`

`

Menulis bersama Cinta

Aku akan menulis bersama cinta. Itu kalimatku. Ini langkah pertamaku untuk memulai merangkai kembali segala ide ini. Semoga memberi manfaat pada kita semua. Memberi manfaat pada dunia.

Usiamu Bertambah, Cinta

Perasaan menemukan ruang untuk menulis ini ketika aku harus memikirkan satu ruang untuk menempatkan ucapan “Selamat Milad ke-23” kepada dikau, istriku sepanjang sejarah.

Dia Hadir Lagi

Malam ini kenapa rasanya ia hadir lagi mengisi ruang rindu ini. Setelah setahun lebih dia meninggalkan kami dengan senyum kasih sayangnya. Entah apa gerangan yang membuat air mata ini tiba-tiba menetes di sudut mataku. Tiba-tiba aku merindukannya.

Menikah Mengajarkan Banyak hal

Menikah seharusnya difahami sebagai lompatan menuju keridhaan dan surga Allah yang tidak pernah putus kenikmatannya. Maka dalam melewatinya semestinya bertabur amal sholeh.

Memaknai Tahun Baru 2014

Silahkan tulis mimpimu. Yakinlah bahwa ini hal terkecil yang bisa kita lakukan untuk merubah keterpurukan menjadi kebangkitan. Kita tidak akan sampai di ujung titik kesuksesan jika kerja-kerja yang kita lakukan hanyalah berhenti pada kesibukan kita mendefinisi makna fundamental tentang hadapan kita saat ini.

Hanya Ingin Menulis

SAYA INGIN MENULIS. Adalah sebuah cita-cita akan perubahan yang pelan tetapi pasti. Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan.

Jejak Usia Menuju 29 Tahun

Sesaat,waktu seolah memberi ruang untuk berkontemplasi panjang,memandangi kembali jejak dan sisa perjalanan yang telah dilewati

Bunda Tersayang, Semangat dan Inspirasimu Selalu Hidup

Semoga semangat dan inspirasimu selalu hidup sampai generasi kami menggantikan peran-peran ini. Dan semoga Allah meridhainya. #Bundatersayang.Spesial untukmu #Bundatersayang, bahwa semoga Allah mengampuni dosamu dan menempatkan engkau ditempat yang terbaik. Amin

Catatan Perjalanan Ber-LSM

Sekedar mengenang jejak #berLSM yang telah setahun tidak ku geluti lagi.#berLSM Gerbang baru, tempatku menemukan warna-warni aktivitas yang tak asing.Aktivitas #berLSM memang fase tetapi bagiku untuk beberapa hal adalah seperti melanjutkan perjalanan. #berLSM itu; penuh dengan ruang-ruang dialektika,motivasi mengembangkan diri,dan egaliter.Ya sudah pasti kita bisa memelihara idealisme.

Jika Boleh Memilih (Part 1)

Jika boleh memilih, aku ingin kembali ke masa kecil. Disaat mengenyam bangku sekolah di Sekolah Dasar (SD). Hidup bagiku disaat itu adalah mandi pagi, berseragam dan berangkat sekolah. Bermain sesuka hati, belajar semampuku, makan lalu istirahat. Hidup mengalir tanpa beban. Yang ada adalah tumbuh dan besar ditengah orang-orang yang menyayangi.

Antara Pilihan

Tak ingin rasanya beranjak pergi meninggalkan persinggahan ini ruang sepi yang buatku terhenti diujung jejak-jejak perjalanan itu

Sepi ditengah Keramaian

Sepi ditengah keramaian ini semoga menjadi peristiwa-peristiwa yang indah jika dikenang kembali kelak. Bahwa bagian dari perjalanan ini adalah memupuk cinta diseberang pulau. Atau cinta bersemi dalam kejauhan. atau mungkin Cinta dalam ruang yang berbeda. Atau apapun lah yang menggambarkan cinta yang selalu membersamai waktu-waktu kami.

Untuk yang Terkasih

Sayang..Cinta itu menyembuhkan..ada yang beda saat dirimu hadir disini..dengan segunung rasa yang kau punya..kau menyebutnya cinta..ya sering sekali kau menyebut kata itu,menulisnya,mengungkapkannya,menuliskannya lagi,begitu,sering sekali,terus begitu,seperti tak mampu diungkap oleh kata,seperti tak selesai ditulis dengan pena.

9 Bulan Lagi Jadi Ayah

"Kak barusan saya test pack. Alhamdulillah positif..Sembilan bulan lagi sampean jadi abi..In shaa Allah..:)" Memang baru saja menyapa di perut ibunya. Belum genap sebulan. Masa-masa berat yang mesti dilewati dengan kesabaran. Semoga tidak ada halangan ataupun hambatan yang berarti. Selanjutnya harus mengatur aktivitas sebaik-baiknya sehingga dia tetap terpelihara hingga menjadi manusia seutuhnya dan hadir menyapa dunia. Amin

Dua Hari Cukup

Satu bulan berada berjauhan dan sudah saatnya waktu ini berdialog dengan cinta kembali. Membersamai hari-hari berdua bersamanya, kekasih hatiku. Aku meski sadar bahwa karena pertarungan ini masih berhelat maka tidak ada cukup waktu untuk menyapanya. Dua hari saja cukup untuk dia, untuk memupuk senyum dan bahagia dihatinya.

Dari Politik Ke Peradaban (part 1)

Semangat saya kembali ber-api membaca transkrip taujih @anismatta "Dari Politik ke Peradaban" dalam buku Integritas Politik dan Dakwah.Ini kira-kira isi taujih yang membuat saya bersemangat. Momentumnya tepat untuk membakar jiwa ditengah perang saat ini. Monggo dinikmati..Kedepan ada 3 cita-cita yang akan kita kejar, yaitu: cita-cita politk, cita-cita dakwah, dan cita-cita peradaban.

Dari Politik Ke Peradaban (part 2)

Cita-cita yang harus kita kejar yang ketiga adalah Cita-cita peradaban.Terjemahan implementasi dari apa yang disebutkan oleh Imam Hasan Al Banna sebagai cita-cita tertinggi dakwah kita,yaitu Ustaziatul Alam.Sementara sekarang peradaban barat tidak lagi mampu memberikan semua unsur yang diperlukan manusia untuk berbahagia.Sekarang ada kekeringan yang luar biasa. Sehingga yang dipikirkan oleh barat adalah mempertahankan hegemoni.

