Kamis, 30 Mei 2013
CINTA TELAH BERHAMBURAN
Telah berangsur hilang
Berserakan sebutir
demi sebutir
Secercah kedamaian
cinta yang pernah bersemi
Yang menjadi
bunga digubuk kecil itu
Sejenak menghadirkan
ruang itu kembali
Ruang penuh
keintiman
Yang pernah
bertabur dengan nada dan irama tentang cinta
Memenuhi semua
sudut dikediaman itu
Seperti tak
mengharapkan petang
Pula tak
ingin berganti menjadi pagi
Karena selalu
tak ada batas masa saat mengalirkan cinta
Cinta bagi
semua penghuni surga kecil itu
Hidup memang
adalah sejarah
Seperti sifatnya
yang tak pernah berhenti
Dia mengalir
dan terus berubah
Berputar,
berganti, dan mengisi giliran cita rasa kehidupan
Sesaat seperti
usai memejamkan mata
Tiba-tiba
cinta kami berhamburan
Satu demi
satu menguap lalu hilang
Terlihat ada
jejaknya namun tak jelas
Petang itu
merubah seluruhnya
Seolah menguras
samudera air mata kita
Kering,
sampai tak tersisa
Setetespun
tak ada hingga mati rasa
Waktu tentu
akan terus berjalan
Mengajak semuanya
untuk berlalu
Wanita mulia,
bapak dan adik tersayang
Lalu aku
pun merapat ke istana para pecinta
Tetapi rasa
ini terus bersemi dibatasi ruang yang jauh
Antara aku,
adik, ayahanda, serta ibu terkasih
Kami mengeluh
rasa yang sama dalam ruang cerita ini
Keluh yang
hanya berbuah perih, tanpa air mata
Semua boleh
hilang kecuali harapan
Harapan yang
melekat di dada kita bersama
Hanya itu
yang bisa melepas segala keluh
Yang akan
mulai mengganti segala luka menjadi bahagia
PERSYARATAN INTERMEDIATE TRAINING NTB
PERSYARATAN PESERTA
INTERMEDIATE TRAINING (INTRA)
MATARAM, 24 JUNI S/D 1 JULI 2013
- Admnistrasi
§ Telah
mengikuti Basic
Training (BATRA)
minimal 6 bulan terakhir
§ Membawa Foto warna terbaru 3x4 sebanyak 3 lembar
§ Membayar SWP sebesar Rp 100.000
dan SWO sebesar Rp 50.000
§ Membawa alat tulis dan Al-Qur’an terjemahan
§ Diupayakan membawa laptop dan
modem
§ Menyertakan Mandat PD atau
PW beserta SK terakhir
§ Usia
minimal 15 tahun dan maksimal
20 tahun
§ Membuat
blog pribadi, dan mengirimkan alamat
blog ke Group INTRA Mataram 2013 maksimal tanggal 8 Juni 2013.
§ Mengisi DRH dan mengumpulkan dengan cara mengirimkan
ke email novalobsesi@yahoo.com. DRH
bisa di download (disini)
- Komitmen
§ Bersedia
mengikuti INTRA sampai selsesai
§ Bersedia mengikuti
kursus dan taklim pasca INTRA
§ Siap
aktif di struktur PD
dan atau PW minimal dua periode kedepan
- Tugas
Tulis
1.
Membuat
resensi buku minimal 3 halaman (Times New Roman, 1,5
spasi, font 12, kertas A4, margin
standard) dengan judul
buku (pilih salah satu):
§ Pilar-pilar gerakan PII, Muh.Husnie Thamrin download
§ Gerakan
Pelajar Islam, dibawah
bayang-bayang
negara, Djayadi Hanan download
§ Tasawuf
modern, HAMKA ( download ini dulu kemudian instal ke laptopnya, baru bisa download dan buka ebooknya)
§ Psikologi Komunikasi, Jalaludin Rahmat download
§ Cultural
studies dan kajian budaya pop, John Storey download
§ Rekayasa
sosial, Jalaludin Rahmat download
2. Membaca dan
membawa
buku-buku tentang filsafat, tasawuf, pemikiran dan agama, pendidikan, sosial,
budaya, politik, ekonomi, sejarah, Ke-PII-an, diutamakan buku-buku yang
diwajibkan menjadi resensi (minimal 5 buah buku).
