`

`

Sabtu, 27 Maret 2010

TERIMAKASIH MALANG

Terimakasih Kota Malang. Kata ini yang aku ucapkan sembari membuka pintu taxi yang aku tumpangi bersama barang bawaan, hendak menuju terminal arjosari untuk pulang kampung. Pulang walaupun tidak selamanya tetapi menurutku ini kesempatan terakhir dari perjalananku melalui proses demi proses pendewasaan selama merantau di Kota Malang.

Di Malang, aku menggoreskan banyak kisah; dari sekedar masalah perasaan sampai pada aktivitas yang menyita banyak waktu. Di kota itu pun aku mengenal hidup, mengenal bagaimana rasanya menjadi manusia seutuhnya yang melekat dalam siklus kehidupan yang berputar sampai pada akhirnya harus pulang kembali ke kampung halaman.

Aku 6 tahun yang lalu, hadir di kota malang, berbekal tas ransel berisi pakaian dan ijazah SMA, ingin merantau, kuliah, dan belajar hidup disalah satu kota pendidikan itu. Selain itu di otakku penuh dengan pesan dan nasehat dari orang tua, guru, murobbi, dan orang-orang terdekat menjadi satu dalam tekad dan keinginanku untuk menuntut ilmu di kota itu.

Disana pun aku memulai cerita menjadi seorang Aktivis Dakwah Kampus, menghabiskan waktu dikampus selain untuk kuliah juga untuk seabreg agenda Dakwah Kampus, setelah berproses lama menjadi seorang anak Lembaga dakwah kampus akhirnya harus berjuang di fase sosial politik kampus yang penuh intrik, yang penuh dinamika dan gesekan dengan model teman-teman yang berbeda background pemikiran dan kebiasaan. Semasih di kampus juga aku merasakan aktif di Pelajar Islam Indonesi (PII), salah satu organisasi tertua ini memberi menu ekspresi diri dan proses yang berbeda dengan yang lain, organisasi ini juga pada akhirnya melambaikan tangan ketika aku harus meninggalkan Jawa Timur. Tidak sedikit cerita yang aku goreskan bersama organisasi pelajar itu. Aku mengenal diri dan hidupku disana. Belajar melihat orang dan masyarakat juga disana. Dan semua “rumah” yang pernah ku singgahi itu memberikan petuah cinta dan air mata serta makna hidup yang sesungguhnya, hari ini telah menyatu dalam sikap ku hingga kini.

Selain cerita-cerita itu, aku juga punya sebuah cerita yang hadir disaat momentumnya sangat tepat. Momentum yang aku sedang berfikir dan berbicara tentang cinta dan masa depan. Hadijah hadir dalam kehidupan Rasulullah ketika Rasulullah berumur 25 tahun, umur yang sangat tepat untuk berbicara masa depan dan sebagian agama yang disempurnakan. Aku merasa demikian tepat untuk mengibrahi perjalanan cinta Rasulullah dan Hadijah. Semoga semua bukanlah idialisme semata, atau obsesi kosong semata, tetapi semoga semuanya adalah harapan dan cita-cita yang ingin aku raih sesuai dengan hadapan kenyataanku hari ini. Tentu sudah mencoba mendialogkannya dengan segala realitas lain yang aku hadapi hari ini.

Jika diurai semua kisah ini seolah sedang menggambar pelangi di atas kanvas. Masih banyak cerita yang semakin hari akhirnya terurai sendiri dalam setiap langkah yang sudah ku tempuh. Tak cukup hanya sekedar diceritakan karena harus dipetik nilai-nilai yang kian mengurai hikmah.

Malang, kota yang menyediakan seribu kisah, tak kuasa kulewatkan setiap cm nya untuk mengatakan ungkapan terimakasih atas segala hal yang dihadirkan untukku. Semoga semua proses itu tidak sia-sia melainkan menjadi satu gerbang semangat yang harus dilanjutkan pada medan yang berbeda-kampung halaman-aku dilahirkan dan dibesarkan disini, hingga saatnya kini aku harus kembali membangun jalan, jembatan, perjuangan untuk generasi selanjutnya yang lebih baik untuk bangsa dan negara.

0 komentar:

Posting Komentar

Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. Amin