Merangkai Hidup Baru

#MerangkaiHidupBaru adalah episode baru yang aku adalah sutradara sekaligus pemainnya.Kenapa kok #MerangkaiHidupBaru padahal kan sudah 1 tahun lebih menikah? 1 tahun lebih menikah adalah episode yang berbeda karena muatan ujiannya berbeda.Kalau boleh aku ingin memberinya nama #MencariFormatHidup

Perjalanan Menuju Menang

Ingin mengurai satu demi satu cerita perjalanan #menang di 2014 ini. Karena ada banyak hikmah yang akan menjadi penguat langkah kedepan..Perjalanan ini harus dicatat karena ada pelajaran tentang perjuangan sungguh-sungguh kita untuk #menang..Kami ingin sefaham bahwa amanah berat ini adalah amanah semua..tugas saja yang beda..Masyarakat sudah tunggu bukti..semoga kami bisa amanah..Semoga ustad Nasaruddin diberi kuat,sehat, untuk penuhi dan perjuangkan hak rakyat.. Semoga istiqomah..Amin

Tebar Inspirasi Hingga Tak Terbendung

Tanggal 10 Mei 2014. Selamat Milad. Semoga usianya berkah. Semoga istiqomah. Semoga menjadi istri sholehah dan kemudian menjadi ibu teladan bagi anak-anaknya. Waktu-waktu belum habis untuk belajar semoga tetap mau belajar, semoga selalu memberi manfaat dimanapun, dan menjadi apapun. Tebar inspirasi hingga sekat tak mampu lagi membendungi arusnya.

Senin, 21 Februari 2011

IKHLAS DALAM CINTA KEPADA-NYA*

Sebuah suara samar mengusik tidur wanita itu. Menerobos halus celah gendang telinga, dan perlahan membawanya dari alam mimpi menuju keterjagaan raga. Namun matanya masih terpejam dalam kantuk yang masih menggelayut dalam. Tak ingin ia hirau akan suara yang masih samar terdengar. Tapi sekian detik kemudian suara itu semakin terang dalam keterjagaan telinganya sekarang.

“Tsabita.. Tsabita..”

Tiba-tiba saja matanya mengerjap terjaga dengan begitu cepatnya. Kantuk yang mengikatnya dalam lelapnya mimpi, bertolak kilat meninggalkannya. Salah dengarkah ia? Mimpikah? Sambil mencubit tangannya, dia amati wajah teduh pemilik suara. Perempuan itu tidak bermimpi. Dia dalam keterjagaan yang sempurna.
“Tsabita…” Nama itu kembali terucap dari lelaki di sampingnya. Begitu lirih. Begitu dalam. Begitu.., ah tak mampu ia menggambarkannya.

Wanita itu tercekat. Airmata begitu saja menderas dari kedua matanya. Dadanya teramat sesak. Bumi seakan ditindihkan di atasnya. Rasa sakit yang begitu dalam menjajah hatinya. Sakit. Sakit sekali. Sakit yang takkan bisa dilukis dengan sempurna oleh kata. Dia mencoba menguasai dirinya. Tapi ia gagal. Isaknya semakin menjadi. Tubuhnya berguncang menahan keterguguan. Kemudian dengan bersegera ia meninggalkan tempat tidurnya. Khawatir jika lelaki pemilik sumber suara itu terbangun karenanya.

Kran ia nyalakan. Suara air bergemericik mengalahkan isaknya. Dia terduduk lunglai di sana. Di dalam kamar mandi yang berada di luar kamar tidurnya. Maka menjadilah tangisnya. Yang dengannya, ia ingin mengeluarkan segala bongkah-bongkah pengganjal perasaannya. Ia ingin menjadikan air matanya itu sebagai hujan yang mengurai habis gumpalan mendung kelam yang ada di hatinya.

Setelah seperempat putaran jam, barulah ia mulai bisa mengendalikan dirinya. Kejernihan hati mulai mengikis masuk dalam kebuntuan akal yang tadi rapat tertutup jerat emosi kewanitaannya. Perlahan ia beranjak mendekati kran. Menangkupkan kedua telapak tangannya dalam dingin dan sejuknya air wudhu di pertengahan malam itu. Khusyu’ ia basuhkan air itu di wajahnya. Ia biarkan dinginnya meresap hingga ke dalam hatinya. Ia ingin membuang segala perasaan marah, sedih, kecewa dalam tetesan air suci yang mengurai dari setiap pori anggota wudhunya.

Dan kini wanita itu tersungkur dalam sujud panjangnya. Isakan itu menjadi lagi.
“Subhaana Rabbiyal a’laa.. Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi.. Maha Suci Engkau Ya Rabb.. Sungguh wanita penuh dosa ini kembali lagi mencari kesempurnaan dalam mata air Kesucian-Mu.. Dan dalam kekerdilan dan kerapuhan diri ini, izinkan hamba berlindung dalam Ketinggian dan Kesempurnaan cinta yang utuh menjadi milik-Mu..”
Setelah salam dilafadzkan. Tertengadah kedua tangannya mengharap kucur Cinta-Nya. Tangan itu bergetar hebat seakan tak mampu menangkup doa yang diucap oleh lisannya dalam keterbataan isak kata.

“Ya Rabbiy, Wahai Dzat Pemilik hati dan jiwa ini.. Hamba berserah pasrah kepadamu. Terhadap urusannya. Terhadap hatinya. Karena hanya Engkau yang berhak mengaruniakan cinta. Walaupun seluruh manusia mengeluarkan perbendaharaan hartanya untuk membantuku menebus cinta lelaki itu,, maka hamba tahu hal itu mustahil tanpa kehendak-Mu..”

“Ya Rahman, sungguh hamba telah menjadikan Engkau sebagai wali dari setiap urusan hamba.. Hamba bermohon dengan segala Kemahabesaran-Mu agar Engkau berkenan melapangkan hati hamba.. Menyamuderakan cinta hamba.. Meluaskan kemaafan dan kesyukuran hamba.. Hingga hamba sanggup menerima segala beban penggelayut jiwa ini dengan segala sikap dan amalan yang Engkau Ridhoi saja.. Tanpa dengan kecemburuan yang membuta..Tanpa dengan kemarahan yang membara.. Tanpa dengan kekecewaan yang mematikan rasa.. Dan dengan tanpa mengurangi bakti dan kecintaan hamba pada suami hamba..

