`

`

Menulis bersama Cinta

Aku akan menulis bersama cinta. Itu kalimatku. Ini langkah pertamaku untuk memulai merangkai kembali segala ide ini. Semoga memberi manfaat pada kita semua. Memberi manfaat pada dunia.

Usiamu Bertambah, Cinta

Perasaan menemukan ruang untuk menulis ini ketika aku harus memikirkan satu ruang untuk menempatkan ucapan “Selamat Milad ke-23” kepada dikau, istriku sepanjang sejarah.

Dia Hadir Lagi

Malam ini kenapa rasanya ia hadir lagi mengisi ruang rindu ini. Setelah setahun lebih dia meninggalkan kami dengan senyum kasih sayangnya. Entah apa gerangan yang membuat air mata ini tiba-tiba menetes di sudut mataku. Tiba-tiba aku merindukannya.

Menikah Mengajarkan Banyak hal

Menikah seharusnya difahami sebagai lompatan menuju keridhaan dan surga Allah yang tidak pernah putus kenikmatannya. Maka dalam melewatinya semestinya bertabur amal sholeh.

Memaknai Tahun Baru 2014

Silahkan tulis mimpimu. Yakinlah bahwa ini hal terkecil yang bisa kita lakukan untuk merubah keterpurukan menjadi kebangkitan. Kita tidak akan sampai di ujung titik kesuksesan jika kerja-kerja yang kita lakukan hanyalah berhenti pada kesibukan kita mendefinisi makna fundamental tentang hadapan kita saat ini.

Hanya Ingin Menulis

SAYA INGIN MENULIS. Adalah sebuah cita-cita akan perubahan yang pelan tetapi pasti. Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan.

Jejak Usia Menuju 29 Tahun

Sesaat,waktu seolah memberi ruang untuk berkontemplasi panjang,memandangi kembali jejak dan sisa perjalanan yang telah dilewati

Bunda Tersayang, Semangat dan Inspirasimu Selalu Hidup

Semoga semangat dan inspirasimu selalu hidup sampai generasi kami menggantikan peran-peran ini. Dan semoga Allah meridhainya. #Bundatersayang.Spesial untukmu #Bundatersayang, bahwa semoga Allah mengampuni dosamu dan menempatkan engkau ditempat yang terbaik. Amin

Catatan Perjalanan Ber-LSM

Sekedar mengenang jejak #berLSM yang telah setahun tidak ku geluti lagi.#berLSM Gerbang baru, tempatku menemukan warna-warni aktivitas yang tak asing.Aktivitas #berLSM memang fase tetapi bagiku untuk beberapa hal adalah seperti melanjutkan perjalanan. #berLSM itu; penuh dengan ruang-ruang dialektika,motivasi mengembangkan diri,dan egaliter.Ya sudah pasti kita bisa memelihara idealisme.

Jika Boleh Memilih (Part 1)

Jika boleh memilih, aku ingin kembali ke masa kecil. Disaat mengenyam bangku sekolah di Sekolah Dasar (SD). Hidup bagiku disaat itu adalah mandi pagi, berseragam dan berangkat sekolah. Bermain sesuka hati, belajar semampuku, makan lalu istirahat. Hidup mengalir tanpa beban. Yang ada adalah tumbuh dan besar ditengah orang-orang yang menyayangi.

Antara Pilihan

Tak ingin rasanya beranjak pergi meninggalkan persinggahan ini ruang sepi yang buatku terhenti diujung jejak-jejak perjalanan itu

Sepi ditengah Keramaian

Sepi ditengah keramaian ini semoga menjadi peristiwa-peristiwa yang indah jika dikenang kembali kelak. Bahwa bagian dari perjalanan ini adalah memupuk cinta diseberang pulau. Atau cinta bersemi dalam kejauhan. atau mungkin Cinta dalam ruang yang berbeda. Atau apapun lah yang menggambarkan cinta yang selalu membersamai waktu-waktu kami.

Untuk yang Terkasih

Sayang..Cinta itu menyembuhkan..ada yang beda saat dirimu hadir disini..dengan segunung rasa yang kau punya..kau menyebutnya cinta..ya sering sekali kau menyebut kata itu,menulisnya,mengungkapkannya,menuliskannya lagi,begitu,sering sekali,terus begitu,seperti tak mampu diungkap oleh kata,seperti tak selesai ditulis dengan pena.

9 Bulan Lagi Jadi Ayah

"Kak barusan saya test pack. Alhamdulillah positif..Sembilan bulan lagi sampean jadi abi..In shaa Allah..:)" Memang baru saja menyapa di perut ibunya. Belum genap sebulan. Masa-masa berat yang mesti dilewati dengan kesabaran. Semoga tidak ada halangan ataupun hambatan yang berarti. Selanjutnya harus mengatur aktivitas sebaik-baiknya sehingga dia tetap terpelihara hingga menjadi manusia seutuhnya dan hadir menyapa dunia. Amin

Dua Hari Cukup

Satu bulan berada berjauhan dan sudah saatnya waktu ini berdialog dengan cinta kembali. Membersamai hari-hari berdua bersamanya, kekasih hatiku. Aku meski sadar bahwa karena pertarungan ini masih berhelat maka tidak ada cukup waktu untuk menyapanya. Dua hari saja cukup untuk dia, untuk memupuk senyum dan bahagia dihatinya.

Dari Politik Ke Peradaban (part 1)

Semangat saya kembali ber-api membaca transkrip taujih @anismatta "Dari Politik ke Peradaban" dalam buku Integritas Politik dan Dakwah.Ini kira-kira isi taujih yang membuat saya bersemangat. Momentumnya tepat untuk membakar jiwa ditengah perang saat ini. Monggo dinikmati..Kedepan ada 3 cita-cita yang akan kita kejar, yaitu: cita-cita politk, cita-cita dakwah, dan cita-cita peradaban.

