`

`

Minggu, 27 September 2009

MENGUAKNYA SEJARAH JILBAB DI INDONESIA

Judul Buku : Revolusi Jilbab, Kasus Pelarangan Jilbab di SMA Negeri Se-Jabotabek, 1982-1991
Penulis : Alwi Alatas dan Fifrida Desliyanti
Tebal Halaman : iii + 136 halaman
Penerbit : Al-I’tishom Cahaya Umat
Perensi : Noval Palandi

Revolusi adalah sebuah perubahan yang sangat cepat proses terjadinya. Karena cepatnya, perubahan ini sangat kuat dirasakan oleh masyarakat atau lingkungan yang sedang mengalami perubahan tersebut. Tidak semua orang menyukai perubahan, sehingga hal ini seringkali menimbulkan benturan yang keras dan tidak jarang menyebabkan jatuh korban.
Jilbab hanyalah sehelai kain yang sederhana. Tampilannya tak semebyar fashion show Paris, tidak juga klasik bak pakaian eropa abad pertengahan. Namun dengan kesederhanaannya itu jilbab tak jarang menjadi symbol perlawanan. Ia adalah bunga-bunga bermekaran buat yang meyakini kewajibannya, tapi jadi sayatan pedang bagi yang phobi terhadapnya. Begitulah macam-macam manusia memandang jilbab. Oleh sebab itu, lewat jilbab itulah benturan peradaban sering terjadi, baik di skala mikro maupun makro.
Seiring dengan kondisi saat itu bentuk jilbab mengalami perkembangan yang awalnya biasa-biasa saja menjadi perubahan yang luar biasa diiringi dengan militansi pelajar yang ingin mengekspresikan bagian dari simbol idiologi ini.
Disisi yang lain banyak fariabel yang mempengaruhi kondisi idiologisasi jilbab; baik internal maupun eksternal. Orde baru menjadi bagian dari faktor eksternal yang mempengaruhinya, itu ditandai dengan kebijakan yang tidak berpihak kepada umat Islam. Abdul Aziz Thaba mengumpulkan setidaknya ada sembilan kebijakan penting pemerintah yang sangat tidak memihak terhadap umat Islam. Kebijakan-kebijakan tersebut sangat mengecewakan umat Islam, mulai dari marjinalisasi tokoh-tokoh masyumi sekaligus pelarangan bagi organisasi itu untuk berdiri kembali sampai kepada persoalan jilbab.
Puncak ketegangan umat Islam dan Orde baru bisa mencuat ketika pemerintah memaksakan asas tunggal untuk digunakan oleh semua ormas dan orsospol dan PII sebagai satu-satunya ormas pemuda Islam yang menolak secara bulat asas tunggal dan akhirnya tidak lagi diakui pemerintah, sejak tahun 1980-an awal telah mengangkat isu pancasila dalam training-trainingnya.
Disisi yang lain lewat tangan-tangan militernya pemerintah bermain dibalik aksi-aksi yang memojokkan umat Islam sehingga lahirlah aksi-aksi yang dipimpin oleh sebagian intelejen, walaupun tidak semua kalang Islam terpancing untuk melakukan aksi keras terhadap pemerintah Orde Baru.Sebagian mereka mencoba menjaga jarak dengan pemerintah sambil mengupayakan perbaikan keadaan bagi umat Islam.
Sebuah kondisi yang ironi juga ketika itu adalah pemerintah mendukung Islam sebagai praktek individu dan sosial, tetapi menolak Islam politik. Pemerintah juga banyak menyokong syiar-syiar ke-Islaman, tetapi tidak suka untuk memberantas kemungkaran karena pemerintah banyak mendapatkan keuntungan dari sana.
Perkembangan ditingkat nasional juga tanpa bisa dipungkiri banyak dipengaruhi juga oleh situasi internasional. Revolusi Iran yang dipimpin oleh Khomeini memberikan pengaruh yang luar biasa dalam sejarah Islam termasuk bagi kondisi dalam negeri Indonesia. Kemunculan jilbab di sekolah-sekolah negeri di Indonesia pada awal tahu 1980-an juga banyak memperoleh dorongan dengan adanya Revolusi Iran tersebut serta pemikiran-pemikiran dari tokoh-tokoh pergerakan Islam, terutama Ikhwanul Muslimin, lebih banyak mewarnai pelajar muslim di sekolah-sekolah negeri pada saat itu.
Awal sebuah kesadaran baru, munculnya fenomena sangat menarik untuk diamati yaitu munculnya gelombang kesadaran untuk mengenakan busana muslimah. Kondisi ini semakin menarik ketika mencoba melihat dari dimensi yang lain bahwa kesadaran moralitas ini lahir dari pelajar-pelajar putri serta faktor-faktor lain yang harus diperhatikan adalah dibatasinya ruang gerak umat Islam oleh pemerintah terutama dalam hal politik, mau tidak mau memaksa mereka untuk menyalurkan energi ke bidang-bidang yang lain.
Jilbab tentu tidak mungkin marak secara serempak di sekolah-sekolah negeri tanpa ada alasan yang melatarbelakanginnya. Para siswi ini umumnya memakai jilbab setelah mengikuti pelatihan ke-Islaman yang diadakan oleh lembaga-lembaga ke-Islaman.
