Cristiano Ronaldo Senang Jika Mendengar Saya Membaca Al-Quran. Ia Selalu Ingin Di Ajarkan Oleh Saya Untuk Membaca Al-Quran. Ia Kini Sudah Hafal Beberapa Huruf Hijaiyah Dan Surat Kegemarannya Adalah Al-Fatihah."

Minggu, 17 Maret 2013

MEMBANGUN KOMITMEN KEINSTRUKTURAN

Menatap Realitas Keinstrukturan
Bargaining Position keinstrukturan dimata Muadib hari ini sudah mulai membias. Ini ditandai oleh adanya beberapa fenomena yang muncul dan pantas ditatap sebagai persoalan mendasar. Mengingat eksistensi dan peran keinstrukturan sebagai kader inti atau kader yang berada pada lingkaran terdalam sistem kaderisasi PII dicapai tanpa melewati alur proses kaderisasi yang benar.

Muncul kesefahaman komunal yang berangkat dari tradisi yang salah dalam proses implementasi kaderisasi. Sebut saja kesalahan dalam memandang legitimasi kader instruktur dan memandang kualifikasi keinstrukturan bukan sebagai sesuatu yang filosofis pada proses pembentukan kedirian kader dalam pentrainingan.

Beberapa hal yang bisa di share di sini antara lain; ada kelompok kader yang dalam kacamata kaderisasi sudah sangat layak mengikuti advance training, tetapi tidak berminat, disebabkan adanya pemahaman; tanpa melewati jenjang Advance dan Pendidikan Instruktur mereka bisa masuk ke dalam lingkaran training. Ada pula pemahaman bahwa menjadi kader intermediate saja sudah cukup. Tidak perlu mengikuti advance dan Pendidikan instruktur. Toh ketika belajar diluar PII dan menjadi kader berkualitas maka tetap diberdayakan untuk mengelola training. Atau dengan kuantitas instruktur yang masih sedikit bisa dipastikan dalam pengelolaan training akan melibatkan kader yang belum berkualifikasi instruktur. Ini bangunan pemahaman yang semakin lama bisa menjadi sejarah sehingga harus diamputasi. Jangan sampai dibiarkan mengakar lalu atas nama kultur dan tradisi, dilegitimasi sebagai sesuatu yang baik dimata konsep kaderisasi PII.

Banyak lagi hal lain yang bisa kita potret tentang “berinstruktur”. Satu persatu bisa kita gelar dalam tulisan ini untuk menyentil kita bahwa ada banyak hal yang sudah menjamur dan harus didobrak, untuk membuka pintu perubahan dalam dunia keinstrukturan kita. Dan saya mengajak kita semua untuk memulai dengan membuka pintu paradigma lama lalu disortir kemudian dielaborasi dengan tradisi baru yang se-fikroh dengan arah pandang ta’dib.

Disisi yang lain sempat muncul pertanyaan tentang beranikah kita mengurai satu per satu karat tradisi yang mengekang ruang kreativitas dan produktivitas kita?Ini sudah berada pada zona nyaman sehingga memang kita harus fahami bahwa memulai perubahan akan menjadi hal yang sulit karena tantangan terberat adalah berpindah tempat duduk dari zona nyaman ke sesuatu hal yang baru. Tetapi sebenarnya ketika berusaha untuk memulai langkah pertama maka langkah-langkah berikutnya akan ringan, dan seiring dengan waktu-dengan sendirinya akan menjadi tradisi yang menjadi kearifan lokal yang bisa terus dipertahankan. Selain itu hal tersebut adalah bagian dari ruang kritisme dalam mengobyektivikasi kondisi keinstrukturan. Jangan sampai tanpa disadari virus feodalisme telah menyerang struktur berfikir kita. Tiga hal yang dibunuh oleh feodalisme, yaitu daya kritis, kreativitas, serta sikap fundamental. Padahal dengan tiga hal di atas dapat melahirkan inovasi dan improvisasi terhadap konsep yang sudah ada.

Beberapa hal yang bisa dieksplorasi tentang realitas keinstrukturan hari ini;
Pertama, Internalisasi nilai-nilai disetiap jenjang training dan kursus tidak utuh. Keutuhan dalam menyerap nilai disetiap jenjang proses kaderisasi sangat penting untuk mengukur kualitas internal kader. Sehingga ketika berada pada level instruktur outputnya adalah memiliki tiga sifat dan delapan kinerja sebagai bekal menuntaskan tujuan PII untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Namun perkembangan beberapa waktu terakhir internalisasi nilai-nilai yang dimaksud mulai melemah. Asumsi kematangan yang dibangun oleh konsep kaderisasi tidak tercapai. Sehingga terjadi split personality pada diri instruktur. Terjadi kebingungan mendefinisikan dirinya kemudian disorientasi lalu menarik diri dari lingkaran organisasi PII.