Dari Politik Ke Peradaban (part 2)

Cita-cita yang harus kita kejar yang ketiga adalah Cita-cita peradaban.Terjemahan implementasi dari apa yang disebutkan oleh Imam Hasan Al Banna sebagai cita-cita tertinggi dakwah kita,yaitu Ustaziatul Alam.Sementara sekarang peradaban barat tidak lagi mampu memberikan semua unsur yang diperlukan manusia untuk berbahagia.Sekarang ada kekeringan yang luar biasa. Sehingga yang dipikirkan oleh barat adalah mempertahankan hegemoni.

Merangkai Hidup Baru

#MerangkaiHidupBaru adalah episode baru yang aku adalah sutradara sekaligus pemainnya.Kenapa kok #MerangkaiHidupBaru padahal kan sudah 1 tahun lebih menikah? 1 tahun lebih menikah adalah episode yang berbeda karena muatan ujiannya berbeda.Kalau boleh aku ingin memberinya nama #MencariFormatHidup

Perjalanan Menuju Menang

Ingin mengurai satu demi satu cerita perjalanan #menang di 2014 ini. Karena ada banyak hikmah yang akan menjadi penguat langkah kedepan..Perjalanan ini harus dicatat karena ada pelajaran tentang perjuangan sungguh-sungguh kita untuk #menang..Kami ingin sefaham bahwa amanah berat ini adalah amanah semua..tugas saja yang beda..Masyarakat sudah tunggu bukti..semoga kami bisa amanah..Semoga ustad Nasaruddin diberi kuat,sehat, untuk penuhi dan perjuangkan hak rakyat.. Semoga istiqomah..Amin

Tebar Inspirasi Hingga Tak Terbendung

Tanggal 10 Mei 2014. Selamat Milad. Semoga usianya berkah. Semoga istiqomah. Semoga menjadi istri sholehah dan kemudian menjadi ibu teladan bagi anak-anaknya. Waktu-waktu belum habis untuk belajar semoga tetap mau belajar, semoga selalu memberi manfaat dimanapun, dan menjadi apapun. Tebar inspirasi hingga sekat tak mampu lagi membendungi arusnya.

Senin, 23 April 2012

TANPA SAPA

Malam syahdu lewati gelap
Menembus batas yang hampir tak terlihat
Wajahnya sayup, matanya berkedip
Airmatanya bercucuran
Ada trauma mencekam
Ada ketakutan yang menghadang
Ada redup mengisi warna masa depannya
Dia seperti terlahir tanpa hati
Dia seperti hidup dengan mata hati yang telah mati
Tak bersuara ia se-kata pun
Hadir ikhtiar menggugat pilihan ambivalen ini
Tapi lagi ia tak bergeming
Lagi ia tak bergeser dari tempat ia berdiri
Tak kuasa menahan perih
Tak kuasa menahan derita hati
Dalam pilu ada air mata yang tak diingini
Terisak memohon
Berharap ada ruang disudut hati
Memelas senyum
Menanti sapa
Menyentil empati
Meraih simpati
Membuka kembali hati
Biar matamu menyorot sudut hati yang hampa
Hati kosong tanpa sapa
Lalu menangis terisak
Tak tertahan pilu hatinya
Tak terbendung beban perasannya
Hampir mati oleh takdir keegoisannya
Ternyata masih ada ruang kecil dihatinya
Berbalut senyum ia mengulur tangan
Memberi isyarat harap akan rasa
Ini berat, begitu ia berucap
Inginkan harapan kembali dia dalam mimpinya
Mimpi yang telah bersimbah airmata mengejarnya
Sampai akhir satu kata menyapa dalam cinta
Dan menyulap dunia menjadi surga

Sabtu, 07 April 2012

Dari Mahfudz Siddiq untuk Rakyat Indonesia



 #Nih "Pengkhianatan Koalisi PKS" versi Setgab: 1. Dukung angket Century, 2. Dukung angket mafia pajak dan 3. Tolak naik harga BBM.

#Apakah untuk 3 kasus tsb koalisi satu suara? Tidak. Bbrp partai koalisi beda dgn pemerintah. Tp label "pengkhianat" ditujukan hanya ke PKS.

#PKS dukung angket Century jelas krn perampokan Bank yg kemudian ditutup uang negara hrs diusut dan tdk boleh jadi pola berulang!

#PKS dukung angket mafia pajak jelas krn rugikan potensi penerimaan keuangan negara puluhan bahkan ratusan trilyun per-tahun. Kasus Gayus??

#PKS tolak harga BBM naik jelas krn masih ada solusi lain dan masy tdk siap dan tdk mampu. Faktanya skrg harga minyak dunia terus turun!

#Sekarang media ributkan "kejanggalan" APBNP yg diduga ada "barter" soal uang negara tuk gantirugi korban "Lapindo". Ada kaitan dgn isu BBM??

#Jika ada yg paham hebatnya mafia BBM di Indonesia, siapa paling diuntungkan jika BBM subsidi jadi naik 1 april lalu? Pastinya bukan PKS!

#PKS koalisi dgn Pres SBY krn mau bantu negara dan rakyat. Bukan bantu seorang SBY dan PD. 

http://yfrog.com/odtjtgsj#Koalisi pernah disebut pengamat sbg "kerumunan politik yg sarat kepentingan". Jadi wajar kalo ada intrik, saling incar, belah bambu, etc!

#Saya tdk kaget jika seorang Ketum partai besar tiba2 jadi jubir istana tuk katakan bhw "PKS tlah berkhianat". Kami tdk akan komen ttg Anda!

#Saya jg tdk kaget ktk bbrp partai Islam minta PKS tdk dukung PT tinggi yg diusul 3 parpol besar dlm UU Pemilu. Kami setuju. Lalu Anda skrg??

#Banyak pihak nilai pemerintah asyik dgn pencitraan. Aneh saat PKS tolak harga BBM naik, buru2 mereka tuding PKS cari pencitraan. Haha..?!

#2 periode, PKS tahu persis bgm manajemen koalisi dijalankan. Yakinkah bhw proses pengambilan keputusan baik jika style leadership sprt ini?