3. Membuat makalah minimal 10
halaman dihitung dari Pendahuluan, Isi dan Penutup (1,5 spasi, font 12, Times
New Roman, kertas A4, margin standard) dengan tema (pilih salah satu):
§ Membangun
Komunitas sebagai Basis Gerakan PII
§ Penguasaan
IPTEK bagi Pelajar Muslim
§ PII
sebagai Pemersatu Ummat
§ Menggagas
Gerakan Dakwah yang
Efektif di Kalangan Pelajar
§ Kader
Berprestasi dalam Perepektif PII
§ Sistem
dan Strategi Menghidupkan Kembali PD-PII di NTB
§ PII
sebagai Gerakan Dakwah dan Intelektual
§ PII
sebagai Wadah Pembentukan
Pribadi Muslim
§ Membumikan
Islam di Pulau Seribu Masjid
§ Mengembalikan
Makna Pendidikan : Pendidikan yang Memanusiakan Manusia
- Tambahan
:
1. Referensi tugas tulis hanya boleh menggunakan buku/
ebook, dan jurnal dan tidak diperbolehkan menggunakan sumber dari blog dan Wikipedia.
2. Tugas resensi dan makalah dikumpulkan dengan cara
diposting ke masing-masing blog pribadi peserta maksimal tanggal 18 Juni 2013.
3. Menghafal QS.As-Shaff ayat 1-5
4. Seluruh peserta INTRA harap datang tepat waktu dan tidak ada toleransi keterlambatan. INTRA akan dilaksanakan tanggal 24 Juni s/d 1 Juli 2013 bertempat di SMAN 8 Mataram, NTB. Informasi lebih lanjut bisa menghubungi Bidang Kaderisasi PW PII NTB (Annisa Rahmani : 081803657652) atau Tim INTRA (Noval Palandi : 087766973932).
4. Seluruh peserta INTRA harap datang tepat waktu dan tidak ada toleransi keterlambatan. INTRA akan dilaksanakan tanggal 24 Juni s/d 1 Juli 2013 bertempat di SMAN 8 Mataram, NTB. Informasi lebih lanjut bisa menghubungi Bidang Kaderisasi PW PII NTB (Annisa Rahmani : 081803657652) atau Tim INTRA (Noval Palandi : 087766973932).
Petunjuk Download (Link download menggunakan free hosting sendspace.com)
1. Klik tulisan [Download] pada judul buku yang akan diunduh, kemudian akan muncul jendela/tab halaman link download
2. Pada gambar seperti di bawah ini, klik tulisan “Clik here to start download from sendspace“
3. Selanjutnya, proses mengunduh akan berjalan dan hasilnya akan tersimpan di lokasi hasil download yang menyesuaikan pengaturan komputer masing-masing
Sabtu, 25 Mei 2013
MASYARAKAT ISLAM DAN KEBUDAYAAN DIGITAL*
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imran: 110)
Kebudayaan adalah suatu fenomena universal, setiap bangsa dan masyarakat memilikinya. Meski dalam bentuk dan warna yang berbeda. Keduanya saling berkaitan, manusia menciptakan kebudayaan, namun disisi yang lain manusia diciptakan oleh kebudayaan.
Islam hadir dengan visi rahmatan lil’alamin untuk menyeimbangi permasalahan yang diproduksi oleh kebudayaan dimanapun dan kapanpun. Karena mengemban visi rahmatan lil’alamin, Islam hadir untuk memberikan kontribusi positif disetiap dinamika ruang dan waktu termasuk kebudayaan.
Manusia dan Kebudayaan
Para pakar antropologi budaya Indonesia umumnya sependapat, bahwa kata “kebudayaan” secara terminology berasal dari bahasa Sansakerta buddhayah. Kata Buddhayah adalah bentuk jamak dari kata buddhi, yang berarti “budi” atau “akal”. Sedangkan secara etimologi kebudayaan adalah hal-hal yang berkaitan dengan (daya) akal, berupa cipta, karsa dan rasa. (Rafael Raga Maran, 1999)
Dari definisi tersebut, kita dapat mengetahui bahwa manusia dan kebudayaan sangat berhubungan erat. Karena kebudayaan adalah suatu fenomena universal. Setiap masyarakat-bangsa di dunia memiliki kebudayaan, meskipun bentuk dan coraknya berbeda-beda. Sebagai cultural being, manusia adalah pencipta kebudayaan. Dan sebagai ciptaan manusia, kebudayan adalah ekspresi eksistensi manusia di dunia. Pada kebudayaan, manusia menampakkan jejak-jejaknya dalam panggung sejarah.