Ridhokan hamba atas apa yang mampu ia berikan pada hamba. Jangan jadikan hamba wanita yang tidak bisa mensyukuri pemberiannya. Berikan hamba kecintaan terhadap apa yang menjadi kecintaannya.. Berikan hamba kecintaan terhadap apa yang menjadi kecintaannya.. Berikan hamba kecintaan terhadap apa yang menjadi kecintaannya..” Tercekat suara wanita itu. Ia biarkan air matanya meneruskan setiap doa yang masih ingin ia panjatkan setelahnya.. Dan tanpa sadar ia pun tertidur dalam kelelahan jiwa raga.

Suara alarm dari kamar tidurnya membangunkan wanita itu untuk kali kedua. Dia pun beranjak dari mushalla kecilnya dan bersegera menuju kamarnya. Lelaki yang telah menjadi suaminya selama hampir empat tahun itu masih pulas tertidur di sana. Terlalu lelah sepertinya, hingga suara alarm tak berhasil membangunkannya seperti sepertiga malam lainnya.

Wanita itu menatap dalam-dalam ke wajah itu. Air mata yang ingin menyeruak, ia tahan sekuatnya. Ia takkan menangis di depan imamnya. Lelaki luar biasa. Lelaki terbaik yang pernah ia kenal dalam hidupnya. Yang dalam tiga tahun masa panjang pernikahannya tak pernah sedikit pun kata-kata kasar meluncur dari bibirnya. Yang selalu menjaganya dengan penjagaan sempurna. Yang selalu menerima segala kekurangannya tanpa menghakimi dan mencari pembandingnya. Yang menumbuhkannya dengan ilmu dan menuntunnya untuk selalu menjadi muslimah yang semakin dewasa keimanannya dan semakin indah akhlaqnya dari waktu ke waktu.

Wanita itu ingin selalu mensyukuri setiap hal yang suaminya telah beri. Ia tahu bahwa suaminya senantiasa mengusahakan yang terbaik untuknya. Apapun segala kebaikan yang bisa diberikan oleh lelaki itu, selama ini telah ia terima dengan sempurna. Namun malam ini wanita itu terantuk pada kenyataan, bahwa hati lelaki itu bukanlah untuknya. Kecintaan lelaki itu bukanlah miliknya. Walaupun sesaat lalu dia masih dalam keyakinan bahwa dialah ratu hati lelaki itu. Yang kemudian baru saja ia tersadar bahwa itu hanyalah fatamorgana semu.

Tsabita..

Perempuan masa lalu itu ternyata masih menempati ruang tertinggi di hati lelaki berwajah teduh ini. Perempuan yang namanya tidak pernah tersebut dalam lisan suaminya di waktu sadarnya selama masa panjang bilangan tahun pernikahannya. Perempuan yang ia yakini bahwa suaminya telah mengusahakan segala hal yang bisa ia lakukan untuk mengeluarkannya dari hati, agar hanya ia satu-satunya wanita yang menempati singgasana dalam jiwa si lelaki. Dan wanita itu sadar, bukan salah suaminya jika pada akhirnya ia tidak mampu. Bukan salah lelaki itu jika cinta untuk perempuan itu masih melekat dengan erat di palung sukmanya. Sungguh bukan salahnya. Karena hak Dia seutuhnya untuk mengaruniakan cinta kepada apa dan sesiapa yang menjadi Kehendak-Nya.

Yah, rasa sakit itu ada. Kecemburuan yang begitu dalam pun telah sangat menyiksanya. Namun wanita ini segera tersadar, bahwa dulu sebelum ia menerima pinangan si lelaki, ia telah mengetahui resiko ini. Lelaki ini berkata jujur padanya akan semua masa lalunya sejak awal kedatangannya. Dan waktu itu, wanita ini telah menyalakan azzam untuk menerima segala konsekuensi atas pilihannya. Dan kini saatnya ia harus membuktikan semuanya.

Perlahan ia dekati sosok itu. Ia cium keningnya. Takzim. Sebagaimana suaminya selalu melakukannya saat membangunkannya. Lelaki itu membuka matanya. Tersenyum padanya. Perlahan bangkit dari posisi tidur dan berdiri menjajari istrinya.
“Yah, keduluan Ummi deh bangunnya. Afwan ya Sayang..” canda lelaki itu sambil meraih kepala istrinya. Membalas mencium kening wanita itu.

“Ga papa juga dong sekali-kali Ummi yang dapat pahala membangunkan. Masa Abi terus yang memborong pahala..” wanita itu tersenyum manja, menggelayut tangan suaminya.

“Yee, ga mau kalah ni ceritanya? Baiklah, besok-besok Ummi terus aja deh yang bangunin. Abi sih rela-rela aja setiap pagi dibangunkan oleh kecupan seorang bidadari..” sambil mengelus kepala istrinya.

“Ogah ah. Ntar Abi ngrasa jadi sleeping beauty lagi. Eh sleeping handsome ding.. hehe.. ”

“And the beast.. hehehe..” Mereka tertawa bersama

“Eh Mi, Ummi habis nangis? Matanya kok sembab gitu?” Lelaki itu tiba-tiba menghentikan tawanya.

Wanita itu diam sejenak. Berpikir bagaimana harus menjawabnya. Tapi senyumnya masih ia kembangkan, untuk menutupi segala kebingungan.

“Yah ketahuan ya? Iya Bi, Ummi tadi udah mencuri start shalat malam duluan. Tapi baru 2 rakaat kok. Ummi menangis karena Ummi tiba-tiba tersadar, betapa baiknya Allah sama Ummi. Mengaruniakan seorang lelaki luar biasa.. Lelaki surga.. Ah udah Bi, buruan ambil wudhu gih..”

“Hffh.. Abi yang harus jauh lebih banyak bersyukur kepada Allah Mi.. Karena Allah telah mengizinkan Abi untuk didampingi seorang wanita yang sebaik dan seindah Ummi..” Menatap dalam-dalam ke mata wanita itu. Kemudian sekali lagi mencium keningnya dan segera beranjak mengambil air wudhu.