#Amar ma'ruf - Nahi munkar: prinsip PKS dlm berpolitik, baik di dalam ataupun di luar pemerintahan. Katakan kebenaran meski pahit (resikonya)

#PKS tdk punya media besar tuk bangun opini. Media kami adl nurani & akal sehat rakyat ini yg paham soal century, mafia pajak & kisruh BBM!

#PKS mmg partai seumur jagung tp pelajaran sejarah menyambung umur perjuangan kami tuk sadar dan paham bertindak. Meski banyak yg blm sadari.

#Kepada kader PKS trus arungi gelombang samudera dgn sampan kecil kalian! Kelak kapal2 besar yg akan karam akan butuh "tangan" kalian!

#Kader PKS: Trus pelajari sejarah, firasati keadaan dan bertindak tanpa pamrih untuk kebaikan sebanyak2nya orang di sekeliling kalian!

#Selamat berhari libur, tp jgn sekali2 liburkan nurani & akal kita! Rakyat negeri ini sdh lama lelah dgn keadaan, tp mrk msh simpan harapan!

Senin, 02 April 2012

SECUIL CINTA, WARNA CINTA DI ATAS OBSESI


Siang itu lalu lalang kendaraan diterminal Dompu memekakkan telinga, terik matahari membuat keringat mengguyur seluruh tubuh, bagian punggung baju kotak-kotak Rangga terlihat basah oleh keringatnya. Terik ini pula yang dirasa oleh Aurora. Siang yang berbeda, tidak hanya oleh matahari tetapi gemuruh perasaan yang menguasai hati mereka. Ini kali terakhir mereka bertemu setelah jalinan cinta yang mereka rajut dengan perantara seorang Ustad ternama di daerahnya. Rangga hendak berangkat ke pulau Lombok, pulau sekaligus yang menyatukannya dengan ibukota propinsi Nusa Tenggara Barat.

Disudut terminal itu mereka berdiri dibatasi jarak yang cukup jauh. Jarak yang bisa dipastikan tak ada yang mengetahui  dialog cinta dihati mereka. Harapan kasih sayang sedang diproses untuk bersatu saat itu harus terpisah sementara oleh tuntutan pekerjaan kantor Rangga yang harus meninggalkan tidak hanya obsesinya untuk menikah tetapi juga seluruh amanah organisasi, serta keluarga pula sahabat-sahabatnya.

Simbah keringat sengaja tidak dihiraukan oleh mereka, ingin rasanya tempat mereka berdiri ini dibuat seperti sebuah monumen yang bisa disaksikan suatu saat nanti. Saat dimana cinta itu telah terajut sah dalam bingkai syariat. Tak ada dialog yang membuktikan mereka saling mengenal siang itu. Hanya sesekali tatapan kearah keduanya yang masing-masing mereka interpretasikan sama. Kalimat yang mewakili perasaannya saat itu. “Aku titip secuil cinta dihatimu, aku menunggu hingga waktu mempersatukan kita. Allah menyaksikan siang ini bahwa hatiku berjanji untuk melanjutkan proses menuju bahtera pernikahan”.
Begitu kiranya dendang perasaan yang sama terlontar dalam hati kecil mereka. Sembari harapan ini diyakinkannya kuat mengisi setiap sudut hati mereka. Ada do’a. Ada cita-cita segera menyempurnakan agama.
“Mas, ayo!!busnya mau berangkat..” kondektur bus menyela interaksi hati mereka. Aurora mencoba mengalihkan perasaan sedihnya. Antara keyakinan dan ketakutan tentang akhir dari kisah cintanya. Dia lalu mencoba pergi menjauh dari tempatnya berdiri. Dalam berat rasa hatinya dia mencoba kuat, tidak ingin kemudian keberadaannya memberatkan Rangga.

Rangga pun naik ke dalam bus. Dan duduk tepat kursi nomor 10 dekat jendela. Buspun berangkat meninggalkan terminal Dompu. Terminal yang tidak hanya menjadi terminal bus tetapi akan menjadi terminal cinta Rangga dan Aurora.

“Selamat tinggal Dompu, aku akan meninggalkan semuanya sementara untuk mengejar citaku ini, semoga dua tahun kemudian aku kembali dalam keadaan yang sama. Amin..” Seraya mengangkat kedua tangannya tanpa terpengaruh oleh bapak tua yang duduk dikursi sebelahnya.

***

Siang tepat jam 11.00 keesokan harinya. Rangga sampai diterminal Mandalika Mataram. Lalu Rangga menuju rumah dinas yang sudah disiapkan oleh pihak Pemerintah.

Sampailah iya di tempat tinggalnya yang baru. Suasana sejuk ditempat barunya terasa mendekatkan dia dengan kampung asalnya. Tidak jauh berbeda, nuansa alami yang melukiskan kekuasaan Ilahi tak ada duanya. Seperti tidak berpindah dari tempat tinggalnya di Dompu.

Setelah istirahat. Ba’da magrib Rangga segera melapor ke Ketua RT tentang keberadaannya yang menempati rumah dinas yang sudah hampir setahun tidak berpenghuni. Sambutan Pak RT dan keluarganya menghangatkan perasaan Rangga dengan suasana disekiitar situ.

Rangga kembali ke rumah dan mulai menyiapkan berkas-berkas untuk keperluannya bekerja besok.
Keesokan harinya pagi-pagi Rangga berangkat ke tempat kerjanya. Dia berjalan kaki karena tidak begitu jauh dari perkampungan itu. Sesampai di kantor tampak semua karyawan yang hendak siap-siap untuk mengikuti apel pagi. Rangga langsung ikut bergabung.

Setelah apel pagi berlangsung Rangga langsung menuju ruang Kepala Dinas Pertanian. Ia Rangga bekerja di Dinas Pertanian. Setelah melapor Ranggo langsung diperkenalkan oleh Kepala Dinas kepada semua pegawai yang ada di instansi tersebut.

