`

`

Senin, 19 Oktober 2009

KENYATAAN YANG MESTINYA IA TAHU

Aku coba bertanya pada angin tentang semua yang terjadi waktu itu,.belum terdengar jelas suaraku, muncul pejuang menyahut dan berkata "Banyak dinamika perjalanan naik turun yang sangat tajam sampai harus memutar haluan" tanpa berfikir panjang aku pun membalas "hahaha memutar haluan"..aku ingin menyentil dengan gaya ku, berharap dia juga berfikir tentang eksistensi dia yang berdiri dikerumunan rahib, rahib yang melihat sesuatu kekhilafan berjamaah sebenarnya, tetapi karena subyektifitasnya semua bermuara pada satu titik..
entah apa maksudnya,..

"Kita lebih tahu apa yang harus kita lakukan. memang banyak orang memandang ini bunuh diri dan tidak bijak, tapi ada hal yang tidak pada tempatnya untuk di ekspos".
begitu jawaban dia selanjutnya, jawaban yang membuatku berfikir apa maksudnya; menghindar, atau sikap menolak interdependensi,..tapi aku khawatir semua muncul atas ketidaktahuan, ketidakfahaman, dan kegagapan melihat realita didepannya...

Siapa yang pantas diperkarakan? itu mungkin pertanyaannya. Realita ataukah kepentingan yang sudah menyelimuti jalan kita. Realita seharunya kita fahami sebagai tantangan yang harus kita fikirkan, kita rekayasa, dan kita lewati menuju titik kesuksesan. Sementara kepentingan sudah menjadi lumrah manusiawi. Kita selalu hidup di atas kepentingan, berbicara cita-cita, obsesi, menang, sosialisasi, dan yang lainnya maka kita akan berbicara kepentingan. Kita hidup untuk sebuah kepentingan, kepentingan mendapatkan ridha dan surga Allah kelak.

Diseberang sana terdengar suara toa menggema, bait demi bait membacakan puisi, puisi tentang pembunuhan atas pilihan hidup orang-orang kuat di barisan itu. Tapi terpaksa tumbang, gugur, dan menghilang oleh sesak kehidupan yang membuatnya hampir saja tak bernapas. Didesak, dihujat, dihegemoni oleh kepentingan orang-oran itu. Ku pegangi ia dengan ungkapan mendamaikan, semoga dia berdamai dengan realitanya, semoga dia sadar atas pilihannya, karena dia adalah tokohnya.

Ku pertemukan di persimpangan, menyatukan antara kekayaan-kekayaan ide yang berserakan oleh waktu yang tak pernah ada untuknya. Ku terobosi ruang itu, ku doktrin ia, ku hadirkan seluruh kenyataan yang mestinya ia tahu. Tapi entahlah,..semua kandas, semua dimentahkan oleh kapal yang sering singgah di persimpangan hatinya. Semoga saja pandangannya tidak kabur, semoga saja dia mampu menatap jalannya dengan tatapan tegar, tatapan ketangguhan, dan tatapan optimisme karena aku begitu curiga kau telah dihipnotis oleh ketakutan atas sikapmu sendiri..

0 komentar:

Posting Komentar

Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. Amin