Kedua, Tidak ada kontrak tertulis antara struktur dengan para calon instruktur. Harus difahami bahwa instruktur adalah aset termahal yang dimiliki oleh PII. Mereka adalah orang-orang yang memahami sistem kaderisasi PII dan ditugaskan untuk memecahkan masalah-masalah kaderisasi PII. Sehingga upaya untuk mencetak kader instruktur harus dilakukan secara sadar oleh struktur (Ketua Bidang Kader dan bidang lain) dan Dewan Ta’dib. Dari mempertanggung jawabkan kapasitas calon kader instruktur sampai jaminan serta harapan struktur pasca menjadi instruktur harus menjadi bangunan kesefahaman bersama. Jangan sampai ada lagi kader instruktur yang masih bingung tentang “arah jalan pulang”. Karena tidak ada kontrak yang menyadarkannya tentang peran dan fungsinya setelah menjadi kader instruktur.

Ketiga, Lemahnya peran struktur dalam memberdayakan potensi instruktur, dan kurang terbukanya ruang aktualisasi bagi instruktur. Dalam kepentingan impelementasi kebijakan kaderisasi instruktur tidak pernah dilibatkan untuk melakukan pengayaan terhadap kualitas pengelolaan training, kursus dan ta’lim. Sehingga memang esensi peran instuktur dapat dirasakan secara langsung oleh struktur. Kondisi ini pada dasarnya mempersempit ruang aktualisasi instruktur padahal kebutuhan peningkatan kapasitas personal instruktur sangat banyak, terutama keberlanjutan pengayaan yang berkaitan dengan kebutuhan ruhiyah dan keterampilan.

Keempat, Memahami keinstrukturan hanya pada soal mengelola training, padahal juga terkait persoalan kematangan berstruktur. Persoalan pelik juga yang dihadapi oleh keinstrukturan ketika memisahkan antara berstruktur dengan berinstruktur. Ingin mengelola training saja tetapi tidak ingin mejadi bagian dari kepengurusan. Atau bersemangat untuk berorganisasi di PII tetapi tidak mau menjadi instruktur karena terikat dengan peran sekaligus fungsinya. Padahal di dalam ta’dib sendiri dijelaskan secara bersamaan dan berkaitan antara institusi fungsional dan institusi penunjang.

Kelima, Masih adanya intervensi problem kestukturan terhadap aktivitas kaderisasi. Karena aktivitas kaderisasi dan aktivitas berstruktur itu tidak bisa dipisahkan, maka kadang-kadang keduanya saling mempengaruhi. Tetapi kurang tepat ketika problem di struktural membuat kita “kurang bersih” dalam memanajemen training, kursus, ataupun ta’lim. Yang sering muncul adalah dalam proses pengelolaan training. Ukuran yang sederhana bisa kita lihat pada distribusi instruktur berdasarkan jenjang kualifikasinya. Kalau ada instruktur distruktur terlalu beda kualifikasi keinstrukturannya dibandingkan yang lain, bisa dipastikan ada masalah. Karena salah satu peran dewan ta’dib itu adalah menjaga keseimbangan penjenjangan instruktur sehingga menjawab kebutuhan pentrainingan.

Keenam, Kita tidak memiliki data jumlah instruktur berikut kualifikasinya, sebagai instrumen dalam mengukur produktivitas kaderisasi. Bersamaan dengan upaya untuk menciptakan idealita ta’dib kita harus mengakui bahwa salah satu problem kita adalah problem data. Data itu penting untuk mengukur kekuatan PII. Jika ingin melihat grafik jumlah kader yang dihasilkan setiap periode, rasio keseimbangan kader basic, intermediate, dan advance, maupun data instruktur beda zaman pasti kelimpungan menghadirkan data. Data instruktur beberapa periode sebelumnya penting untuk menjawab kebutuhan training.

Beberapa persoalan di atas tatapan terhadap realitas keinstrukturan PII. Membahas satu per satu terntu akan menghadirkan berbagai macam solusi yang berbeda, maka hal mendasar yang bisa kita obrol untuk menjawab enam persoalan diatas adalah mencoba mengutak-atik komitmen personal yang sekarang sudah bermetamorfosa menjadi komitmen diri seorang instruktur.

Membangun Komitmen Keinstrukturan
Beberapa tatapan realitas keinstrukturan di atas merupakan gambaran yang mewakili kondisi keinstrukturan. Pilihannya adalah apakah kita akan menambah daftar instruktur yang melewati masa problem yang sama ataukah menjadi aktor dalam mengawali perubahan baik pada internal diri maupun perubahan pada tingkat muadib secara umum.

Menuntaskan persoalan-persoalan ini tidak serta merta ibarat membalikkan telapak tangan, tetapi bertahap, dan sitematis sesuai dengan perubahan yang direncanakan. Perubahan itu harus dimulai dari persoalan yang sangat mendasar, yaitu soal komitmen. Membangun komitmen yang dimaksud adalah tidak hanya persoalan komitmen secara harfiah, tetapi lebih mendalam lagi tentang konsekwensi berkomitmen.

Secara filosofis berkomitmen yang difahami oleh kader PII adalah komitmen untuk tetap setia kepada Pelajar Islam Indonesia (PII) dan cita-cita Pelajar Islam Indonesia (PII). Ini menjadi ruh sekaligus semangat dalam gerak tindak instruktur. Artinya komitmen ini sebenarnya menjadi dasar bagi instruktur untuk menegaskan dirinya sebagai kader paripurna. Membangun komitmen keinstrukturan harus dimulai dari mereorientasi komitmen diri. Niat ketika menjadi instruktur, karena setiap amal akan bergantung kepada niatnya. Kalau orientasi dirinya tidak jelas maka akan menggabarkan ekspresi dirinya sebagai instruktur.