Di sepertiga malam terakhir itu, wanita tersebut meminta imamnya agar membaca surat Ar-Rahman. Fabiayyi aalaa-I rabbikumaa tukadzdzibaan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Seiring berulangnya kalimat itu dilafadzkan, semakin tergugu mereka berdua tenggelam dalam kedalaman maknanya. Semakin mereka merasa begitu kecil di hadapan Rabb-Nya. Hingga sebelum selesai surat itu dibaca pada rakaat pertama, lelaki itu sudah kehilangan suaranya. Tertelan oleh airmata yang mengalir tanpa bisa ditahannya. Membanjir memenuhi tenggorokannya. Dan akhirnya mereka berdiri dalam diam. Hanya isak mereka berdua yang terdengar semakin keras mengguncang.
Ya Rabb, ampuni kesyukuran kami yang hanya setetes saja, padahal Engkau telah memberikan kami nikmat yang luas menyamudera… Maafkan Ya Rahman.. Maafkan..

*Oleh Qana-atul Qanithah (dikutip dari dakwatuna.com dengan beberapa perubahan)

Jumat, 18 Februari 2011

BARAKALLAHU LAKA BAHAGIANYA MERAYAKAN CINTA (Sebuah Obsesi)


Bismillahirrahmanirrahim...

Dalam isyarat Nabi tentang Nikah, ialah sunnah teranjur nan memuliakan. Sebuah jalan suci untuk karunia sekaligus ujian cinta-syahwati. Maka Nikah sebagai ibadah, memerlukan kesiapan & persiapan. Ia tuk yang mampu, bukan sekedar mau. “Ba’ah” adalah parameter kesiapannya. Maka berbahagialah mereka yang ketika hasrat Nikah hadir bergolak, sibuk mempersiapkan kemampuan, bukan sekedar memperturutkan kemauan. Persiapan Nikah hendaknya segera membersamai datangnya baligh, sebab makna asal “Ba’ah” dalam hadits itu adalah “Kemampuan seksual.” Imam Asy Syaukani dalam Subulus Salam, Syarh Bulughul Maram menambahkan makna “Ba’ah” yakni: kemampuan memberi mahar & nafkah. Mengompromikan “Ba’ah” di makna utama (seksual) & makna tambahan (mahar, nafkah), idealnya anak lelaki segera mandiri saat baligh. Jika kesiapan diukur dengan “Ba’ah”, maka persiapannya adalah proses perbaikan diri nan tak pernah usai. Ia terus seumur hidup.

Izinkan saya membagi Persiapan dalam 5 ranah: Ruhiyah, ‘Ilmiyah, Jasadiyah (Fisik), Maaliyah (Finansial), Ijtima’iyah (Sosial)

Persiapan perlu start awal. Salim nikah usia 20 th, tapi karena persiapannya dimulai umur 15 th, maka tak bisa disebut tergesa. Sebaliknya, ada orang yang -nya umur 30 th, tapi persiapan penuh kesadaran baru dimulai umur 29,5 th. Itu namanya tergesa-gesa.

Kita mulai dari yang pertama;

Persiapan Ruhiyah. Ialah nan paling mendasar. Segala persiapan lainnya berpijak pada yang satu ini.Persiapan Ruhiyah (Spiritual) ada pada soal menata diri menerima ujian & tanggungjawab hidup nan lebih berlipat, berkelindan.

(QS Ali Imran 14): Sebelum nikah ujian kita linear: pasangan hidup. Begitu berjejalin: pasangan, anak, harta, gengsi, investasi.

Sebelum , grafik hidup kita analog dengan amplitudo kecil. Setelah menikah, ia digital variatif; kalau bukan NIKMAT, ya MUSIBAH. Maka termakna jua dalam Persiapan Ruhiyah terkait adalah kemampuan mengelola SABAR dan SYUKUR menghadapi tantangan-tantangan itu. SABAR & SYUKUR itu semisal tentang pasangan; ia keinsyafan bahwa tak ada yang sempurna. Setiap orang memiliki lebih & kurangnya.

Khadijah itu lembut, penyabar, penuh pengertian, & dukung penuh perjuangan. Tapi tak semua lelaki mampu beristeri jauh lebih tua.

‘Aisyah: cantik, cerdas, lincah, imut. Tapi tak semua lelaki siap dengan kobar cemburunya nan sampai banting piring di depan tamu

Persiapan Ruhiyah adalah mengubah ekspektasi menjadi obsesi. Dari harapan akan apa nan diperoleh, menuju nan apa akan dibaktikan. Jika masih terbayang sbb: lapar ada yang masakin, capek ada yang mijitin, baju kotor dicuciin. Itu ekspektasi. Bersiaplah kecewa. Ekspektasi macam itu lebih tepat dipuaskan oleh tukang masak, tukang pijit, & tukang cuci;) Ber-obsesilah dalam . “Apa obsesimu?”

Obsesi sebagai Persiapan Ruhiyah semisal: Bagaimana kau akan berjuang sebagai suami/isteri ayah/ibu untuk mensurgakan keluargamu? Usai itu, di antara persiapan Ruhiyah adalah menata ketundukan pada segala ketentuanNya dalam rumahtangga & masalah-masalahnya.

Lalu persiapan ‘Ilmiyah-Tsaqafiyah (Pengetahuan) , meliput banyak hal semisal Fiqh, Komunikasi Pasangan, Parenting, Manajemen, dll Bukan Ustadz-pun, tiap muslim harus sampai pada batas minimal lmu syar’i nan dibutuhkan dalam berhidup, berinteraksi, berkeluarga . Lalu tentang komunikasi pasangan; seringnya masalah rumahtangga bukan krn ada maksud jahat, melainkan maksud baik nan kurang ilmu. Sungguh harus diilmui bahwa lelaki & perempuan diciptakan berbeda dengan segala kekhasannya, untuk saling memahami & bersinergi.

Contoh beda hadapi masalah & tekanan; Wanita: berbagi, didengarkan, dimengerti. Lelaki: menyendiri, kontemplasi, rumuskan solusi. Bayangkan jika perbedaan itu dibawa dalam sikap dengan asumsi: “Aku mencintaimu seperti aku ingin dicintai” Konflik pasti meraja.