Salah satu pengararuh pentng lainnya adalah dari buku ke-Islaman yang diterjemahkan, buku-buku yang diterjemahkan umumnya merupakan karya pemikir dan tokoh-tokoh pergerakan Islam seperti: Abu A’la Al-Maududi, Sayyid Qutb, dan Hasan Al-Banna, yang sering dikategorikan sebagai tokoh-tokoh ‘fundamentalis’.
Di Jakarta, maraknya jilbab di kalangan pelajar SMA negeri dimotori oleh Pelajar Islam Indonesia (PII), terutama PII Jakarta pusat, akhirnya pada bulan juni 1980 dicanangkan sebagai awal dari ‘jilbabisasi’ yang mereka lakukan.
Pada tanggal 17 Maret 1982 terjadi kondisi nasional yang kontroversi dengan semangat jilbab waktu itu yaitu dikeluarkannya SK 052/C/Kep/d.82 tentang kebijakan baru penggunaan seragam sekolah secara nasional. Secara resmi, tujuan utama keluarnya SK ini adalah menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan antar siswa. Namun tisak bisa dipungkiri, SK ini muncul ketika mulai banyak siswi-siswi di SMA negeri yang memakai jilbab. Pihak sekolah menganggap hal ini sebagai problem karena sekolah negeri bukanlah sekolah agama.
Pasca kebijakan pemerintah tentang seragam sekolah ini banyak hal kontroversial yang terjadi di sekolah-sekolah dan banyak memakan korban serta setelah SK tersebut, masalah jilbab di sekolah-sekolah mulai mencuat kepermukaan.
Seiring dengan waktu respon/ tanggapan dari lembaga Islam mulai bermunculan; DDII, PII, MUI, dan lembaga Islam yang lain mengungkapkan keprihatinannya atas masalah-masalah jilbab yang sedang terjadi. Berawal dari semua ini komunikasi antara pemerintah dengan umat Islam yang diwakili oleh MUI mulai intensif dalam menyelesaikan permasalahan jilbab ini walaupun beberapa saat setelah itu pelarangan jilbab kembali terjadi lagi.
Akhirnya sejak tahun 1980 hingga 1985 telah banyak siswa berjilbab yang terpaksa keluar dari sekolah-sekolah negeri dan semua itu karena alasan tata tertib seragam sekolah. Para siswi ini mulai serta berbagai pihak yang ada telah melakukan upaya maksimal untuk mempertahankan hak mereka memakai jilbab di sekolah.
Perjuangan berat itu berbuah juga, pada tahun 1988-1989 kasus jilbab lebih dramatis dan mengalami peningkatan secara kualitatif. Kalau sebelumnya hanya terjadi di ruang sekolah, sekarang berkembang hingga ke ruang pengadilan. Kasus-kasus yang diselesaikan di ruang pengadilan berhasil mempertahankan hak mereka untuk tetap sekolah di Sekolah negeri, walaupun ada beberapa kasus yang sama di sekolah-sekolah yang lain tapi tidak mendapatkan jaminan yang sama.
Beberapa tahun terakhir tanggapan masyarakat dan tokoh mulai di publikasikan lewat media yang merupakan klimaks dari respon umat Islam terhadap tindakan pemerintah yang terlalu deskriminatif terhadap ekspresi keberagamaan dari umat Islam. Kondisi ini memberikan peluang yang sangat besar terhadap pelajar muslimah yang ingin ber-Islam secara kaffah, sehingga buah dari perjuangan ini benar-benar dirasakan oleh pelajar muslimah yang walaupun harus menghadapi rintangan sebelumnya. Ternyata perjuangan akan berbuah kesuksesan jika orientasi perjuangan itu adalah proses bukanlah hasil. Semoga Allah memberikan rahmat kepada orang-orang yang memperjuangkan revolusi ini.
Banyak peristiwa yang antagonistik dengan peristiwa revolusi ini, tapi ada sebuah hal yang harus direnungkan bahwa konfigurasi jilbab saat ini adalah buah dari perjuangan orang-orang terdahulu yang ingin menegakkan panji Islam dinegeri yang kita cintai ini. Dan kita coba bertanya kepada mereka tentang sakitnya dimaki-maki orang tua sendiri, tentang seorang tua yang tega membotaki kepala anak gadisnya dan membakar jilbabnya, tentang ibu yang mengusir anaknya yang tanpa daya, atau memasukkannya ke kandang ayam. Atau, sudah lupakah tentang wanita-wanita berjilbab yang memfitnah menebar racun?.
Buku yang ditulis oleh Alwi Altas dan Fifrida Desliyanti disajikan dengan bahasa yang santun dan mengungkap data dan cerita tentang kasus jilbab wakatu itu dengan bahasa-bahasa yang mudah difahami. Buku ini bagus dibaca oleh pelajar dan seluruh kalangan untuk memahami tentang rentetan peristiwa termasuk revolusi jilbab pada saat awal kemunculannya.

Malang, 27 Februari 2008

0 komentar:

Posting Komentar

Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. Amin