`

`

Jumat, 02 Oktober 2009

HILANG PENATKU, KU BAGI SEDIKIT TENTANG KARYA M.IMDADUN RAHMAT

Malam ini di kosanku masih sepi, sebagian besar penghuninya masih belum kembali dari mudik, suasana hening, apalagi dikomplek tempat aku ngekos juga selalu sepi, jangankan malam pagi hari saja sangat sepi, tidak banyak orang yang lalu lalang, dan beraktivitas disini. Dan jam 21.00 sampai 24.00 aku menghabiskan waktu selain baca buku juga nonton tv. Tapi malam ini beda aku pulangnya agak malam, aku tadi mampir dulu di usman ngantarkan kue persembahan saudaraku.

Aku hidupin laptop, ku kumpulkan semua cerita yang terekam dalam memoriku hari ini, pengen kutulis biar setiap jejakku, ku abadikan lewat kata disini, biar setiap ayunan langkahku, ada cerita yang bisa dikenang dan diambil hikmahnya. Setelah bersila menyambangi laptopku semua seolah mandek, buntu, tak ada ruang untuk menelusuri jalan ku hari ini lewat kata. Aku juga ingat kalau aku punya obsesi agar setiap ceritaku, ku abadikan lewat tulisan, biar mungkin setitik ibrah bisa diraih lewat itu, makanya kuingin menulis. Akhirnya kupandangi setiap sudut kamarku yang penuh dengan tumpukan kardus, pakaian kotor, jemuran yang belum dirapikan, sarung-sarung yang belum disimpan ditempatnya, tetapi disalah satu sudut kamar tampak sebuah rak buku yang tertata rapi, nah aku pandangi judul buku dirak itu satu per satu berharap ada yang sreg dengan buku-buku ini yang bisa ku terjemahkan lewat bahasaku. Pencarianku berhenti pada sebuah buku berjudul “Arus Barus Islam Radikal, Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah Ke Indonesia” tulisan M.Imdadun Rahmat. Buku hasil penelitian ini mengetengahkan sebuah kebangkitan kembali semangat keagamaan yang telah melanda seluruh dunia Islam. Gerakan yang merangkum berbagai corak gerakan-dari yang moderat hingga radikal dari yang apolitis hingga yang politis-yang telah menyumbang berbagai kemajuan bagi umat Islam, problem, dan kekerasan.

Buku yang aku beli 4 Januari 2006 ini sangat bagus, dan membuka wawasan berfikir. Mencoba mengungkap sejarah dan praktik gerakan yang awalnya lahir dan berkembang di Timur Tengah ini, kini telah hadir di Indonesia melalui kiprah berbagai organisasi Islam yang muncul setelah reformasi. Organisasi seperti Gerakan Tarbiyah (PKS), Hizbut Tahrir, Front Pembela Islam, Majelis Mujahidin Indonesia, Laskar Jihad dan sebagainya, meramaikan wacana keislaman dan politik di Indonesia. Menurut Alwi Alatas Gerakan-gerakan ini hadir di Indonesia sekitar tahun 1970-an yang salah satunya mempengaruhi gerakan revolusi jilbab ketika itu.

Aku ingat kalau buku ini aku baca beberapa kali karena kontennya berat, apalagi harus berbicara tentang potret gerakan-gerakan ini, pemikiran dan idiologi, serta transmisinya ke Indonesia. Aku suka buku ini walau harus mengerut dahi untuk mencerna bahasanya, buku ini enak di baca oleh para aktivis gerakan untuk menambah referensi bacaannya tentang gerakan-gerakan ini, informasi yang disampaikan cukup gamblang tentang kelebihan dan kekurangannya, dari fenomena, ciri-ciri, hingga watak keagamaan Gerakan Revivalis di Indonesia. Karena gerakan Islam dunia yang transmisi ke Indonesia maka buku ini menyajikan potret sederhana gerakan ini di Indonesia.

Ditengah kamar yang acak-acakan, samping kiri-kanan ada tumpukan bantal, sarung, tas, buku-buku, kutetap memegangi buku ini, ku buka pelan-pelan dari synopsis, terus buka daftar isi, kemudian membuka lembaran demi lembaran sembari mengembalikan memoriku tentang buku yang sudah kubaca setahun yang lalu ini. Muncul satu harapan dalam benakku, andai kita bisa bersatu mungkin akan sekuat tebing ditepi lautan yang tak pernah bergeming diterba badai dan ombak. Tapi ini sunatullah, sebuah perbedaan yang indah, memberi warna tentang sebuah kehidupan yang berlomba dalam kebaikan.

Tetapi aku juga berfikir ketika konsepsi sudah dilumat oleh para aktivis gerakan ini, apakah sudah selesai? cerita tamat?ternyata tidak, ada tugas besar yang menunggu diluar sana, tugas mentransformasi nilai, mengutip buku Pola Transformasi Islam ada beberapa hal yang perlu di transformasi; gerakan, intelektual, visi peradaban, dan rancang bangun peradaban. Ini hal-hal yang aku lihat jarang kita bedah tuntas dalam setiap kesempatan belajar kita. Padahal hari ini kita mesti tandang ke gelanggang untuk mentransformasi semuanya ke realitas masyarakat yang heterogen ini. Sudah tidak zaman memperuncing perbedaan, menghujat, dan melihat kesalahan. Saatnya kita memulai untuk melihat kesamaan, kesamaan visi gerakan membangun sebuah peradaban yang pernah ada. Biarlah perbedaan menjadi khasanah keilmuan yang bisa dibagi biar siklus ilmu pun terjadi pada masyarakat kelas bawah yang pada akhirnya mengangkat derajatnya dan ilmu-ilmu ini tidak tersimpan dalam lipatan sejarah.

0 komentar:

Posting Komentar

Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. Amin