`

`

Minggu, 27 September 2009

PROAKTIF DALAM PROSES TRANSFORMASI

Oleh Val Rhamber '84

Bergabung dalam proses transformasi nilai dalam kehidupan sosial harus muncul atas dasar kemauan dan pilihan sadar, kebebasan dari hegemoni pemikiran yang mendistorsi nilai-nilai religiusitas Islam. Subyek transformasi ini tidak langsung kemudian dikokohkan eksitensinya sebagai pengemban amanah tansfomasi sebelum dia memahami peran strategisnya sebagai pelaku peradaban.

Kita bisa menatap kondisi hari ini yang penuh dengan poblematika, yang lebih substantial adalah persoalan transidensi. Hari ini persoalannya adalah umat semakin punya sekat dan tembok pembatas dengan Allah dan terjerumus dalam gemerlapnya dunia. Kita bisa menyaksikan kerusakan yang menjangkiti masyarakat, baik secara moralitas, muamalah, maupun aspek kehidupan yang lainnya. Demikian juga jika kita sorot ditengah-tengah keluaga, tetangga, dan segenap masyarakat lintas levilitas sosial.

Kita sangat khawatir ketika lupa dengan kewajiban kita atau putus asa menguasai diri kita sehingga menganggap perubahan sosial yang muncul akibat implikasi dari transformasi nilai keagamaan adalah syarat dengan imposibelitas. Kita juga khawatir bahwa ketika kita sibuk dengan urusan dunia yang sangat temporer lupa dengan tugas dan kewajiban yang sangat esensial dan fundamental. Karena kadang-kadang proses praksis kita dalam kehidupan ini hanya menyentuh wilayah rutinitas yang superfisial ketimbang hal-hal substansial yang mengantarkan kita pada proses transfomasi yang akan menjadi infestasi kehidupan abadi.

Kita masih terjebak pada wilayah definisi dari proses transfomasi nilai religius yang pada akhirnya cukup membatasi pola sikap kita dalam merealiasasikan misi-misi tansformasi itu. Tidak heran ketika aktivitas kita hanyalah sekadar formalitas yang terkesan mengeksploitasi fungsi-fungsi transformasi ini, dengan simbol-simbol agama seringkali kontribusi material yang sederhana sering kita ukur bahwa ini adalah karya terbesar kita dalam proses transformasi hari ini pada hal berbicara transformasi harusnya lebih besar dan lebih luas dari itu.
Realitas pahit yang dialami umat dan kaum muslimin yang begitu memilukan; strata sosial, tingkat pendidikan, dan ekonomi, dan lain-lain menuntut agar kita mengevaluasi kembali seluruh persepsi kita tentang kondisi umat hari ini. Dengan realitas hadapan kita sekarang rencana strategis apa yang akan kita persembahkan dalam menjawab dan merekonstruksi misi transfomasi yang profetis.

Ada beberapa hal yang harus dikonstruksi oleh subyek tanformasi, adalah sebagai berikut:
Spirit yang memotivasi agar lebih proaktif
Spirit ini akan kita temui ketika kita sering berinteraksi dengan Al-Quran yang kemudian kita posisikan sebagai kitab suci yang menggambarkan berbagai konsepsi sebagai referensi solusi disetiap problematika kehidupan. Maka kemudian kita harus lepaskan diri kita dari belenggu dan beralih kepada kebebasan dari segala hegemoni pemikiran yang distortif tentang Islam.
Kita juga harus bebas dari segala permasalahan yang menghimpit, aktivitas-aktivitas keduniaan yang superfisial. Secara normatis ada beberapa motivasi dan sebab yang membuat seseorang lebih proaktif dengan tugas transformasinya, yaitu taat kepada Allah dan Rasul-nya, menjaga proses interaksi sosial, melaksanakan tugas transformasi untuk rekayasa sosial, dan lebih meyakini hal-hal metafisis yang menghantarkan kita pada pangkuan-Nya.