->Suami pulang dgn masalah berat disambut isteri yg memaksa ingin tahu & dengar problemnya, padahal ia ingin sendiri & bersolusi. Lihatlah Khadijah saat Muhammad pulang dr Hira’ dengan panik & resah. Dia tak bertanya, dia sediakan ruang sendiri & kontemplasi.

Sebaliknya-> Isteri yg sdg ingin didengar lalu curhat ke suami, suami malah tawarkan solusi. Padahal dia hanya ingin dimengerti. Isteri: Mas aku capek, rumah berantakan bla-bla-bla. Suami: OK, kita cari pembantu. I: O, jadi aku dianggap pembantu?!. S: Lho?!

BEDA lagi: Suami single tasking, bisa marah kalau isterinya nan multitasking memintanya kerjakan beberapa hal berrangkai-rangkai.

BEDA lagi: Isteri sering berkalimat tak langsung nan tak difahami suami. Ie: Mas, Salma belum dijemput, aku masih harus masak!

-> Jawab suami: Oh, kalau gitu biar nanti Salma pulang sendiri” Dijamin para isteri gondok, sebab maksudnya: Tolong jemput Salma!

BEDA. Bagi suami masalah hrs disederhanakan (Spiral ke dalam). Bagi isteri, tiap detail & keterkaitan sgt penting (Spiral keluar)

Dan banyak lagi BEDA yang jk tak diilmui potensial jd masalah serius

Next: Parenting. Waktu kita sempit; belum puas belajar jd suami/isteri, tiba-tiba sdh jd ayah/ibu. Maka segeralah belajar jd Ortu. Anak adl karunia yg hiasi hidup, amanah (lahir dalam fitrah, kembalikan ke Allah dalam fitrah), pahala, sekaligus fitnah (ujian). Maka mengilmui hingga detail-detail kecil soal parenting adalah niscaya. ie Hadits: renggutan kasar pd bayi membekas di jiwa. Uji kecil buat calon ibu & ayah: “Apa yang anda lakukan saat anak lari-larian di depan rumah lalu GABRUSS, jatuh berdebam?”

LAZIM: “Sudah dibilang, jangan lari-lari! Tuh, jatuh kan!” -> Anak belajar utk menganggap dirinya selalu bersalah dalam hidupnya.

LAZIM: “iih, batunya nakal ya Nak! Sini Ibu balaskan!” -> Anak belajar salahkan keadaan sekitar utk excuse dr kurangnya ikhtiyar.

LAZIM: “Hm, nggak apa-apa, nggak sakit, cuma kayak gitu!” -> Ketakpekaan. Hati-hati dibalas saat kita sdh tua & sakit-sakitan;P

Alangkah bahaya tiap huruf dari lisan bg masa depan anak kita. Latihlah dia agar lempang (tanpa dusta & tipu) dlm taqwa (QS 4: 9)

Kita masuk persiapan Jasadiyah (Fisik) untuk . Ini jua perkara penting sebab terkait dengan keamanan, kenyamanan, & ketenagaan. Awal-awal, periksa & konsultasilah ke dokter atas termungkinnya sgl penyakit tubuh, lebih-lebih nan terkait kesehatan reproduksi. Per -an itu utuh di segala sisi diri, maka menjalani terapi & rawatan tertentu untuk membaikkan fisik adalah jua hal yang utama. Fisik kita & pasangan bertanggungjawab lahirkan generasi penerus yang lebih baik. Maka perbaiki daya & staminanya sejak sekarang. Perbaiki pola asup, tata gizi seimbang. Allah akan mintai tg jawab jajan sembarangan jika ia jadi sebab jeleknya kualitas penerus Bangun kebiasaan olahraga ilmiah; tak asal gerak tapi membugarkan, menyehatkan, melatih ketahanan. Tugas fisik berlipat 3 setelah

Jadi, target persiapan fisik itu 3 tingkatan; PRIMER: sehat & aman penyakit, SEKUNDER: bugar & tangkas, TERSIER: beauty & charm;)

Selanjutnya, persiapan Maliyah (finansial), ini yang paling sering menghantui & membuat ragu sepertinya. Padahal ianya sederhana. Yang tepat bicara persiapan Maliyah ini sebenarnya Ust. @ahmadgozali, izinkan Salim lancang singgung sedikit dgn ilmu nan dangkal. Konsep awal; tugas suami adalah menafkahi, BUKAN mencari nafkah. Nah, bekerja itu keutamaan & penegasan kepemimpinan suami.

Ingat & catat: Persiapan finansial sama sekali TIDAK bicara tentang berapa banyak uang, rumah, & kendaraan yang harus anda punya. Persiapan finansial bicara tentang kapabilitas hasilkan nafkah, wujudnya upaya untuk itu, & kemampuan kelola sejumlah apapun ia.

Maka memulai per -an, BUKAN soal apa anda sudah punya tabungan, rumah, & kendaraan. Ia soal kompetensi & kehendak baik menafkahi.

‘Ali ibn Abi Thalib memulai bukan dari nol, melainkan minus: rumah, perabot, dll dari sumbangan kawan dihitung hutang oleh Nabi. Tetapi ‘Ali menunjukkan diri sebagai calon suami kompeten; dia mandiri, siap bekerja jadi kuli air dengan upah segenggam kurma. Maka sesudah kompetensi & kehendak menafkahi yang wujud dalam aksi bekerja -apapun ia-, iman menuntun: itu buat kaya (QS 24: 32)

Agak malu, Salim juga minus saat nikah; hutang yang terrencanakan terbayar dalam 2 tahun menurut proyeksi hasil kerja saat itu. Tetapi Allah Maha Kaya, dan menjadi pintu pengetuknya. Hadirnya isteri menjadi penyemangat; hutang itu selesai dalam 2 bulan.

Buatlah proyeksi nafkah secara ilmiah & executable, JANGAN masukkan pertolongan Allah dlm hitungan, tapi siaplah dgn kejutanNya;). Kemapanan itu tidak abadi. Saya memilih di usia 20 saat belum mapan agar tersiapkan isteri untuk hadapi lapang maupun sempitnya;). Bahkan ketidakmapanan yang disikapi positif menurut penelitian Linda J. Waite (Psikolog UCLA), signifikan memperkuat ikatan cinta.

