`

`

Minggu, 27 September 2009

KADERISASI YANG TERKOTAK

Setiap pergerakan, ikatan, himpunan, komunitas, persatuan atau organisasi sosil-keagamaan pasti memiliki karakter dan ciri khas tersendiri dalam proses pengkaderannya. Pengkaderan merupakan cara, proses, perbuatan mendidik, atau membentuk seseorang untuk menjadi kader. Dalam pemahaman satu organisasi pelajar tentang pengkaderan atau proses kaderisasi adalah proses transformasi, sosialisasi, dan idiologisasi.Sementara subyek pengkaderan dalah kader, yang diharapkan akan memegang pekerjaan penting dalam sebuah organsasi, pemerintah, atau partai politik tertentu. Dan lebih ditegaskan bahwa makna pengkaderan adalah kegitan yang ditujukan pada usaha pembentukan kader.

Proses pengkaderan sampai hari ini masih menjadi tolak ukur keberhasilan kaderisasi. Nyatanya demikian. Proses kaderisasi berbanding lurus dengan produk kepemimpinan. Jika proses kaderisasinya tidak sehat maka buruk pula kepemimpinannya. Keberhasilan kepemimpinannya bukan ketika dia sukses memimpin tetapi seberapa banyak kader yang kualitasnya lebih hebat dari dia ketika memimpin. Tak heran ketika penggodokan dalam proses pengkaderan dilakukan secara periodik, untuk mengukur out put proses pengkaderan yang dilakukan. Penggodokan ini berjenjang, ada yang dari Basic, Intermediate, sampai kepada Advance. Dan pastinya bahwa setiap jenjang memiliki target, tujuan, dan indikator masing-masing secara kongkrit.

Produk Basic adalah kader yang bergerak lokal daerah dan berpikir regional, sementara kader intermediate, kader yang bergeraknya sampai regional tetapi berfikirnya nasional, sementara kader advance asumsinya adalah kader yang bergeraknya sampai pada tataran nasional dan berfikirnya nasional. Pengkaderan ditingkat basic bertujuan untuk internalisasi nilai-nilai transiden, pada jenjang intermediate bertujuan untuk sosialisasi dan eksternalisasi nilai dan jenjang terakhir yaitu advance bertujuan untuk konseptualisasi dan aktualisasi.

Ada yang beranggapan bahwa orang melihat dan menilai ruh pergerakan tergantung pada bidang kadernya. Jika bidang kadernya move maka suasana organisasi akan baik. Sehingga ketokohan dan qudwah harus muncul dari bidang kader dengan rasionalisasi bahwa dia mengurusi seluruh kader. Padahal pendapat seperti ini hanya mendikotomisasi fungsi seluruh bidang yang ada di dalam organisasi. Dan secara tidak langsung mensakralkan suatu bidang dan meniadakan fungsi kaderisasi dari bidang yang lain. Apalagi ketika muncul anggapan bahwa bidang tertentu lebih baik dari bidang yang lain. Ini secara tidak langsung mendikotomisasi, bahwa dalam sebuah organisasi ada bidang yang utama dan ada bidang pelengkap. Dan akan muncul anggapan bahwa bidang tertentu keberadaannya tidak urgen. Ini satu pelajaran yang kurang tepat untuk proses pendewasaan kader dalam struktural. Seharusnya seorang kader dalam organisasi memahami tugas dan fungsi seluruh bidang yang ada secara holistik karena eksistensi kader dalam organisasi, idialisme dan pergerakannya tidak hanya ketika dia menjadi fungsionaris organisasi tersebut tetapi lebih dari itu, bahwa kedepan dia akan melakukan rekayasa sosial di tingkat masyarakat sampai kepada tingkat pengambil keputusan di lembaga pemerintahan.

Dan yang harus difahami bersama bahwa pada hakekatnya seluruh pos, bidang, departemen atau apapun dalam sebuah organisasi sama saja, terlepas dari peran dan fungsinya yang berbeda. Hanya saja pada level praktis tertentu ada bidang yang lebih berpengaruh karena terkait dengan kebijakan dan program yang telah direncanakan sebelumnya. Jika boleh mengibaratkan organisasi seperti sebuah pesawat terbang bahwa dia tidak akan terbang dan mencapai tujuan ketika bagian-bagian pesawat tersebut tidak sempurna. Sama halnya dengan organisasi bahwa keberadaan suatu bidang dalam organisasi adalah berdasarkan analisa kebutuhan yang utuh dalam mentafsir visi dan misi gerakan yang mau dibawa yang kemudian dilakukan evaluasi secara periodic.

Anggapan ada bidang yang paling baik, yang paling sempurna merupakan satu paradigm berfikir organisasi yang keliru dan perlu ada pembenahan terhadap paradigma berfikir seperti ini sebelum mengakar dan beranak pinang. Karena proses pengkaderan tidak berpihak pada satu bidang tertentu tetapi merupakan keseluruhan dari proses utuh sebuah organisasi dan pada level praktis seharusnya bisa dilakukan oleh siapapun atau kader yang sudah melewati jenjang pengkaderan tanpa terpaku pada dibidang mana dia dibesarkan. Saat berubah dan merubah..


Malang, 29 Maret 2008


0 komentar:

Posting Komentar

Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. Amin