Jadilah orang yang selalu proaktif
Dalam mengemban misi profetis dengan salah satu manifestasinya adalah transformasi kita harus menyadari akan tugas dan peran sebagai subyek transformasi ini. Makanya kemudian kita tidak harus menunggu sehingga mandul dan tidak inovatif serta tidak produktif. Apalagi kemudian sejak awal kita sudah pesimis dengan kekuatan internal diri kita. Problem kita hari ini sering kali kita mengalami kekerdilan dalam segala hal termasuk ketika kita meng-create solusi dalam menjawab problematika keumatan sehingga kita akhirnya tidak punya cukup energi untuk menuntaskannya sampai selesai.

Jangan Pasif
Selain di atas kita punya persoalan internal juga yang belum selesai sampai hari ini yaitu ketika subyek-subyek transformasi ini kurang peduli dan pasif terhadap kondisi hari ini. Salah satu bentuk pasifitas subyek transformasi hari ini adalah menunggu.
Aktivis pasif hanya menyelami dunianya sendiri. Terlalu sibuk dengan problem internal kediriannya dari pada menghabiskan waktu untuk mendesain setiap rencana strategis untuk aksi transformasi mendepan.

Jadilah orang yang beriman
Maka dalam kondisi seperti hari ini subyek transformasi harus punya inisiatif dan melakukan kerja-kerja transformatis untuk mendekat kepada aspek transidensi.

Menjadikan Muhammad sebagai teladan
Muhammad SAW seharusnya punya posisi dalam diri kita yang kemudian setiap aktivitas kita dikiblatkan kepada sesuatu yang pernah dilakukan oleh Rasulullah. Muhammad Abduh mengatakan bahwa diantara faktor paling besar yang menghambat perjalanan dakwah adalah sikap para aktivis yang melihat orang yang memiliki tingkat keaktifan, kemandirian, kontribusi, dan pengorbanan yang lebih rendah darinya sehingga dia susah mengejar ketertinggalannya dalam mengusung amanah transformasi itu dan lebih parah lagi ketika referensi dan khasanahnya terhadap proses transformasi sangat sempit sehingga tidak terarah.
Yang harusnya diperhatikan adalah proses transformasi hari ini adalah tugas besar dalam rangka melanjutkan estafesitas perjuangan yang dilakukan oleh para pendahulu yaitu Rasulullah dan sahabatnya.
Kita juga menstinya harus tahu bahwa dalam menentukan langkah perjuangan dan proses transformasi ini tidak bias lepas dengan misi profetis yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad SAW.

Ketika proses transformasi ini sudah menjadi kesadaran dan keniscayaan gerakan maka kita tinggal menyempurnakan khasanah metodologis kita untuk menkontekstualisasikan misi tersebut kedalam gerakan ril yang lebih signifikan.
Dalam proses ini harus menjadi kesadaran bahwa target kualitas menjadi prioritas sebelum lainnya sehingga out put dari proses transformasi ini adalah manusia yang sangat mengedepankan aspek-apsek transidensi, resisten terhadap tantangan apapun, serta memiliki sensitifitas dan responsibilitas yang kuat dalam proses kesehariannya.
Ketika semua ini sudah menjadi konfigurasi pada kehidupan hari ini maka kemudian akan mudah melakukan proses konstruksi peradaban. Karena ketika berbicara tentang peradaban maka kita akan berbicara tentang; individu, masyarakat, dan peradaban itu sendiri. Individu sebagai subyek yang kemudian melakukan up grade dirinya sehingga menjadi individu yang memahami nilai-nllai normative Islam, proses transformasi, dan advokasi terhadap penindasan nilai-nilai spiritualitas Islam. Beriutnya adalah masyarakat yang kemudian menjadi obyek transformasi, bahwa individu setelah melalui proses pemantapan diri dengan nilai-nilai maka bertanggung jawab kemudian untuk melakukan transformasi pada segela strata sosial, dan terakhir adalah peradaban yang kemudian menjadi sesuatu yang ingin dikonstruksi.

Malang, 29 Januari 2008

0 komentar:

Posting Komentar

Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. Amin