Ketidakmapanan nan dinamis menurut penelitian Karolinska Institute Swedia, menguatkan jantung, meningkatkan angka harapan hidup. Karolinska Institute: kemapanan lemahkan daya tahan jantung thd serangan. Di Swedia, biasanya yang kena infark langsung wafat PNS.

Persiapan yang sering terabai ialah nan kelima ini: Ijtima’iyah (Sosial). Pernikahan adalah peristiwa yg kompleks secara sosial. Sebuah per -an yang utuh punya visi & misi kemasyarakatan untuk menjadi pilar kebajikan di tengah kemajemukan suatu lingkungan. Untuk itu, mereka yang akan me hendaknya mengasah keterampilan sosialnya jauh-jauh hari, sekaligus sebagai bagian pendewasaan. Membiasakan mengkomunikasikan prinsip-prinsip nan diyakini terkait per -an & kehidupan kepada Ortu bisa jadi bagian dari latihan. Prinsip Quran tentang hubungan dengan Ortu ialah ‘persahabatan’, Wa Shaahibhuma (QS Luqman 15). Gunakan itu untuk dewasakan diri.

Maka kadang Salim menilai kedewasaan kawan yang ingin me dengan keberhasilannya untuk komunikasikan prinsip pada Ortu scr ma’ruf.

Persiapan kemasyarakatan: kumpulkan modal sosial sebanyak-banyaknya; bahasa, ilmu sosio-antropologis, kelincahan organisasi, dll. Peran kita harus hadir sbg pengokoh kebajikan masyarakat, bukan beban ataupun pelengkap-penderita. Utama lagi, jadi pelopor. Mulailah dgn perkenalan berkesan pada lingkungan. Saat walimah nanti; tetangga rumah tinggal setelah adl yg plg berhak diundang. Jika harus pindah tempat tinggal, mulai jg dgn perkenalan. Pr tokoh: datangi silaturrahim. Masyarakat umum: undang tasyakuran. Stl itu, target besarnya adl menjadikan pintu rumah kita sbg yang plg pertama diketuk saat masyarakat sekitar memerlukan bantuan. Tentu berat menopangnya sendiri. Mk yang harus kita punya bkn hanya ASET, melainkan juga AKSES. Bangun jaringan slg menguatkan. Ilmuilah bgmn cr menguruskan jaminan kesehatan miskin, beasiswa tak mampu, biaya RS, mobil jenazah gratis, dll DEMI TETANGGA KITA

Tampillah sbg yang penting & bermanfaat dlm hajat-hajat kebahagiaan maupun duka tetangga, juga rayaan-rayaan sosial-masyarakat.

Tampillah sbg yang terbaik sejangkau suai kemampuan; Imam Masjid, muadzin, Guru TPA, Bendahara RT, Ketua RW, Pendoa jenazah, dst

Tampillah sbg nan paling besar kontribusi dlm kebaikan-kebaikan sosial: Agustusan, Syawalan, Kerja Bakti, Arisan, Pengajian, dst

Ringkas kata untuk persiapan sosial ini adalah bermampu diri utk menjadi pribadi & keluarga yg AMAN, RAMAH, BERMANFAAT

Tuntaslah KulTwit Persiapan yg diambil dr bagian awal buku Bahagianya Merayakan Cinta.

Semoga manfaat..

Sumber : http://www.facebook.com/ita.roihanah

Minggu, 13 Februari 2011

SURAT TERBUKA NURDIN HALID KEPADA HUSNI MUBARAK*


Dear kakanda Husni Mubarak,

Salam hangat dalam kasih Machiavelli.

Hari ini adinda menerima kabar yang tidak menyenangkan dari tepian Sungai Nil bahwa kakanda Mubarak telah mengundurkan diri sebagai presiden Mesir. Adinda merasa sangat sedih karena kediktatoran kakanda telah menjadi panutan bagi adinda dalam memimpin rezim totaliter di PSSI ini. Adinda mengerti segala tekanan yang kakanda terima dalam beberapa bulan terakhir ini, adinda tak menyangka kakanda yang begitu tegar akhirnya tumbang juga.

Adinda menyayangkan keputusan kakanda yang dirasa terlalu terburu-buru, padahal harusnya kakanda bisa mengulur waktu lebih lama lagi. Adinda terkenang bagaimana kakanda Mubarak mengajari adinda teknik memecah suara oposan dengan mengorganisasi demonstran bayaran. Adinda telah mempraktekkan dengan begitu sempurna di Indonesia. Spanduk-spanduk yang menguntungkan status quo telah adinda gelar di sepanjang jalanan Jakarta, persis seperti yang kakanda ajarkan dulu.

Belum hilang dari ingatan bagaimana kakanda menasehati adinda untuk menghalalkan segala cara demi melanggengkan kekuasaan. Adinda mengimplementasikannya dengan sangat baik di sini. Adinda telah mengatur agar terpilih lagi dalam Kongres PSSI yang akan digelar tak lama lagi. Semua yang memiliki hak suara telah adinda kantungi sehingga mereka dipastikan akan memilih adinda kembali sebagai penguasa PSSI.

Sangat dimengerti bahwa sekarang kakanda Mubarak sangat keki terhadap angkatan bersenjata yang memalingkan wajah mereka sehingga kakanda kehilangan dukungan. Adinda pun merasakan hal yang sama karena seorang jenderal militer berani-beraninya menggoyang kursi adinda pada pemilihan nanti. Keterlaluan, seharusnya tentara tetap tinggal di barak saja, tidak perlu mengurus hal-hal sipil.

Sulit bagi adinda menerima kenyataan bahwa kakanda Mubarak tak lagi berada di puncak kekuasaan. Dulu kita saling mengingatkan bahwa kata ”turun” adalah haram dan ”mundur” adalah sebuah tindakan tak ksatria nan pengecut. Lupakah kakanda Mubarak akan hal tersebut? Adinda benar-benar mencamkan seluruh wejangan kakanda, terlebih kalimat abadi yang tak pernah gagal itu, ”Jikalau seluruh rakyat menghendaki, maka saya akan mencalonkan diri lagi…”. Indah sekali.