Kemudian komitmen intelektualisme. Pendidikan seumur hidup sudah dikenalkan oleh Rasulullah sejak 14 abad yang lalu. Konsekwensinya daur belajar adalah proses yang tidak akan pernah berhenti sejak dilahirkan hingga akhirnya dijemput ke liang lahat. Menjadikan intelektualisme (kultur belajar) sepanjang usia tidak hanya ketika aktif di struktural PII tetapi setelah menjadi kader umatpun komitmen ini harus dijaga (baca: Tri Komitmen). Berangkat dari kefahaman ini instruktur harus semangat membangun kultur intelektual dimanapun. Struktur adalah wadah yang masif untuk menghidupkan kultur ini. Fastabiqul khoirot dalam membangun intelektualisme di struktur menjadi dinamisasi intelektual yang pada saatnya akan menjadi kekayaan organisasi PII.

Selanjutnya adalah membangun konsistensi, dan integritas. Konsistensi adalah faktor pendukung komitmen. Sebuah komitmen jika tidak dirawat dengan konsistensi akan rapuh. Konsistensi merupakan upaya sekaligus alat ukur bagi kualitas komitmen. Komitmen diri untuk menghibahkan diri untuk perjuangan di PII serta upaya membangun komitmen intelektualisme jika tidak dipolesi dengan konsistensi bisa dipastikan akan hilang dalam hitungan waktu. Begitupula dengan integritas. Stephen R.Covey mengatakan bahwa integritas merupakan konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan. Integritas juga bisa bermakna kesesuaian antara ucapan dan perbuatan. Membangun dua hal ini sebagai faktor pendukung komitmen merupakan pekerjaan rumah yang menguras energi.

Komitmen tentang wadah peningkatan kapasitas instruktur. Setelah komitmen diri lalu komitmen membangun kultur intelektual tentu instruktur tidak bisa hanya berada diwilayah struktur yang syarat dengan kepentingan dan pergesekan. Perlu memformulasikan sebuah wadah aktualisasi yang bebas untuk mengeksplore ide, membuat instrumen pendukung monitoring proses kaderisasi, formula-formula baru tentang tekhnik pengelolaan lokal kursus dan ta’lim, kesempatan yang luas tentang desain peningkatan kapasitas muadib, dan sebagainya. Komitmen ini menjadi tujuan antara ketika ingin membangun komitmen dan menciptakan kultur intelektual. Dan wadah ini harus dinahkodai oleh instruktur pasca struktur yang legal dalam menjalankan fungsinya tanpa harus bergesekan dengan wilayah-wilayah kebijakan distruktur formal organisasi PII.


*Tulisan ini diberikan pada sarasehan instruktur Pelajar Islam Indonesia (PII) Nusa Tenggara Barat (NTB) tanggal 17 Maret 2013.

Kamis, 14 Maret 2013

CINTA YANG MENGAJARKAN (CINTA)


Desir-desir ombak menyusup bersama semilir angin
Matahari disudut bumi mulai kembali ke peraduannya
Pantai hanya menyaksikan dialog alam
Dan diantara itu ada cinta menyapa dipetang itu
Tatapan itu begitu hangat
Mengisi penuh diantara pori di ruang hati
Senyum indah itu khas tak ada duanya
Senyum cinta mengucap selamat kepada hari ini
Dari dia yang bersahaja..
Dia yang berbesar hati menyandarkan kepala dipangkuan obsesiku
Dia..
Yang terlihat manis dengan kebaikannya
Yang dipandang dewasa dalam baktinya
Cintaku padamu..
Semoga semua ini kita sandarkan pada cinta-Nya pula
Dia..
Yang pandai mengajarkan sesuatu lewat sikapnya
mengingatkan dengan diamnya
memberi cinta dalam kata-katanya
Dia..
Kasihku sekaligus kasih anakku nanti
Istri..sekaligus ibu peradaban bagi keluarga kecilku kelak..
Tak ada yang berharga selain cinta..
cinta yang menyadarkan CINTA..
Itu persembahanku..
Untukmu kasih..
Untukmu yang berjanji selamanya untuku..
Di dunia..
Dan kelak menjadi ratu bidadari bagiku di surga..
Amin..

UNTUKMU PEJUANG PEREMPUAN "SRIKANDI"

Kelu,,,tak ada kata yang terucap
Bergetar hati ini mendengar berita kepergiaanmu
luluh perih hati melepasmu
bulir air mata jatuh tak tertahan
termangu dalam keheningan jiwa

Terkenang untaian kata yang pernah kau ucapkan
Terbayang kedamain kala nasehat terlontar dari bibirmu
terasa kehangatan pelukanmu
Teringat senyum yang pernah kau hadirkan untukku & untuk kami semua
terpesona ceritamu yang sering menyejukkan jiwa
Terkagum tentang nilai ketegaran, semangat & persahabatan yang pernah kau torehkan