Aktivitas dikantornya selama seminggu itu sangat dinikmatii oleh Rangga. Lingkungan baru yang menjanjikan pembelajaran yang berharga, ilmu-ilmu yang bermanfaat, dan budaya kerja yang sangat profesional. Rangga yakin sepulang dari sini akan membagi semua ilmunya di Dinas pertanian di daerahnya. Rangga ingin juga bahwa selama di Mataram dia tetap menjaga ibadah hariannya sehingga dia pun mendatangi kelompok-kelompok kajian Islam disekitar perkampungan itu.

***

Enam bulan sudah berlalu, kesibukannya di Mataram mengikis ingatannya tentang Dompu, Aktivitasnya dahulu, dan juga Aurora. Tetapi dalam hati terdalam komitmennya untuk menikah dengan gadis yang sudah ia kenal sebelumnya masih tersimpan rapi dalam hati. Kadang-kadang ingatannya terhadap Aurora terbawa hingga ia sering bermimpi ketemu Aurora.

Selama merantau di negeri orang Rangga sudah sangat akrab dengan masyarakat di kampung ini, karena keramahan dan pribadinya yang sholeh menempatkan ia di setiap hati tetangga-tetangganya. Dan ternyata ketua RT di tempat itu menaruh perhatian khusus sama Rangga.

Suatu ketika seperti biasanya selepas shalat magrib Rangga mengisi waktu dengan tilawah Qur’an, dan membaca buku-buku agama di masjid. Dihampirilah ia oleh ketua RT yang sekaligus menjadi imam di masjid jami’ Baiturrahman.

“Assalamu’alaikum nak Rangga” sembari mengulurkan tanggan untuk berjabat tangan dengan Rangga.
“Wa’alikumussalam, eh Pak Ridwan. Apa kabar pak?sehat?” Jawabnya ramah.
“Nak Rangga betah tinggal di kampung ini”
“Alhamdulillah, saya berah sekali pak. Selain ramah-ramah, masyarakat sini juga taat beribadah pak”
“Alhamdulillah Nak Rangga, Bapak juga berharap Nak Rangga betah disini. Dan jika ada hal-hal yang tidak berkenan dihati, langsung saja sampaikan ke Bapak”
“Insya Allah pak. Yang pasti sampai saat ini saya kagum dengan suasana di desa ini”
Pak Ridwan merasa cukup untuk berbasa-basi mencairkan suasan sebelum ia memulai pada pembicaraan inti. Lalu sambil memegang lengan Rangga Pak Ridwan melanjutkan pembicaraannya.
“Ngomong-ngomong Nak Rangga sudah berkeluarga?”
“Alhamdulillah belum pak, saya masih sendiri, minta do’anya setelah tugas dinas ini saya bisa menggenapkan separuh Dien”
“Wah kebetulan neh nak Rangga, Bapak punya anak perempuan yang seumur dengan nak Rangga, namun sampai hari ini dia belum menikah, selama ini banyak yang datang melamar tetapi sering ditolak sama anak saya. Yang sederhana dia sampaikan adalah karena tidak ada yang berjenggot.”
“Aduwh terimakasih sekali pak, Bapak sudah menawarkan kebaikan untuk saya, tetapi maaf pak tanpa mengurangi rasa hormat saya ke pak Ridwan, saya belum bisa jawab sekarang pak karena saya masih ingin menuntaskan tugas saya selama disini”.

Belum tuntas pembicaraan adzan isya sudah berkumandang. Saatnya kembali menghadap Robbil Izzati. Karena keduanya masih dalam kondisi berwudhu, mereka langsung melaksanakan shalat sunat kemudian melanjutkannya dengan shalat isya berjamaah.

Sepulang dari masjid, Rangga meresapi tawaran dari Pak Ridwan tadi. Dia sedikit kepikiran. Satu sisi dia merasa saat ini, diusia yang menginjak ke 26 tahun tepat baginya untuk mengakhiri masa lajangnya. Satu sisi yang lain Aurora disana, sedang menanti kepastian proses yang tidak kunjung usai karena pertimbangan keluarga yang cukup memberatkan. Dan kali ini tawaran kebaikan itu menghampiri tanpa syarat satupun. Pilihan-pilihan yang membuat Rangga cukup berat untuk mengambil sikap. Dia kembalikan kepada takdir Allah SWT. Semoga ada yang terbaik bagi kebimbangannya tentang pilihan menikah.

***

Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa hari-hari dilewati Rangga dengan tanpa perubahan yang berarti. Hanya kepercayaan diri untuk mengembangkan ilmu yang didapatnya setelah nanti kembali ke tempat asal ia bekerja. Satu perasaan yang berbunga dalam hatinya ketika dia ingat bahwa sebentar lagi akan datang masa kebahagiaan baginya, saat di tersenyum indah kala duduk bersanding di pelaminan, tentu dengan seorang wanita yang selama ini menantikan kehadirannya pulang kembali dalam hati yang terus mendendangkan cinta.
Enam bulan lagi masa tugas belajarnya berakhir. Pekerjaannya tinggal merapikan evaluasi akhir dan pelaporan kepada dinasnya di Dompu. Ingin rasanya hari itu segera pulang ke rumah dinas untuk mengabarkan kepada keluarganya, kemudian melanjutkan pembicaraan yang sempat tertunda setahun yang lalu tentang rencana pernikahannya dengan Aurora.

Jam 15.00 dia pulang bekerja. Sesampai dirumah, belum dia mengganti pakaiannya dia lebih dulu mengambil handphone di kantong kecil tas ranselnya. Rangga ingin bicara dengan keluarganya di kampung.

“Assalamu’alaikum” suara jernih ibu tercintanya yang mengangkat telepon.
“Wa’alaikumussalam. Ibu sehat?keluarga dirumah sehat?”
“Alhamdulillah sehat semua, tapi...”
Tut..tut..tut..handphonenya tiba-tiba mati. Rangga mencoba menghubungi kembali nomor handphone ibunya tetapi jaringan sibuk, nampaknya jaringan seluler kembali error seperti biasanya. Tidak bisa menyambung untuk menelpon. Tetapi lancar untuk menyampaikan sms. Tiba-tiba nada pesan handphone Rangga berbunyi.