Sekarang masa-masa itu telah usai. Adinda harap kakanda Mubarak bisa menjaga diri agar tetap selamat. Jikalau kakanda merasa tidak aman di luar sana, silakan datang ke Jakarta. Kakanda Mubarak bisa tinggal di apartemen Epicentrum Kuningan, Jakarta. Adinda kenal pemiliknya dan ia akan senang sekali menerima kehadiran kakanda Mubarak.

Jangan berkecil hati kakanda, 30 tahun sebagai pucuk pimpinan adalah prestasi fenomenal. Adinda akan berusaha sekuat tenaga menyamai prestasi itu.

Kiranya kasih karunia Machiavelli selalu menyertai kita.

Salam,

Nurdin Halid.

*Sumber : ripozte.wordpress.com

Selasa, 08 Februari 2011

DANA MBOJO, DANA MBARI

Oleh : N. Marewo

Dana Mbojo, Dana Mbari
Dana Mbojo tanah keramat
Tiap inci tanah keramat dijaga para penunggu
Harimau yang menginjak Dana Mbari akan berubah menjadi Domba

Dana Mbojo tanah bertuah
Seluruh penghuninya berdarah Ksatria
Jagoan dan Ksatria ditanah keramat lugu-lugu dan sederhana
Kebaikan dan kesederhanaan sering disalah tafsirkan

Tanah Bima tanah tua
Orang-orang yang berniat busuk pasti celaka
Di Dana Mbari segala yang tersembunyi akan terkuak lewat isyarat air,
angin dan api
Penipu, pecundang, penghianat, pembohong, dan koruptor pasti merana

Negeri ini bukan sembarang negeri
Bungkus kelicikan serapi-rapinya
Siasati konspirasi selihai-lihainya
Tapi ingat, Roh tanah ini akan mengejar hingga ke neraka

Dana Mbojo berselendang akhlak, Berkerudung kebaikan
Seperti wanita agung yang terlindung rimpu dan kain jilbab
Manusianya menghargai keringat, senang bekerja keras dan rendah hati
Seperti para lelakinya yang tak mudah menyerah

Dana Mbari bernafaskan akhlak dan bernadi moral
Udara, air dan apinya milik kebaikan
Menolak kekotoran dan niat buruk
Darah kotor para penjahat,
Arwah para pengkhianat tak diterima di tanah ini

Tanah kita meranggas berselimut kemarahan
Penghuninya tak lagi mengindahkan sesama
Tercemar udara dan hasad kedengkian
Keringat, air mata dan derita nurani tercampakan

Negeri ini Tanah sederhana
Tak butuh orang-orang yang gila kursi dan menumpuk harta
Tak memerlukan mereka yang sombong dan omong kosong
Negeri ini tak butuh pembual

Anak-anak negeri hilang kendali
Generasinya kebimbangan habis teladan
Terbantai kupon putih dan pil anjing
Virus ganas yang ditinggalkan para pendurhaka
Hanguskan syaraf mereka
Dengan minuman keras dan narkotika

Adik-adikku kehilangan jejak
Kata-kata keramat tercemarkan, digadai dan dilelang dimimbar-mimbar
Generasiku kebingungan –gelisah
Akibat itikad politik yang serakah
Tak bersendi akhlak kebaikan

Kakaku tak mensyukuri nikmat
Rejeki dihamburkan dimeja judi
Menghiasi diri dengan barang mewah
Membiarkan tetangganya kelaparan
Membiarkan kaum kerabat hidup dan mati sengsara

Abang-abangku tak belajar dari musibah
Frustasi menghancurkan diri memamah racun
Anjuran bersabar sering tak dihiraukan
Isyarat alam dianggap cemoohan

Kita lupa apa dan siapa kita
Wajah kita dicermin hati tak lagi kita kenali
Kita lupa dimana kita berasal
Lupa alam kekal yang akan dituju
Wajah-wajah legam terbakar nafsu
Melupakan tetuah tempat berasal

Tengok anak-anak kita ngebut-ngebutan
Melupakan buku-buku, sebab ijasah sarjana diperjual belikan
Masalah gelar urusan rupiah
Mencari kerja pakai ongkos
Anak-anak frustasi tak bisa berbangga
Sebab tak dididik menghargai kwalitas
Bertebaran saling menggertak

Lihat mereka yang dimerk dengan tattoo
Kupingnya bocor ditusuk anting
Ibunya terjerat rentenir
Adik-adiknya yang belum tamat SMU dihamili pendatang
Ayahnya mampus kecanduan alcohol
Kakaknya masuk bui mencuri ayam
Dipinggangnya terselip belati, tak tahu mana kawan mana lawannya.

Dunia tak ramah lagi
Wabah duka bersetubuh dengan awan
Senyum ceria generasi Mbojo berpindah pada iklan dan film sampah
ditelevisi
Canda cerianya terbawa angin menjadi rumus untuk menghitung lottere
Pengangguran menindih, makin banyak alasan untuk halalkan segala cara

Lihat perempuan berwajah murung itu
Gelisah terlambat datang bulan
Pada malam yang gerimis, perempuan dana Mbojo diturunkan dari mobil
Pick Up dekat alun-alun
Seperti seikat kayu bakar yang dibanting, bunting entah dihamili siapa
AjaibÂ….bayi-bayi ajaib menggelantung ditanah ini
Anak-anak ajaib berdesakan ditanah tua

Kita tak hendak menjadi anak-anak durhaka
Tidak pada ayah dan bunda
Kita tak hendak menjadi adik-adik yang durhaka
Tidak pada abang-abang dan kaum kerabat
Tapi tolongÂ…Â…
Ajari kami bermain bersama
Sebab kami tak mungkin tumbuh tanpa akar

Lihat abang-abang kita menggadai pegunungan
Menjual hutan, melelang generasi dan tanah pusaka untuk mobil rongsokan
Lihat mereka mengendarai mayat-mayat generasi
Menjujung benda-benda
Bersilat lidah campakan nurani
Untuk kepentingan jangka pendek
Melelang akidah, diadu domba oleh alasan kerjasama dengan antek-antek
imperalis