Kini,
kita, kami & para sahabat termangu
Diam mengitari cakrawala

Meski kini kau telah tiada
namun namamu tetap terpatri di relung hati kami,
sebagai seorang ibu, teman, sahabat dan juga saudara kami tercinta
Untaian kata belangsukawa kami kirimkan
karena kami semua turut berduka
Kami adalah orang-orang yang menyangimu

Selamat jalan
Pahlawan perempuan
Selamat jalan “srikandi perempuan”
Selamat jalan pejuang kemanusiaan

Terbanglah menembus cakrawala surga
lepaskan semua lelah & deritamu
tersenyumlah kembali pada sang pencipta
Jangan hiraukan
kami yang menangis akan kepergianmu
kami yang terdiam tak bisa berkata
Pergilah ibu, sahabat, teman dan saudara yang pernah kami sayangi
kami akan tetap mengenangmu
Selamat jalan
semoga tuhan menempatkanmu di sisi terbaik

Minggu, 4 Desember 2012


sumber : blog sahabat
http://ematyr.blogspot.com/2011/12/untuk-mu-pejuang-perempuan-srikandi.html

Selasa, 12 Maret 2013

DIA HADIR LAGI


"Kau wanita mulia. Wanita yang tidak bisa digantikan oleh seribu wanita di dunia ini. Kau satu untuk selamanya. Dengan ketulusan cintamu yang tak pernah habis hingga kini"


"Ya Allah lapangkanlah kuburnya, dan jadikanlah dia termasuk kedalam golongan orang-orang yang menikmati surgamu tanpa hisab. Dan bersama dengan orang-orang terdahulu yang telah engkau janjikan surga bagi mereka"


Malam ini kenapa rasanya ia hadir lagi mengisi ruang rindu ini. Setelah setahun lebih dia meninggalkan kami dengan senyum kasih sayangnya. Entah apa gerangan yang membuat air mata ini tiba-tiba menetes di sudut mataku. Tiba-tiba aku merindukannya. Wanita tangguh yang membesarkanku dengan semangatnya, kalimat-kalimatnya yang selalu menginspirasi. Itulah terkadang aku merasa dia selalu hidup di hatiku.
Aku akui sampai hari ini memang belum kering air mata ini. Belum tuntas rasanya aku merasa kehilangannya mesti aku ikhlas dengan bukti kebesaran Tuhanku. Karena Dia tak pernah memberi ujian diluar batas kemampuan hamba-Nya.

Aku ingin selalu menggoreskan jejaknya yang tak akan pernah hilang dalam sejarahku. Bukti ketangguhan dan sumber inspirasi yang membuatku selalu bangkit jika semangat hidupku mulai runtuh. Sering muncul semangat yang membara untuk melukis kembali jejaknya dahulu. Terutama tentang ketangguhannya menjadi istri dan ibu dari dua anak laki-lakinya. Yaitu aku dan adikku.

Aku ingin dia tau bahwa hari-hari ini aku sangat menikmati detik-detik awal mengayuh bahtera cinta dikeluarga kecilku. Mulai menapaki alur kehidupan yang baru beberapa langkah aku arungi. Tentu seperti kehidupan pada biasanya. Yang luar biasa adalah membumbui perjalananku dengan cinta sehingga manis pahitnya semua akan berakhir dengan cinta.

Ada satu hal yang selalu muncul. Adalah ingatanku tentang harapan beliau saat itu. Harapannya untukku. Untuk menuntaskan masa lajangku. Aku ingat ketika bahtera cinta ini ku lewati. Adalah seorang ibu yang berulang-ulang kali memberi isyarat pergi dari kehidupan kami dengan bertanya tentang kapan aku menyempurnakan agama. Tetapi bersama itu pula aku sering menjawabnya dengan senyum kecil yang bermakna bahwa “hari ini kesehatan dia jauh lebih berharga dari pada cinta yang ingin ku raih”. Tetapi mungkin beda caranya memandang, yaitu tentang tanggung jawab orang tua menikahkan anak. Barangkali masih ada beban dihatinya ketika harus pergi meninggalkan kami dalam keadaan seperti itu. Belum ada yang menikah.

Jika saja beliau masih ada dihadapanku hari ini. Aku ingin dia melihat begitu bahagianya aku hari ini dengan kehidupan yang bertabur cinta. Dengan istri yang taat kepada Allah dan berbakti kepada suami. Menantu yang sebenarnya tiap waktu merasa kurang karena tidak pernah menatap senyum seorang ibu mertua lantaran ibu mertua telah melanjutkan perjalanan pada fase kehidupan yang lebih pasti.

Aku sering yakin bahwa pesan hatiku kepadanya selalu dia dengar di alam sana. Semoga saja dia ikut merasa seluas samudera kebahagiaanku sekarang. Tafsir mimpiku semoga benar memberi isyarat tentang rasa beliau yang ikut bahagia melihat kehidupan baruku saat ini.

Aku tidak pernah lupa kepadanya. Belaian kasih sayang itu masih terasa hingga saat ini. Cintanya masih memeluk hangat pada diri yang tidak mungkin seperti hati ini tanpanya. Lambaian itu masih sangat membekas dihati, yang tetap ada mengucapkan selamat dikala aku berhasil meraih sesuatu bagian dari mimpiku.

