`

`

Minggu, 11 Oktober 2009

SEMUA PROSES, DAN DIAM ADALAH MATI

Tadi Malam, saya membaca bukunya Ridha Alhamdi yang berjudul “Melawan Arus”, buku terbitan Resist Book, tahun 2006. Buku ini saya beli setahun yang lalu, tepatnya bulan Maret 2008. Buku ini adalah kodifikasi dari catatan kritis Ridha Alhamdi yang mencoba sinis dengan kenyataan dan mencoba menolak kemapanan. Adalah buah dari pikiran jernih dari penulis tanpa ada pretensi untuk meraih sesuatu apapun baik akademis maupun material. Buku yang lahir dari curahan hati ini sangat baik untuk dibaca, demi menggugah nurani, dan mengasah sensitifitas kita kala melihat realita yang ada disekitar kita. Buku ini oleh Ridha diklasifikasikan menjadi empat jenis bahasan yaitu catatan tentang pergerakan, tentang pendidikan, tentang agama, dan catatan tentang gaya hidup.

Saya tidak ingin mengulas dan membedah buku tulisan mantan Ketua Kader PW IRM DIY ini tetapi saya sangat tertarik untuk mengkaji ketika dia mengatakan seperti ini:
“Bodoh juga bagian dari proses-Orang yang berubah itu karena proses. Orang yang tidak ada perubahan juga karena proses. Proses yang tidak mau di ajak berproses”
Banyak orang yang mentafsiri bahasa berproses ini sebagai suatu hal yang berbuah kebaikan nantinya. Dan ketika kemandegan dan berbuah kegagalan juga di labeli sebagai sikap yang tidak berproses. Padahal semua ini adalah berproses, hanya berbeda pada hasil akhir.

Bahasa proses memang tidak bisa dipandang parsial, harus universal dan konprehensif, sehingga kita memaknai setiap sikap yang kita ambil dalam hidup menjadi satu proses yang akan kita lewati. Entah sikap itu adalah memilih maju, mundur, atau mungkin diam di tempat-semua ini merupakan pilihan dan proses menuju hasil apa yang akan kita raih sebagai sebuah konsekwensi atas pilihan yag kita ambil.

Beberapa orang mungkin akan membantah bahasa proses ini jika terlalu lama, dan mungkin akan bertanya kapan sampainya proses ini?kapan majunya?kapan suksesnya?Tetapi bagi saya justru ini pertanyaan pragmatis dan pesimistis yang terlalu berobsesi tentang sesuatu yang besar dibalik usaha yang tidak terlalu besar. Bukankah dalam pandangan transidensi Islam “Allah melihat proses bukan hasil”, Allah ingin kita berproses, bukan diam, berproses dan melakukan sesuatu yang positif, urusan hasil sudah merupakan wewenang Allah yang Maha kuasa atas semuanya. Karena juga manusia diberikan tingkat kedewasaan dan masa yang berbeda. Boleh jadi secara umur anak SMA sama-sama 17 atau 18 tahun, tetapi juga sangat mungkin memiliki tingkat kualitas dan kedewasaan yang berbeda-beda sesuai dengan realita dan jalan hidupnya masing-masing, sesuai dengan pilihan hidupnya apakah ingin berproses menuju suatu perubahan yang lebih baik, atau menjadi anak SMA yang lebih dewasa, ataukah menjadi anak SMA yang manja dan tidak dewasa.

Inilah gambaran dari cara kita dalam menatap makna proses secara luas. Kalau boleh mempotret apa yang digambarkan M.Izza Ahsin dalam tulisannya “Dunia Tanpa Sekolah” bahwa dia ingin berproses dengan cara mendobrak kebiasaan berfikir masyarakat pada umumnya yang terlalu bergantung kepada sekolah formal. Nah, karena M.Izza Ahsin memaknai suatu proses adalah keluar dari kekangan sekolah formal maka dia benar-benar menunjukkan bahwa keresahannya ini merupakan sesuatu yang tidak mendewasakan dan membebaskan proses pendewasaan dan pilihan hidup dan pada titik akhir ceritanya dia menulias buku ini. Kalau boleh mengandaikan-sangat berbeda kisahnya ketika ditengah kondisi yang terpenjara itu Izza (begitu dia dipanggil), memilih untuk berproses dengan cara mengamini realita itu, tanpa penolakan dan gugatan mungkin buku itu tidak pernah hadir ditengah masyarakat pembaca dimanapun.

Menyikapi makna proses ini, luas atau sempitnya, berbanding lurus dengan pemaknaan kita terhadap proses itu sendiri. Ketika pemaknaan terhadap proses adalah bergerak untuk melakukan perubahan, bekerja positif, kesuksesan, kematangan-kedewasaan, maka seseorang akan memilih untuk aktif dan produktif tidak diam dan membungkam karena diam itu mati.

0 komentar:

Posting Komentar

Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. Amin