Namun manusia dan kebudayaan, pada dasarnya berhubungan secara dialektis. Ada interaksi kreatif antara manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah produksi manusia, namun manusia sendiri adalah produk kebudayaannya. Itulah dialektika fundamental yang mendasari seluruh proses hidup manusia. Dialektika fundamental itu terdiri dari tiga unsur:
Eksternalisasi, yaitu proses pencurahan diri manusia secara terus menerus kedalam dunia melalui aktifitas fisik dan mentalnya. Melalui unsur ini manusia menciptakan kebudayaan.
Objektivasi, yaitu tahap dimana aktivitas manusia menghasilkan suatu realitas objektif yang berada diluar diri manusia. Jika dalam tahap eksternalisasi manusia sibuk melakukan kegiatan fisik dan mental, maka dalam tahap objektivasi, kegiatan tersebut sudah menghasilkan produk-produk tertentu, seumpama gedung, mobil, computer, lukisan, patung, buku-buku ilmiah dan sebagainya.
Internalisasi, ialah tahap dimana realitas objektif hasil ciptaan manusia kembali diserap oleh manusia. Dengan perkataan lain, struktur dunia objektif, hasil karyanya ditransformasikan kembali kedalam struktur kesadaran subjektifnya. Melalui eksternalisasi, manusia menciptakan kebudayaan. Sedangkan dengan tahap internalisasi, kebudayaan membentuk manusia. Dengan kata lain, manusia merupakan produk kebudayaan dalam proses tersebut.
Objektivasi, yaitu tahap dimana aktivitas manusia menghasilkan suatu realitas objektif yang berada diluar diri manusia. Jika dalam tahap eksternalisasi manusia sibuk melakukan kegiatan fisik dan mental, maka dalam tahap objektivasi, kegiatan tersebut sudah menghasilkan produk-produk tertentu, seumpama gedung, mobil, computer, lukisan, patung, buku-buku ilmiah dan sebagainya.
Internalisasi, ialah tahap dimana realitas objektif hasil ciptaan manusia kembali diserap oleh manusia. Dengan perkataan lain, struktur dunia objektif, hasil karyanya ditransformasikan kembali kedalam struktur kesadaran subjektifnya. Melalui eksternalisasi, manusia menciptakan kebudayaan. Sedangkan dengan tahap internalisasi, kebudayaan membentuk manusia. Dengan kata lain, manusia merupakan produk kebudayaan dalam proses tersebut.
Kebudayaan; Unsur-unsur serta faktor pembentuknya
Memilah-milah kebudayaan dalam unit-unit kecil atau membangun pola-pola kebudayan berdasarkan ciri-ciri tertentu bukanlah hal yang mudah untuk memahami kebudayaan. Cara yang lebih praktis ialah memandang kebudayaan sebagai susunan dua konfigurasi atau komponan besar yang saling berhubungan, yakni:
Kebudayaan material, yaitu segala macam objek fisik buatan manusia.
Kebudayaan non-material, terdiri dari pengetahuan dan kepercayaan, norma dan nilai, tanda dan bahasa.
Kebudayaan non-material, terdiri dari pengetahuan dan kepercayaan, norma dan nilai, tanda dan bahasa.
Adapun unsur-unsur dasar kebudayaan, diantaranya: Kepercayaan, nilai, norma dan sanksi, tekhnologi, symbol, bahasa, kesenian dsb.
Adapun pengaruh utama yang membentuk dan mengubah kebudayaan adalah:
1. Ras atau faktor genetik (keturunan)
2. Lingkungan alam atau faktor geografis
3. Okupasi atau faktor ekonomis
4. Fikiran atau faktor psikologis
1. Ras atau faktor genetik (keturunan)
2. Lingkungan alam atau faktor geografis
3. Okupasi atau faktor ekonomis
4. Fikiran atau faktor psikologis
Masyarakat Islam dan Kebudayaan
Eksistensi manusia di dunia ditandai dengan upaya tiada henti-hentinya untuk menjadi manusia. Upaya ini berlangsung dalam dunia ciptaanya sendiri, yang berbeda dengan dunia alamiah, yakni kebudayaan.