Ibu...
Hidupmu telah berhenti. Ceritamu telah usai. Tetapi asamu, obsesimu, harapan-harapan besarmu yang masih mungkin hadir pada masa yang berbeda hari ini akan menjadi bagian dari motivasi jalanku.

Aku tak perrnah lupa kepadamu. Aku tak pernah lupa menunaikan kewajibanku kepadamu mesti kau tak ada persis didepanku. Aku yakin kau juga merasa bukti itu. Bukti dari do’a yang berkumandang disetiap usai sujudku.

Kau wanita mulia. Wanita yang tidak bisa digantikan oleh seribu wanita di dunia ini. Kau satu untuk selamanya. Dengan ketulusan cintamu yang tak pernah habis hingga kini.

Mesti fisikmu telah tiada, aku berharap kau tetap hadir memberi  senyum penghargaan pada jalan-jalan suksesku. Itulah tatapan rantai semanngat yang akan mengawal cita-citaku. Hingga sukses seperti engkau kala itu.

Tetaplah tenang disana. Sambutlah do’a-do’aku. Termasuk do’a untuk tidak lupa mendo’akan mu sampai habis usiaku. Hingga saatnya kau berdiri tegak di akhir khusnul khotimahku sebelum menyambutku di ujung surga Allah yang Mulia.

Ya Allah lapangkanlah kuburnya, dan jadikanlah dia termasuk kedalam golongan orang-orang yang menikmati surgamu tanpa hisab. Dan bersama dengan orang-orang terdahulu yang telah engkau janjikan surga bagi mereka.  

Rabbighfilri waliwaidayya warhamhuma kama rabbayani shaghira.
"Ya Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa ayah serta ibuku, kasihanilah mereka sebagaimana kasih mereka padaku sewaktu aku masih kecil"

Senin, 11 Maret 2013

"HAWA PANAS" PASAR

 (Foto lain)

Kali ini aku ingin menulis tentang “Hawa Panas” Pasar. Sesuatu yang aku temukan dipasar. Berangkat dari efeknya terhadap kondisi fisik dan psikis-ku setelah pulang dari pasar. Sehingga aku merasa ada hal aneh yang mesti aku bicarakan di sini.

Pasar itu memang secara kasat mata terlihat tidak ada apa-apanya, karena diisi oleh ibu-ibu tua, bau ikan dan barang dagangan lain disana, sehingga kesan kumuh dan kotor itu menjadi sesuatu yang akrab sekali dengan pasar.

Lalu tentang Hawa Panas. Setelah beberapa hari ke pasar begitu kuat rasanya hawa panas disana. Hawa panas yang ku maksud adalah tentang persaingan dagang dan kesiapan diri melihat jajakan kita laku atau tidak laku.

Pertama, Tentang persaingan dagang. Sebelum kita masuk ke gerbang pasar saja, dari kejauhan kita sudah mendengar teriakan ibu-ibu memanggil para pembeli. “Ikan segar..ikan segar..masih baru..” atau “sayuran segar, baru di petik..harganya murah”. Pokoknya sedemikian rupa cara dan bahasa mereka memanggil para pembeli. Sampai kemudian tidak jarang pembeli yang awalnya tidak berencana membeli barang tersebut, jadi tergoda untuk membeli. Yang lebih ekstrim kadang-kadang menggunakan cara yang tidak etis.

Membicarakan kekuarangan barang dagangan orang lain. Ini parah padahal sadar atau tidak sadar mereka bersama-sama dari satu stok barang lalu ke pasar dalam niat mencari rizki yang sudah ditentukan untuk mereka masing-masing.

Kedua, adalah persiapan diri melihat jajakan kita laku atau tidak. Ini lebih pada soal psikologis. Atau kematangan diri berbisnis. Serta keyakinan akan sebuah rizki yang tidak akan tertukar dengan rizki orang lain.

Sebut saja aku dan mertua yang berbelanja setiap harinya. Berbelanja dalam jumlah yang tidak sedikit. Artinya bagi para pedagang, kami adalah salah satu list pembeli yang akan membuat barang dagangan mereka laku dalam jumlah yang banyak. Tetapi mungkin dilematisnya adalah tentang bangunan sikap mereka ketika dagangan mereka laku dan disampingnya tidak, atau sebaliknya ketika melihat dagangan disampingnya laku lalu dagangan dia tidak laku.

Melihat dua hal ini bagi orang yang memiliki kepekaan sosial tinggi pasti akan tertekan dan menimbulkan depresi tinggi, karena ketika dagangannya tidak laku sementara didepan matanya melihat penjual disampingnya begitu laris, dia akan iri, akan cemburu, bisa-bisa menimbulkan kebencian. Dan sebaliknya jika jualan dia laku banyak sementara penjual disampingnya tidak laku dari pagi sampai sore maka dia akan merasa kasian, empati berlebihan. Dan yang ada dia akan mundur teratur menjadi pedagang di pasar.

Memang betul bahwa berbicara bisnis itu yang pertama yang harus disiapkan adalah kesiapan mental. Atau kematangan berbisnis tadi. Karena berbisnis itu hanya memberikan dua opsi saja. Dia akan sukses atau dia akan gagal.

