`

`

Minggu, 10 Maret 2013

LUPIS PENAWAR LELAH



Aktivitas pulang pergi pasar dengan keranjang keramat berada diantara dua perasaan; lelah dan menikmati. Berbelanja bersama bapak atau ibu mertua untuk kebutuhan menu yang berbeda disetiap harinya. Dari belanja kebutuhan beras untuk nasi, kemudian bahan sayur, daging, maupun ikan laut.


Setiap hari. Tanpa ada libur wajib maupun libur yang dipengaruhi oleh tanggal merah nasional. Beragam orang yang datang "mengisi bensin" disini. Bisa diklasifikasi dengan sederhana yaitu orang kantoran, polisi yang bertugas disekitar warung, masyarakat sekitar daerah warung, dan yang paling banyak adalah sopir-sopir truk besar yang tiap hari membawa barang ke bima-mataram-bali-surabaya-jakarta, dan sebagainya. Mereka tiap hari mampir untuk makan diwarung Jawa Pak Imam. Sehingga salah satu alasan yang memberatkan bapak mertua jika ingin ada libur untuk karyawannya adalah tidak tega dan kasihan kepada sopir-sopir itu. Karena jika tidak makan disini maka mereka baru bisa makan di Bali setelah lebih kurang tujuh jam perjalanan. Aku menangkap ini bisnis warung makan antara kepentingan sukses mencari uang dengan perasaan empati terhadap orang sedang melakukan perjalanan jauh. Sangat Inspiratif juga.


Dengan alasan itu maka berbelanja ke pasar menjadi aktivitas yang tidak boleh tidak dilakukan setiap harinya. Baik oleh bapak mertua sendiri, saya dan ibu mertua, atau kadang-kadang saya sendiri yang harus ke pasar.


Seperti yang saya katakan bahwa ini adalah aktivitas yang melelahkan. Bisa dibayangkan berangkat dari rumah jam setengah tujuh pagi; lalu membeli ikan laut sepuluh kilogram, daging sapi empat setengah kilogram, daging ayam mentah sepuluh kilogram, ayam panggang hampir tujuah ekor . Belum lagi untuk kebutuhan bumbu dan sejenisnya; tomat enam kilogram, lombok kecil dua kilogram, lombok besar dua kilogram, kunyit satu kilogram, bawang merah dua sampai tiga kilogram. Terus kacang panjang, terong, dan kubis. Sekalipun ini tidak habis dalam waktu sehari tetapi ini adalah belanja wajib yang dilakukan. Baik untuk kebutuhan hari itu maupun kebutuhan besok yang sesekali digunakan untuk membuat menu masakan yang beragam.


Dalam jumlah belanjaan yang begitu banyak, tentu menjadi sekitar enam sampai delapan kresek besar yang tentu tidak bisa langsung dibawa pulang sekali saja. Harus diangkut tiga sampai empat kali. Belum lagi ternyata setelah sampai rumah, tukang masak menitip barang belanjaan yang dirasa kurang dan harus dibeli lagi sehingga bisa dipastikan bolak-balik pasar sampai lima kali.


Cukup melelahkan. Kadang-kadang setelah sampai di rumah harus terkapar ditempat tidur. tidak juga untuk tidur tetapi untuk sekedar mengolahragakan tubuh sehabis mengangkat barang-barang tadi. Belum lagi riuk-riuk pasar yang menyesakkan dada karena begitu berdesakan dengan orang banyak "memburu" belanjaan kebutuhannya.

Tetapi ada satu hal yang memberi warna baru yang bisa menghilangkan dan menjadi penawar lelah dari aktivitas berbelanja di pasar. Yaitu kue lupis. Kue yang terbuat dari ketan lalu dikasi bumbu kelapa terus ditaburi dengan air gula merah di atasnya. Harganya juga murah. Cuman seribu rupiah perbungkusnya. Dijajakan oleh ibu tua di salah satu sudut pasar yang biasa dilewati setiap hari. Yaitu pasar kecamatan di kecamatan Gerung Lombok Barat. Kue kecil yang setelah dicicipi benar-benar mengobati sedikit kelelahan yang menumpuk diseluruh badan. Kue ini setiap hari saya beli. Menikmati ini sama dengan mengobati rasa lelah. Dan selanjutnya bisa pindah ke aktivitas yang lain.


Makanya aku suka sesi terakhir berbelanja itu karena terakhir mengambil belanjaan di pasar pasti ada satu kresek kecil lupis. Awalnya hanya aku yang tertarik dengan kue ini. tetapi lama-lama kue ini menjadi diminati oleh semua karyawan warung. Sehingga pertanyaan yang wajib mereka sampaikan setelah aku pulang dari pasar adalah pertanyaan tetang kue lupis. atau pesan untuk tidak lupa membeli lupis. 
Kue lupis. Benar-benar penawar lelah.:-) 

2 komentar:

  1. masukan nih, itu lupis jadi menu baru padepokan kayanya asik tuh :D

    BalasHapus
  2. pesen lupisnya satu mas... baca tulisannya jadi pengen makan lupis..hehe..

    BalasHapus

Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. Amin