Lihat mata anak-anak yang silau terkubur iklan
Tergoda program televisi
Tak mengerti mana akarnya
Waktunya habis bersama benda elektronik
Ayahnya menghanguskan uang Negara
Putrid-putrinya dihamili germo
Isyarat apa yang kamu dapatkan?
Apa yang sudah kita pahami?
Mereka tak berkemudi, Tuan
Tak punya contoh –linglung
Remuk tak berbentuk akibat ulah kita

Dana Mbojo Dana Mbari
Dana Mbojo Tanah Keramat
Dana Mbojo tanah tua
Dana Mbojo tanah bertuah

Anak-anak tanah tua saling membantai karena kampungnya dibatasi parit
Anak-anak tanah tua saling memamah akibat dusunya berbeda nama

Burung-burung bangkai membagikan uang dari luar negeri hingga ke desa-desa
Nyamuk, kutu busuk, kecoak, lalat tertawa kecikikan

Coba kamu lihat nenek tua yang membawa cucunya depan bangunan yang ia
tak kenali
Membungkuk minta uang
Katanya ada bantuan luar negeri
Tak kenal siapa ayah dan ibu angkat cucunya
Mulutnya yang berbau sirih tak dapat menyebut nama asing

Anak panah bergambar dollar merobek jantung janin-janin dalam rahim
Generasiku diterpa badai tiada henti
Tak habis-habis dihasud dan dikebiri
Tetapi malah kamu sibuk menjilat
Menggonggong rebut proyek dan jabatan
Hitung mereka yang keluar barisanÂ…!!!
Hitung mereka yang akan keluar barisanÂ… !!!

Tanah Bima bunda abadi
Anak-anaknya malu berjalan kaki
Gengsi bersepeda
Berdesakkan dijalan raya menggadai nyawa
Untuk sepotong sanjungan
Adik-adikku malu apa adanya
Digiring keluar kota
Menembus bensin dan sadel dengan darah perawan
Membayar gengsi dengan iman

Tanah Bima bunda abadi
Kami disini berkumpul dalam gelisah akibat orang tua kami saling menyikut
Kami disini berkumpul dalam Tanya karena orang tua kami suka dipuji

Dana Mbojo Dana Mbari
Merah Darah berselimut kebimbangan

Kami tak hendak menjadi anak-anak durhaka
Kami anak-anak para ksatria
Tak hendak bertanya dalam darah
Tak ingin melihat air mata

Kami anak-anak ksatria
Minta diajar menghargai diri dan memegang kata
Bukan contoh keserakahan
Kami anak-anak ksatria
Mohon dijar ber-istigfar

Dana Mbojo Dana Mbari
Dana Mbojo Dana Na Mbari
Nenti kacia
Lailahaillah….. Muhammadarasulullah…..
Nenti kaciapu…. Nenti….
Dana Mbojo Dana Mbari
Dana Mbojo Dana na mbari
Dana Mbojo Dana ma Mbari

Sabtu, 05 Februari 2011

MEMBEDAH SUMBAT KARYA

Menulis buku, ini yang aku impikan ketika mengakhiri tahun 2010 yang lalu. Tepatnya dibulan desember aku mencoba merangkai mimpi-mempi besar yang ingin aku raih, dan aku awali ditahun 2011 ini. Salah satu mimpi besar itu adalah keinginanku untuk melahirkan karya yang tidak pernah aku miliki sebelumnya. Adalah menulis buku. Buku yang ingin aku tulis adalah tentang perjalanan seorang pemuda yang punya mimpi, yang punya obsesi ingin menyempurnakan agamanya di usia yang relative muda. Entah dengan model apa aku terjemahkan keinginan ini; apakah lewat novel, sekedar prosa, ataukah pendapat-pendapat tokoh tentang menikah, yah walaupun tidak pernah berani bercita-cita menjadi seperti seorang M. Fauzil Adhim, atau Salim A. Fillah yang melahirkan karya-karya yang begitu menggugah hati orang-orang yang semakin mendekat dengan usia menikah. Tetapi minimal menulis buku yang memuaskan obsesi ku, dan dalam keterbatasan kemampuan itu semoga orang lain memperoleh hikmah darinya.

Dalam obsesi menulis ini aku tidak ingin utopis, aku tidak ingin hanya sekedar bermimpi menjangkau langit yang begitu menjulang tinggi, sementara aku hanya berdiri di sebuah lembah yang sangat terbatas. Aku merasa perjalanan selama ini membuatku terpacu untuk benar-benar berkarya, memberi makna pada semua orang yang mencarinya.

Peta konsep yang pernah aku buat yang menurut persepsi ku akan berakhir pada sebuah kepuasan aktualisasi yang sedang aku cari. Seperti hirarki kebutuhan yang di telorkan Maslow. Aku ingin kemudian mempersembahkan karya itu pada perjalanan dan proses yang aku hadapi selama ini, ada sumbat obsesi dan cita-cita yang akan terasa ketika karya ini belum terlahir. Semoga saja ini terangkai sempurna ditahun yang aku namakan sebagai tahun obsesi ini.

Kontradiksi antara obsesi dengan keseharianku beberapa waktu ini membuat aku harus merefleksikannya. Pena dan kertas yang selalu menjadi teman curhat selama ini terlupakan dan terbaring kaku dalam produktivitas karya yang hampir hilang. Kebuntuan ini coba aku serang seperti ketika para demonstran melakukan kontak fisik dengan pagar betis aparat polisi. Aku ingin berdamai dengan realitas berbeda yang aku hadapi saat ini.

Memang harus difahami dan dimakzulkan ketika fase-fase hidup ini secara halus menggiring ku pada kenyamanan yang tidak produktif, sehingga ruang refleksi ini harus sering aku lakukan untuk mengukur sejauh mana perjalanan sang musafir ini. Tulisan ini semoga mengawali membedah sumbat karya yang seakan mulai tidak produktif. Memfilsafati setiap perjalanan ini menjadi kunci penting dalam menghasilkan karya yang sangat konsisten.

Buku yang menjadi akhir sebuah cita-cita ini semoga terlahir dalam momentum yang indah. Sehingga menciptakan sejarah ini bukan karbitan tetapi produk proses yang digeluti selama mengembara menjadi musafir kebajikan hingga akhirnya nanti.
Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. Amin