Ketika kesiapan ini sudah ada. Maka menghadapi hawa panas pasar akan disikapi dengan arif dan bijaksana. Semua akan dikembalikan kepada jatah rizki setiap orang. Ketika laris dia akan bersyukur dan ketika tidak diakan bersabar menunggu hingga rizki itu mendekat kepadanya. Karena rizki tidak mungkin tertukar.

Minggu, 10 Maret 2013

LUPIS PENAWAR LELAH



Aktivitas pulang pergi pasar dengan keranjang keramat berada diantara dua perasaan; lelah dan menikmati. Berbelanja bersama bapak atau ibu mertua untuk kebutuhan menu yang berbeda disetiap harinya. Dari belanja kebutuhan beras untuk nasi, kemudian bahan sayur, daging, maupun ikan laut.


Setiap hari. Tanpa ada libur wajib maupun libur yang dipengaruhi oleh tanggal merah nasional. Beragam orang yang datang "mengisi bensin" disini. Bisa diklasifikasi dengan sederhana yaitu orang kantoran, polisi yang bertugas disekitar warung, masyarakat sekitar daerah warung, dan yang paling banyak adalah sopir-sopir truk besar yang tiap hari membawa barang ke bima-mataram-bali-surabaya-jakarta, dan sebagainya. Mereka tiap hari mampir untuk makan diwarung Jawa Pak Imam. Sehingga salah satu alasan yang memberatkan bapak mertua jika ingin ada libur untuk karyawannya adalah tidak tega dan kasihan kepada sopir-sopir itu. Karena jika tidak makan disini maka mereka baru bisa makan di Bali setelah lebih kurang tujuh jam perjalanan. Aku menangkap ini bisnis warung makan antara kepentingan sukses mencari uang dengan perasaan empati terhadap orang sedang melakukan perjalanan jauh. Sangat Inspiratif juga.


Dengan alasan itu maka berbelanja ke pasar menjadi aktivitas yang tidak boleh tidak dilakukan setiap harinya. Baik oleh bapak mertua sendiri, saya dan ibu mertua, atau kadang-kadang saya sendiri yang harus ke pasar.


Seperti yang saya katakan bahwa ini adalah aktivitas yang melelahkan. Bisa dibayangkan berangkat dari rumah jam setengah tujuh pagi; lalu membeli ikan laut sepuluh kilogram, daging sapi empat setengah kilogram, daging ayam mentah sepuluh kilogram, ayam panggang hampir tujuah ekor . Belum lagi untuk kebutuhan bumbu dan sejenisnya; tomat enam kilogram, lombok kecil dua kilogram, lombok besar dua kilogram, kunyit satu kilogram, bawang merah dua sampai tiga kilogram. Terus kacang panjang, terong, dan kubis. Sekalipun ini tidak habis dalam waktu sehari tetapi ini adalah belanja wajib yang dilakukan. Baik untuk kebutuhan hari itu maupun kebutuhan besok yang sesekali digunakan untuk membuat menu masakan yang beragam.


Dalam jumlah belanjaan yang begitu banyak, tentu menjadi sekitar enam sampai delapan kresek besar yang tentu tidak bisa langsung dibawa pulang sekali saja. Harus diangkut tiga sampai empat kali. Belum lagi ternyata setelah sampai rumah, tukang masak menitip barang belanjaan yang dirasa kurang dan harus dibeli lagi sehingga bisa dipastikan bolak-balik pasar sampai lima kali.


Cukup melelahkan. Kadang-kadang setelah sampai di rumah harus terkapar ditempat tidur. tidak juga untuk tidur tetapi untuk sekedar mengolahragakan tubuh sehabis mengangkat barang-barang tadi. Belum lagi riuk-riuk pasar yang menyesakkan dada karena begitu berdesakan dengan orang banyak "memburu" belanjaan kebutuhannya.

Tetapi ada satu hal yang memberi warna baru yang bisa menghilangkan dan menjadi penawar lelah dari aktivitas berbelanja di pasar. Yaitu kue lupis. Kue yang terbuat dari ketan lalu dikasi bumbu kelapa terus ditaburi dengan air gula merah di atasnya. Harganya juga murah. Cuman seribu rupiah perbungkusnya. Dijajakan oleh ibu tua di salah satu sudut pasar yang biasa dilewati setiap hari. Yaitu pasar kecamatan di kecamatan Gerung Lombok Barat. Kue kecil yang setelah dicicipi benar-benar mengobati sedikit kelelahan yang menumpuk diseluruh badan. Kue ini setiap hari saya beli. Menikmati ini sama dengan mengobati rasa lelah. Dan selanjutnya bisa pindah ke aktivitas yang lain.


Makanya aku suka sesi terakhir berbelanja itu karena terakhir mengambil belanjaan di pasar pasti ada satu kresek kecil lupis. Awalnya hanya aku yang tertarik dengan kue ini. tetapi lama-lama kue ini menjadi diminati oleh semua karyawan warung. Sehingga pertanyaan yang wajib mereka sampaikan setelah aku pulang dari pasar adalah pertanyaan tetang kue lupis. atau pesan untuk tidak lupa membeli lupis. 
Kue lupis. Benar-benar penawar lelah.:-) 

Sabtu, 09 Maret 2013

BERHATI-HATI DENGAN TEMAN FACEBOOK


Ada saja kejadian-kejadian aneh di Facebook. Kejadian yang mengerutkan dahi sekaligus menggelikan. Yang membuat aku harus jengkel dan kadang tertawa terpingkal-pingkal. Aku percaya bahwa Sosial media Facebook membuka dua kesempatan sekaligus untuk semua penggunanya. Dia bisa sangat bermanfaat dan mengalirkan kebaikan. Dan memberi ruang seluasnya untuk berbuat negatif dan menampilkan tampilan-tampilan yang tidak etik. Semisal saja digunakan untuk memuat video-video amoral.