“Maaf Nak, ibu mencoba menghubungi kembali tidak bisa. Maafkan ibu nak”
“Iya bu. Disini juga tidak bisa tersambung” tetapi Rangga merasa aneh. Kenapa tumben ibunya meminta maaf seperti itu di sms. Lalu dia kembali mengirimkan sms kepada ibunya.
“Minta maaf untuk apa bu?”
“Maaf nak. Ibu tidak bisa menjaga kekasihmu. Aurora”
“Maksud ibu?”
“Iya nak. Semua masyarakat disini sudah tahu kalau Aurora ternyata diam-diam menjalin hubungan dengan suami orang”
“Astagfirullahal’adzim. Ibu tidak bercanda kan?”
“Iya nak. Ibu juga malu sama  tetangga.”
"Iya bu. Yang sabar ya.."

Hati rangga seperti telah hancur berkeping-keping. Seluruh semangat dan obsesinya selama ini kandas oleh kabar ini. Dia terdiam. Melamun. Tak habis fikir dengan kabar yang baru saja didengarnya. Dia mencoba tenang dengan semua ini tetapi perasaan kecewa lebih kuat menggenggam hatinya. Tersayat hati kecilnya. Seperti hilang semangatnya untuk melanjutkan tugas yang sudah setahun dia jalani. Dia sadar bahwa salah satu kekuatan yang mengantarkannya pada tugas dinas ini adalah ukiran nama Aurora yang tak bisa dihapuskan dengan apapun dihatinya. Tapi berita malam itu membuatnya tak berbekas sama sekali.

Dia melamun hingga lupa dengan makan malamnya. Tak ingin malam itu lewat berakhir dan berganti pagi sebelum dia hapus semua cerita, angan-angan, cita-cita yang dirangkai dan disutradarainya dengan dua pemain inti yaitu dia dan Aurora. Semakin berjalan menuju jam 23.59 wita dia mencoba realistis, dia masih punya Tuhan yang maha mengatur segala sesuatu. Memberikan yang terbaik sesuai dengan yang Tuhan inginkan kepada dirinya. Lalu Ranggapun berbaring dan tertidur pulas sampai subuh.

Keesokan harinya. Pagi cerah secerah biasanya. Hanya perasaannya yang mendung tanpa cahaya optimisme kala biasanya. Rangga kembali bekerja seperti hari-hari sebelumnya.

Sesampai disana dia membaca pengumuman di papan informasi tentang peserta tugas belajar terbaik yang akan melanjutkan program tugas belajar dari pemerintah di Bali 6 bulan lagi. Program itu akan berlangsung selama setahun dan di setiap dinas hanya diwakili oleh dua orang dan salah satunya adalah Rangga. Tidak ada yang istimewa juga dengan berita ini karena sekali lagi bagi Rangga tak ada yang istimewa selain bersanding dipelaminan dengan seorang gadis idamannya. Dan dia adalah Aurora Fitriana.

***

Enam bulan kemudian. Rangga sudah cukup berubah. Orientasi hidup baginya adalah bekerja dan karir. Nomor handphone yang biasa dia pakai sudah diganti dengan yang baru. Daftar kontak yang mengisi handphonenya juga adalah orang-orang baru. Dan disana sudah tidak ada yang bernama Aurora. Rangga telah mengkondisikan hatinya untuk melupakan semua kenangan itu. Harapan. Dan rencana indahnya dahulu.
Tiba saatnya dia berangkat ke Bali melanjutkan program dinas yang sekaligus menjadi penghargaan bagi dua orang peserta tugas belajar di dinas pertanian.

Pagi-pagi tepatnya jam 06.00 Rangga menuju Bandara Internasional Lombok. Dia dapat jadwal pesawat pagi. Sampai di sana masih ada waktu sekitar 20 menit untuk menunggu pemberangkatan. Sedang duduk membaca harian Lombok post Rangga dihampiri oleh seorang bapak-bapak.

“Assalamu’alaikum nak Rangga”
Dengan mata yang masih menatap fokus pada koran yang dibacanya Rangga menjawab “Wa’alaikumussalam”. Lalu dia mengangkat kepala dan melihat orang yang menyapanya, ternyata Pak Ridwan, ketua RT sekaligus imam masjid Baiturrahman.
“Pak Ridwan, mau kemana pak?”
“Saya mau ke Bali. Loh..Nak Rangga kenapa tidak ke rumah?”balasnya dengan ekspresi berharap.
“Iya pak. Saya minta maaf kemarin belum sempat pamit sama Bapak. Kebetulan tugas belajar saya di Mataram sudah selesai. Dan saya salah satu peserta tugas belajar di dinas pertanian yang mendapat penghargaan. Dan sekarang diutus ke Bali untuk melanjutkan program ini”
“iya saya sudah tahu nak Rangga.”
“Maksud bapak?kok bapak sudah tahu?”
“Iya anak saya yang cerita. Anak saya juga dapat tugas belajar di tempat yang sama dengan nak Rangga. Dia dari dinas pertanian Bandung karena dulu sekolahnya di Bandung. Dan salah satu peserta dari dua peserta yang di utus ke bali itu adalah anak saya Dwi Srikandi”
“Ooo begitu Subhanallah dunia itu sempit ya ternyata..”
“Perkenalkan nak Rangga, ini anak saya Dwi”
“Dwi..” Sambil memberi isyarat perkenalan pada Rangga tanpa berjabat tanggan.
Rangga kaget karena seorang wanita yang berjilbab panjang warna hijau daun saa itu. Yang sempat menyita perhatiannya dengan keramahan dan wajah bersih yang selalu ceria. Dan selalu dilihat Rangga sedang membaca al-qur’an disetiap waktu dhuha adalah Dwi anaknya ketua RT. Rangga tidak menyangka ternyata satu dinas sama dia, selama ini dia mengira Dwi ini bekerja di dinas disamping dinas pertanian yang kebetulan tidak memiliki mushollah.
“Iya..perkenalkan saya Rangga” balasnya.
“Alhamdulillah akhirnya niat bapak mempertemukan kalian terjadi juga. Ini lah nak Rangga anak saya yang dulu pernah mau bapak kenalkan ke nak Rangga”
Rangga tidak begitu memberi tanggapan yang memberi kesan menjawab harapan terhadap Pak Ridwan. Dia hanya memberi jawaban datar saja.
“Iya pak sekali lagi terimakasih. Insya Allah jika jodoh tidak akan kemana”

Pak Ridwan tersenyum dengan jawab Rangga yang cukup diplomatis. Akhirnya pemberangkatan pesawat ke mengakhiri pembicaraan mereka.

