Lombok
besar satu setengah kilo..
Lombok
kecil satu kilo..
Minyak
goreng dua kilo..
Kecap
dua renteng..
Merica..
Terong
dan ceruwuk..
Pala..
Daun
pisang..
Tomat..
Bawang
merah..
Anak
cobek..
Kelapa..
Jahe..
Susu..
Kopi
susu..
Ekstra
Joss.
....
Jadi
Semuanya Lima ratus ribu pak..
Begitu riuk-riuk pasar yang
selalu ku datangi disetiap pagi. Berbelanja kebutuhan menu diwarung mertua. Iya
aku sedang berbulan-bulan madu di Pondok Mertua Indah. Setelah menikah dan
bersapa akrab dengan keluarga besar di Dompu. Aku kembali melewati masa indah
bersama istri di rumah bapak-ibu mertua di montong are-Gerung-Lombok Barat.
Memang masa
kontrak pekerjaanku di Dompu sudah selesai. Sekarang menunggu panggilan kerja,
dan sembari melihat peluang-peluang kerja di tempat lain.
Sendiri di Dompu
sebelum dan sesudah menikah rasanya beda. Serasa hilang separuh jiwa. Sementara
obatnya ada diseberang pulau. Dari pada berjauhan dan meredam rindu dengan
permaisuriku. Aku lebih baik menemaninya disini. Di desa Gerung. Desa yang
menjadi saksi ijab qobulku. Menyaksikan berakhirnya batas lajang menuju status
menjadi suami seorang gadis gerung asli Jawa Timur.
Disini, aku
ternyata tidak hanya menjadi dosen pembimbing tiga bagi istriku yang tengah
menyelesaikan tugas akhir-skripsi sebagai prasyarat menempuh sarjana di
Universitas Mataram. Tetapi aku juga mengurusi semua hal yang menjadi urusan
keluarga baru ku ini. Dari urusan menjadi kasir, buatkan pesanan minuman,
memotong es batu, mengupas bawang, hingga berdesak-desakan dipasar.
Niatku juga mengabdi.
Membantu mertua yang sedang merintis karir usaha. Belajar pada perjuangan
mereka mengarungi hidup dengan segala tanggungannya. Komitmenku menjadi menantu
yang berbakti. Mencintai anaknya dan mencintai kebaikan yang mereka cintai pula
membuatku menikmati segala pekerjaan yang menjadi kebutuhan usahanya.
Hampir tiap hari
aku ke pasar. Berbelanja kebutuhan menu di tempatnya berjualan. Aktivitas ini sebenarnya
asing bagiku karena keseharianku sebelumnya bertemu masyarakat adalah dalam
kepentingan pemberdayaan dan pencerdasan masyarakat. Tetapi aku suka sensasi
aktivitas ini. Menyaksikan suara ibu-ibu pasar menjajakan barang
jualannya.
Aku belajar. Aku
mencermati. Aku terinspirasi menjadi usahawan. Bekerja di usaha sendiri, tanpa
ribet dengan segala keruwetan birokrasi pemerintah. Tanpa harus tersesak dengan
hiruk pikuk kebisingan politik.
Bahkan dengan
usaha sendiri mungkin aku bisa memberi banyak hal pada orang yang sedang
membutuhkan. Menyediakan fasilitas lebih disekitar rumah untuk bisa
dimanfaatkan oleh orang-orang yang berteduh usai mencari sesuap nasi.
Aku memang
sepakat dengan politik. Tetapi aku tidak sepakat dengan para politisi yang
sibuk di ruangan sidang dan hanya bicara regulasi tanpa berada langsung
disudut-sudut desa. Tempat dimana bagian dari aspirasi pembangunan itu ada.
Tempat dimana suara nurani masyarakat itu selalu mengeluh.
Sudah cukup.
Tidak ingin lagi menyorot para birokrasi dan pengambil kebijakan yang tanpa
mendengar keluhan rakyat. Andai saja aku sudah menjadi usahawan lalu menjadi
milioner ingin ku beli saja jabatan presiden, Kursi-kursi DPR, dan
Tempat-tempat diambilnya kebijakan strategis sehingga aku bisa membaginya
kepada mereka yang sedang membutuhkan, mereka yang menghabiskan hari-harinya di
emperan toko, di kolom jembatan, dan ditempat yang tidak layak dihuni oleh
rakyat yang negaranya sudah merdeka.
Baiklah.
Keinginan itu terlalu utopis. Yang paling mungkin adalah menjadi usahawan.
Sehingga mampu berbagi kebahagiaan. Ini inspirasi yang ku dapatkan dari Bapak
mertua yang sering berpetuah tentang asumsi-asumsi yang harus dipenuhi untuk
menjadi sukses berusaha. Semoga pada saatnya nanti aku bisa menjadi seperti
mimpiku, seperti harapan mertuaku, memenuhi cita-cita yang telah menjadi
ekspektasiku bersama permaisuriku. Semoga bisa “membeli surga”. Sukses amal,
sukses usaha, dan menggadaikannya untuk kepentingan perjuangan umat.Amin.
bapak mertuanya keren.. istrinya juga pasti keren..bisa dampingi beliau..:)
BalasHapusIya dunk bapak mertua saya tidak hanya keren, dia unik. Kata ibu mertua saya seh, dia satu-satunya yang paling unik di dunia. makanya mahal..
BalasHapus:D