Satu hal yang aku ingin cerita adalah ketika internetan bersama istri di warung internet dekat rumah. Setelah beberapa saat memulai online. Istri saya mengeluhkan ada teman facebooknya yang sudah beberapa kali menyapanya di facebook. Minta kenalan, tanya tempat tinggal, minta nomor handphone dan lain sebagainya. Teatpi karena tidak mengenal, istri saya tidak merespon beberapa kali sapaan itu.

Akhirnya aku mencoba membuka facebook orang itu, ternyata dia berteman dengan profil-profil facebook dengan gambar perempuan yang tidak seronok. Akhirnya aku kerjain saja dia.

Aku balas pesannya dengan menanyankan nomor handphonenya terus kuberikan nomor handphone ku, lalu memberi pesan kalau mau telepon silahkan sms dulu.

Keesokan harinya aku ditelpon oleh nomor baru yang tidak ku kenal. Tetapi tidak ku angkat. Selain aku anti mengankat telfon dari nomor baru, aku juga sedang tidak ingin diganggu. Akhirnya ku sms “maaf siapa ya?”. Setelah dia membalas dengan memperkenalkan dirinya baru ku angkat telfonnya.

Aku ikut aneh dan tidak bisa menahan tertawan ketika mengangkat telfon anak ini, karena aku harus menirukan suara perempuan. Sejak awal aku memang sudah mengira kalau dia suka menelfon dan mengganggu perempuan.

“hallooo...”
“iya...”(menirukan suara perempuan)
“ini farida..?”
“Ini siapa ya..”(masih dengan gaya suara perempuan)
“Ini farida atau Parida” katanya.
“Ada yang bisa dibantu mas?..”(masih dengan suara mirip perempuan)
“Kok gitu..kan kita tadi sudah tukaran nomor” (Suaranya mulai mendayu-dayu).
“Iya mas mau ada keperluan apa? Kenapa mas menelpon istri saya?saya suaminya.mas ini siapa.” (suara asliku)
“hmhmmh saya temannya”
“iya ada apa?” (dengan suara kasar membentak)
“hmm han temmannya...hmm..ga ada apa-apa...” (Sedikit demi sedikit suaranya mulai ga jelas dan akhirnya dimatikan telfonnya).
“hahahahhaha..”

Ada saja kejadian lucu. Aku merasa heran dengan orang-orang seperti ini. Semakin memperlihatkan kekerdilan dirinya menghadapi hidupnya sendiri. kenapa tidak nikah saja jika dia sudah siap dari pada harus melakukan akhtivitas yang tidak jelas seperti itu; tidak bermanfaat, menghabiskan waktu,  juga menghabiskan uang, yang masih bisa dia pergunakan untuk aktivitas lain yang lebih bermanfaat.

Dan untuk kita yang masih Facebook mania, tentu lebih berhati-hati dengan teman yang tidak jelas di Facebook. Menjadi kawan lalu sok akrab kemudian tiba-tiba meminta nomor telfon, itu patut dicurigai sebagai sesuatu yang memiliki misi tersembunyi yang tidak jelas. Menghindari eksklusifitas bukan berarti membuka diri berkenalan dengan semua orang tanpa batas. Sehingga berkedok meningkatkan diri dengan menambah teman diskusi tidak kemudian bermakna membuka semua ruang privacy yang kita punya.

Jumat, 08 Maret 2013

KERANJANG UNIK


Keranjang ini unik. Dia beda dengan yang lain. Tidak semua pelaku usaha memiliki keranjang keramat penentu sukses ini.

Disebut keranjang keramat karena dalam membaca faktor sukses Bapak mertua, keranjang ini menempati faktor keempat setelah kemauan, modal, dan lokasi yang strategis.

Usaha yang dilakoni beliau sangat dekat dengan aktivitas pasar, karena bahan mentah yang diperlukan semua di beli di pasar. Bagaiman tidak keranjang ini menjadi faktor penting karena dialah yang membantu memuat barang belanjaan di pasar. Sungguh unik memang keranjang ini karena ketika mentari pagi mulai terbit yang pertama kali dicari oleh Mertua ku adalah keranjang. Unik bukan?

Dan aku yang menggantikan berbelanja dipasar sering dibuat kerepotan oleh keranjang ini. Aku sering lupa membawanya. Aku beberapa kali merasa jengkel karena setelah sampai ke pasar ternyata aku baru ingat kalau aku lupa membawa keranjang ini. Belum lagi setelah menitip barang belanjaan kepada salah satu pedagang di pasar karena harus membawa pulang sebagian belanjaan yang lain, setelah balik kepasar aku ternyata lupa dengan benda aneh ini.