Selama di pesawat Rangga berfikir serius tentang keinginan pak Ridwan menjodohkannya dengan Dwi. Dia berfikir bahwa inilah mungkin jalan takdir yang Allah inginkan untuknya. Setelah sekian lama tidak membuka pembicaraan tentang keinginannya Pak Ridwan ternyata masih menyimpan harapan besan untuk menikahkan anaknya dengan Rangga, pemuda sholeh yang luar biasa.

Sesampai di tempat penginapan di Bali. Kali ini mereka menginap di hotel yang sudah sekian lama bekerja sama dengan pemerintah dalam program ini. Tetapi mereka menginap di hotel yang berbeda. Karena ruangan hotel tempat Rangga menginap sudah penuh, memang untuk kali ini kapasitas peserta tugas belajar semua dipusatkan di Bali sehingga sangat banyak.

***

Seminggu Rangga mengkhususkan waktu untuk shalat istikhoroh, mengembalikan semua rencana dan pilihan pada keputusan Allah. Satu anjuran Islam yang dia fahami, yang dianjurkan kepada setiap orang yang ingin memilih sesuatu dan bimbang memutuskan satu perkara.

Setelah waktu-waktu ini dimanfaatkannya. Mantap rasa hatinya untuk mengiyakan tawaran pak Ridwan. Lalu Rangga mengkomunikasikan semuanya kepada orang tuanya dan meminta pertimbangan. Sambutan baik pula kebahagiaan yang ditunjukkan orang tua Rangga semakin memantapkan pilihannya. Dan Rangga memutuskan untuk bertemu dengan pak Ridwan yang kebetulan selama sebulan menemani putri semata wayannya di Bali.

Pertemuan antara mereka berlangsung di sebuah masjid besar yang terletak di perkampungan antara kedua hotel tempat mereka menginap. Selepas shalat berjamaah Ashar Rangga menyampaikan isi hatinya untuk menerima tawaran Pak Ridwan. Rangga juga berbicara banyak hal tentang pemahamannya tentang menikah, dari awal tentang khitbah, kemudian mahar, lalu akad nikah, dan acara resepsi pernikahan. Pak Ridwan juga orang yang sudah sangat faham tentang aturan Islam yang berkaitan dengan menikah, ditambah lagi pemahaman anaknya Dwi Srikandi yang selama di Bandung berkecimpung dalam aktivitas tarbiyah selalu memberikan pencerahan pada ayahnya selama ini. Dan pertemuan saat itu sudah sangat mantap sampai pada keputusan waktu khitbah dan mempertemukan dua keluarga besar.

Masa yang dinanti itu segera tiba. Mengurai cinta dalam mahligai Ilahi. Memulai langkah untuk merangkai pernikahan suci yang ditaburi kasih sayang yang selama ini tersimpan rapat dalam hati keduanya. Rangga terlihat sangat bersemangat menyambut detik-detik kesempurnaan Dien yang akan dilewatinya.

***

Seminggu kemarin sudah terjadi pertemuan dua keluarga besar. Lamaran. Sekaligus membiacarakan mahar dan waktu akad nikah.

Persiapan yang tidak menghabiskan waktu lama. Sangat singkat. Dan menyepakati hal-hal yang tentu akan menjadi kebahagian dan masa depan bagi Rangga Wiradesa dengan Dwi Srikandi. Tiba saatnya waktu untuk menyatukan ikatan cinta keduanya dalam ikatan yang sah. Besok pagi akan berlangsung akad nikah mereka, berlangsung di Mataram, di tempat tinggal Dwi Srikandi dan keluarga besarnya.

Malam itu, Rangga tampak tenang dan menyiapkan fisik serta mental untuk menghadapi momentum bersejarah dalam hidupnya. Saat yang menjadi batas masa lajangnya dengan kesempurnaan Dien, diamana semua akan dilewatinya dengan seorang gadis pilihan, tentu dengan mengumpulkan segala cinta yang selama ini memenuhi hati nya sendiri.

Keesokan harinya. Suasana tampak ramai, undangan mulai berdatangan. Menyaksikan proses sakral kedua insan ini, dan saat itu tidak hanya manusia, tetapi malaikat juga ikut berdoa meminta keberkahan proses ini.
Barakallahu laka wabaraka alaika wajama-a bainakuma fii khori.

Disaat-saat menunggu acara dimulai, nada pesa di handphone Rangga berbunyi. Biasa saja Rangga membuka handphonenya karena sejak semalam banyak sms yang masuk mengucapkan do’a dan ucapan selamat atas pernikahannya. Tetapi kali ini sms berasal dari nomor yang tak bernama.