Aneh bercampur lucu pokonya karena tenyata memang dia menjadi satu hal penting yang sering kali aku lupakan. Dan cukup membuatku dongkol sendiri. hahaha

Kamis, 07 Maret 2013

INSPIRASI DARI BAPAK MERTUA

Pak Imam Sadali dan Ibu Mujayanah

Lombok besar satu setengah kilo..
Lombok kecil satu kilo..
Minyak goreng dua kilo..
Kecap dua renteng..
Merica..
Terong dan ceruwuk..
Pala..
Daun pisang..
Tomat..
Bawang merah..
Anak cobek..
Kelapa..
Jahe..
Susu..
Kopi susu..
Ekstra Joss.
....
Jadi Semuanya Lima ratus ribu pak..


Begitu riuk-riuk pasar yang selalu ku datangi disetiap pagi. Berbelanja kebutuhan menu diwarung mertua. Iya aku sedang berbulan-bulan madu di Pondok Mertua Indah. Setelah menikah dan bersapa akrab dengan keluarga besar di Dompu. Aku kembali melewati masa indah bersama istri di rumah bapak-ibu mertua di montong are-Gerung-Lombok Barat.

Memang masa kontrak pekerjaanku di Dompu sudah selesai. Sekarang menunggu panggilan kerja, dan sembari melihat peluang-peluang kerja di tempat lain.

Sendiri di Dompu sebelum dan sesudah menikah rasanya beda. Serasa hilang separuh jiwa. Sementara obatnya ada diseberang pulau. Dari pada berjauhan dan meredam rindu dengan permaisuriku. Aku lebih baik menemaninya disini. Di desa Gerung. Desa yang menjadi saksi ijab qobulku. Menyaksikan berakhirnya batas lajang menuju status menjadi suami seorang gadis gerung asli Jawa Timur.

Disini, aku ternyata tidak hanya menjadi dosen pembimbing tiga bagi istriku yang tengah menyelesaikan tugas akhir-skripsi sebagai prasyarat menempuh sarjana di Universitas Mataram. Tetapi aku juga mengurusi semua hal yang menjadi urusan keluarga baru ku ini. Dari urusan menjadi kasir, buatkan pesanan minuman, memotong es batu, mengupas bawang, hingga berdesak-desakan dipasar.

Niatku juga mengabdi. Membantu mertua yang sedang merintis karir usaha. Belajar pada perjuangan mereka mengarungi hidup dengan segala tanggungannya. Komitmenku menjadi menantu yang berbakti. Mencintai anaknya dan mencintai kebaikan yang mereka cintai pula membuatku menikmati segala pekerjaan yang menjadi kebutuhan usahanya.

Hampir tiap hari aku ke pasar. Berbelanja kebutuhan menu di tempatnya berjualan. Aktivitas ini sebenarnya asing bagiku karena keseharianku sebelumnya bertemu masyarakat adalah dalam kepentingan pemberdayaan dan pencerdasan masyarakat. Tetapi aku suka sensasi aktivitas ini. Menyaksikan suara ibu-ibu pasar menjajakan barang jualannya. 

Aku belajar. Aku mencermati. Aku terinspirasi menjadi usahawan. Bekerja di usaha sendiri, tanpa ribet dengan segala keruwetan birokrasi pemerintah. Tanpa harus tersesak dengan hiruk pikuk kebisingan politik.

Bahkan dengan usaha sendiri mungkin aku bisa memberi banyak hal pada orang yang sedang membutuhkan. Menyediakan fasilitas lebih disekitar rumah untuk bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang berteduh usai mencari sesuap nasi.

Aku memang sepakat dengan politik. Tetapi aku tidak sepakat dengan para politisi yang sibuk di ruangan sidang dan hanya bicara regulasi tanpa berada langsung disudut-sudut desa. Tempat dimana bagian dari aspirasi pembangunan itu ada. Tempat dimana suara nurani masyarakat itu selalu mengeluh.

Sudah cukup. Tidak ingin lagi menyorot para birokrasi dan pengambil kebijakan yang tanpa mendengar keluhan rakyat. Andai saja aku sudah menjadi usahawan lalu menjadi milioner ingin ku beli saja jabatan presiden, Kursi-kursi DPR, dan Tempat-tempat diambilnya kebijakan strategis sehingga aku bisa membaginya kepada mereka yang sedang membutuhkan, mereka yang menghabiskan hari-harinya di emperan toko, di kolom jembatan, dan ditempat yang tidak layak dihuni oleh rakyat yang negaranya sudah merdeka.

Baiklah. Keinginan itu terlalu utopis. Yang paling mungkin adalah menjadi usahawan. Sehingga mampu berbagi kebahagiaan. Ini inspirasi yang ku dapatkan dari Bapak mertua yang sering berpetuah tentang asumsi-asumsi yang harus dipenuhi untuk menjadi sukses berusaha. Semoga pada saatnya nanti aku bisa menjadi seperti mimpiku, seperti harapan mertuaku, memenuhi cita-cita yang telah menjadi ekspektasiku bersama permaisuriku. Semoga bisa “membeli surga”. Sukses amal, sukses usaha, dan menggadaikannya untuk kepentingan perjuangan umat.Amin.
                                                                                                                                 
Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. Amin