“Assalamu’alaikum. Bagaimana kabarnya kak Rangga?sepertinya masa tugas di Matarama sudah selesai. Bagaimana dengan rencana pernikahan kita?”
Rangga sinis melihat sms ini lalu membalas sms itu “Maaf ini siapa?”
Ini Aurora. Aurora Fitriana”
Rangga semakin sinis, dan menjawab agak ketus. “Maaf, jalan kita sepertinya sudah berbeda. Syariat yang selama ini membungkus aktivitas kita sudah ternodai. Saya ingin perjalanan saya tetap dalam rel keridhoan-Nya.”
“Maksudnya apa?saya selama dua tahun menunggu mengisi hari-hari saya dengan kajian Islam, Kajian tentang membentuk keluarga muslim, dan menjaga diri saya dan komitmen cinta saya menunggu kak Rangga”
Rangga tampaknya sangat marah. Dia merasa Aurora semakin menjadi wanita yang menyepelekan agama. Berbohong. Dan berlindung dibalik busana muslimahnya.
“Jangan berdusta. Bukankah kau telah menjalin hubungan haram dengan suami orang” smsnya sambil gerang memegangi handphonenya keras.
“Astagfirullah. Wallahi!! Saya tidak pernah melakukan itu. Justru saya selama ini tinggal di pesantren tempat saya mengajar karena disana ada aktivitas ibu-ibu pengajian dan pembinaan terhadap mereka”

Rangga tersentak. Keringat bercucuran membasahi baju pengantinnya. Dia merasa berdosa telah menuduh Aurora. Dia merasa bersalah karena mengambil sikap sepihak yang tidak mencari informasi sesungguhnya tentang Aurora. Mukanya merah. Kebingungan antara dua pilihan yang sama-sama berat. Dia ingin cintanya dahulu bersemi seperti bunga mawar, tetapi dia juga bingung karena sudah berada di gerbang pernikahan dengan seorang gadis lain yang baru dia kenal.

“Ya Rabb..Tolong lah aku, berikan ketenangan kepada hatiku. Jangan biarkan pilihanku mendzolimi mereka yang pernah singgah dihatiku".

Tidak bisa dibayangkan kondisi perasaan yang sudah tidak jelas menguasainya. Air matanya terasa di ujung mata. Ingin membasahi nuansa bahagianya saat itu. Bercampur tak berasa.

Beberapa saat kemudian suara handphonenya berbunyi ada yang menelponnya. Tanpa melihat siapa yang menelpon Rangga lalu mengangkatnya.

“Hiks..hiks..hiks..Barakallahu laka wabaraka alaika wajama-a bainakuma fii khoiri. Maafkan segala khilafku. Semoga engkau bahagia disana..” tut..tut..tut..
“Halloo..halloo..halloo..Aurora..!!!”

Ternyata Aurora barusan mendapatkan sms lanjutan dari teman SMA nya bahwa Rangga melangsungkan akad nikah pada saat itu.

Ekspresi Rangga yang mengangkat telfon dan suaranya yang keras menyebut nama Aurora membuat semua undangan berdiri melihatnya. Dan keluarga terutama ibunya menghampiri Rangga dan menenangkan suasana hatinya. Rangga menangis dihadapan ibunya, selama ini dia telah memelihara prasangka buruk terhadap wanita yang telah ia janjikan menikah. Isak tangis itu diikuti oleh perasaan ibunya yang halus karena sangat mengetahui bagaiman cita-cita Rangga terhadap aurora dan masa depan mereka.

Setelah ditenangkan akhirnya suasana kembali normal dan Rangga akhirnya melangsungkan pernikahan dengan Dwi Srikandi saat itu juga.




Minggu, 01 April 2012

PILKADA YANG MENGGERAKKAN



Oleh Cahyadi Takariawan
___________


He tangi, tangi…. iku bosmu sido ndaftar Gubernur Jakarta !” 

Suara melalui handphone itu demikian keras di telinga Yunus, seorang kader di Palu, Sulawesi Tengah. Jam 24.00 WITA, Yunus yang sudah tidur menjadi terbangun karena telpon genggamnya berdering. Rupanya saudaranya dari Banyuwangi menelpon dengan luapan kegembiraan, karena tengah menyaksikan berita di televisi proses pendaftaran Hidayat Nurwahid ke KPUD DKI Jakarta untuk calon Gubernur, berpasangan dengan Didik J. Rachbini.

“Alhamdulillah, sampeyan ngerti seko ngendi ?” tanya Yunus.

“Mulo ndang tangiyo, aku yo isih nonton tivi, lagi ono beritane bosmu iku…”, jawab saudaranya di Banyuwangi. Yang disebut dengan “bosmu” adalah Hidayat Nurwahid.

Keluarga Yunus yang berada di Banyuwangi merasa demikian bersyukur, karena tokoh yang sangat mereka kagumi, Hidayat Nurwahid, mendaftar menjadi calon Gubernur DKI. Sedemikian gembiranya, mereka tidak sabar berbagi, langsung menelpon Yunus yang telah istirahat di Palu. Yunus mereka kenal sebagai aktivis PKS, sementara keluarga yang di Banyuwangi merupakan warga masyarakat biasa, bukan kader.

Semua Bersyukur


Keluarga Yunus hanyalah salah satu kisah dari sangat banyak kisah serupa. Saya mendengar banyak kader di wilayah DKI melakukan sujud syukur setelah pasangan HNW – Didik resmi mendaftar di KPUD. Mereka sangat bersyukur karena tokoh yang kharismatik ini bisa maju sebagai calon Gubernur DKI. “Kami semua sangat terharu, dan bersyukur beliau berhasil menjadi calon Gubernur. Kami semua siap bekerja memenangkan beliau”, ungkap seorang kader senior di DKI.

Jika banyak kader di DKI melakukan sujud syukur, tentu wajar, karena perhelatannya memang terjadi di wilayah DKI. Namun ternyata yang merasakan kegembiraan bukan hanya kader DKI, bahkan kader di luar DKI yang tidak akan bisa ikut memilih saat Pilkada DKI. Juga bukan hanya kader, termasuk simpatisan dan masyarakat umum ikut merasakan kegembiraan. Contohnya adalah keluarga Yunus di Banyuwangi. Demikian jauh dari Jakarta, dan tidak akan bisa ikut memilih saat Pilkada DKI karena tidak tinggal di Jakarta, namun kegembiraannya demikian membuncah.

Yunus pun segera membangunkan isterinya, dan mereka berdua dengan antusias menyaksikan berita televisi tentang pendaftaran pasangan HNW – Didik di KPUD DKI. Mereka merasa sangat berbahagia, dan ikut merasakan semangat yang membara ingin terlibat memperjuangkan kemenangannya. Yunus tinggal di Sulawesi Tengah, namun ia tergerak untuk memberikan dukungan dalam bentuk apapun yang bisa dilakukannya.

“Saya akan mengontak teman dan kerabat saya yang tinggal di wilayah Jakarta, agar memilih pasangan HNW – Didik”, ungkap Yunus.

Demikian pula Zuhrif, kader yang tinggal di wilayah Kota Yogyakarta. “Saya sudah mengontak 22 keluarga saya yang tinggal di Jakarta, agar kelak memilih HNW – Didik dalam Pilkada”, katanya penuh semangat. Bahkan, ia menyempatkan diri hadir ke Jakarta agar bisa menyaksikan proses pendaftaran HNW – Didik ke KPUD DKI secara langsung. Jauh-jauh ia menempuh perjalanan agar tidak ketinggalan peristiwa yang monumental tersebut.

Falah, seorang kader dari Sleman DIY tidak mau ketinggalan. Dia mengirim pesan lewat grup BBM, “DPW PKS DIY harus segera membuat instruksi agar seluruh kader DIY mensukseskan Pilkada DKI, dengan jalan dukungan doa, tenaga, dan mengontak teman serta kerabat yang tinggal di wilayah Jakarta untuk memenangkan HNW”.

Luar biasa, bahkan SMS dari banyak kader di berbagai daerah, menunjukkan suasana semangat yang sangat membara. Berikut contoh kiriman SMS yang masuk ke handphone saya, dari berbagai daerah di Indonesia:

“Allahu Akbar ! Inilah saatnya memimpin Jakarta”.

“HNW memimpin Indonesia, melalui DKI Jakarta”.

“Allah beserta kita”.

“Kita bangkit bersama, menangkan HNW di DKI Jakarta”.

“Menuju RI – 1, melalui DKI – 1”.

Masih banyak contoh SMS lainnya yang sedemikian semangat menyambut pendaftaran HNW menjadi calon Gubernur DKI Jakarta. Semua bersyukur atas pencalonan HNW, dan ingin terlibat memenangkannya.

Pilkada yang Menggerakkan


Fenomena semangat yang menggelora sangat terasa. Semua kader ingin segera bekerja, seakan Pilkada tinggal besok pagi saja. Semua merasa tidak sabar untuk segera memenangkannya. Pilkada DKI telah menggerakkan semangat, motivasi, dan kebersamaan kader di seluruh Indonesia. Bukan hanya DKI Jakarta dan sekitarnya, namun merata sampai seluruh wilayah dan daerah.

Benar-benar Pilkada yang menggerakkan. Seakan ada sesuatu yang turun dari langit, dan menyentak perhatian kader. Kita harus segera bekerja, dan kita sudah siap untuk bergerak lebih keras dari sebelumnya. Seorang kader secara bergurau mengirim SMS kepada saya, “Berterimakasihlah kepada Foke, karena dia tidak jadi berpasangan dengan kita, sehingga kita justru bisa maju sendiri. Ini akan membuat kita solid.”

Fenomena tergerakkannya kader ini sedemikian merata. Bukan hanya di DKI Jakarta. Bahkan semua struktur wilayah menyatakan siap membuat Posko Pemenangan di Jakarta. Sebagaimana diketahui, Jakarta dihuni oleh masyarakat dari berbagai etnis dan susku bangsa. Maka semua wilayah menyatakan siap membuat Posko Pemenangan dalam rangka mengajak warga asal wilayah masing-masing untuk memilih HNW dalam Pilkada Jakarta.

Tidak perlu instruksi, tidak perlu taklimat. Semangat sudah merata. Seorang kader senior di Yogyakarta menangis, karena hanya bisa membaca berita melalui milis dan SMS tentang persiapan pemenangan Pilkada DKI Jakarta, dan ia merasa tidak bisa membantu apa-apa kecuali doa. Lihatlah, bahkan kader yang tidak tinggal di Jakarta saja merasa berdosa karena tidak bisa memberikan bantuan tenaga. Pilakada Jakarta benar-benar menggerakkan kader dan struktur semuanya.

Banyak kader yang tinggal di luar Jakarta bertanya, “Apa yang bisa kita lakukan selain doa?” Masyaallah, pertanyaan yang menandakan kecintaan. Pertanyaan yang menunjukkan telah tergerakkan. “Kami tidak bisa hanya diam saja dan menonton berita. Kami harus ke sana”, ungkap seorang kader di kecamatan Banguntapan, Bantul, Yogyakarta dengan penuh semangat menggelora. “Kami akan menangis kalau hanya melihat berita”, katanya.

Subhanallah, walhamdulillah. Belum pernah saya menyaksikan Pilkada yang sangat heroik seperti di DKI Jakarta. Baru berita pendaftaran di KPUD saja, sudah menggerakkan semangat yang membara. Ikatan emosi yang demikian kuat tercurahkan, dan semua ingin bekerja memenangkan Pilkada Jakarta.

Seorang kader di wilayah Jawa Tengah dengan semangat menggelora mengatakan telah membuat tim kecil yang akan dikirim ke Jakarta, melakukan “operasi” ke masyarakat Jawa Tengah yang tinggal di Jakarta. “Operasi ini kami biayai sendiri. Ini bentuk kontribusi kami bagi kemenangan dakwah di DKI”, kata kader tersebut. Sayapun dibuat menangis oleh pernyataan ini.

Subhanallah walhamdulillah. Tadi sore melihat gambar HNW sedang rapat menyusun langkah kemenangan bersama tim, melalui grup BBM. Sayapun kembali menitikkan air mata. Gambar-gambar semacam itu telah memberikan banyak cerita. Gambar dan berita Pilkada Jakarta telah menggerakkan hati kita, nurani kita, semangat kita, kecintaan kita, kebersamaan kita, kesungguhan kita, perjuangan kita.

Subhanallah walhamdulillah. Semoga Allah berikan kemenangan dan kebaikan dalam perjuangan dakwah di DKI Jakarta.**


*http://cahyadi-takariawan.web.id/?p=2268
Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. Amin