Seperti yang telah diuraikan diatas, manusia mempunyai kesempatan untuk menciptakan kebudayaan. Dalam konteks dakwah melalui pendekatan kebudayaan, masyarakat Islam (muslim) memiliki ruang untuk melakukan pengembangan terhadap eksternalisasi kebudayan itu sesuai dengan visi dakwah Islam. Atau mungkin melakukan internalisasi objektivitas kebudayaan untuk melakukan penetrasi pengembangan masyarakat yang Islami. Artinya, masyarakat Islam hanya tinggal mentransformasikan nilai-nilai Islam.
Dalam konteks keindonesiaan, hal tersebut telah dilakukan oleh para pengemban panji dakwah nusantara. Para Wali melakukan pengembangan dakwah terhadap masyarakat melalui pendekataan kebudayaan wayang, mereka melakukan eksplorasi objektivitas kebudayaan agama hindu yang kala waktu itu berupa wayang. Selanjutnya, mereka melakukan eksplorasi Eksternalisasi berupa perubahan cerita dengan tidak merubah tokoh-tokoh pewayangan untuk kemudian melakukan Internalisasi nilai Islami terhadap masyarakat jawa.
Membaca Problematika Umat Saat Ini
Dunia dengan seluruh dinamika serta kompleksivitasnya merupakan hasil dari kebudayaan. Baik disadari ataupun tidak, kebudayaan itu terbentuk seiring dengan perjalanan sejarah manusia. Dinamika permasalahan membuat manusia melakukan eksplorasi kebudayaan secara terus menerus. Baik berupa material ataupun non-material. Bisa kita lihat, kebudayaan material untuk konteks kekinian berkembang dengan pesatnya, arus globalisasi adalah bagian dari dinamika tersebut. Dunia seakan-akan sebuah kampung kecil yang bisa dikunjungi dengan mudah tanpa melangkahkan kaki. Maka lahirlah benda-benda cyber super canggih, benda-benda digital berhamburan, hp, laptop, modem, serta aplikasinya seperti internet sudah menjadi bagian dari Internalisasi kebudayaan terhadap masyarakat.
Adapun kebudayaan non-material yang dihasilkan untuk konteks kekinian berupa norma, keyakinan, faham yang dihasilkan arus globalisasi. Seperti cara pandang materialisme, liberalisme, sekularisme dan hedonisme. Sehingga memungkinkan syahwat kapitalis serta faham-faham yang lain tumbuh dan berkembang. Mungkin, dulu orang ketika ingin memberi kabar cukup dengan secarik kertas dan sebuah ball poin. Akan tetapi dalam kebudayaan kekinian, seseorang tidak terlalu membutuhkan hal tersebut.
Cukup dengan memiliki perangkat hp, maka akses informasi-pun secara cepat terjadi. Begitupula jika tarik kedalam kasus budaya perdukunan, dulu orang harus berkilo-kilo dengan mendaki gunung untuk bertemu dengan ‘Mbah dukun’. Sekarang cukup dengan memijit jari saja dengan ketik ‘REG PRIMBON’ atau ‘REG JODOH’, maka transaksi perdukunan pun terjadi.
Da’wah dan Kebudayaan Digital
Dalam konteks diatas, kita dapat melihat bahwa manusia dan kebudayaan merupakan hal yang tak dapat dipisahkan. Keduanya saling memberi pengaruh. Keduanya pun berjalan secara dinamis sesuai dengan permasalahan serta kebutuhan zamannya. Namun, bagi seorang muslim hal tersebut tidak dapat merobohkan tujuan utama penciptaan manusia. Dinamika tersebut tidak sedikitpun harus meleburkan pengabdian kepada-Nya, justru dengan adanya dinamika tersebut seorang muslim harus mampu mengeksplorasi, baik itu melakukan Eksternalisasi, Objektivitas kedalam Shibgah Islam untuk kemudian masuk dalam proses Internalisasi kebudayaan yang akhirnya bisa memberi warna dengan corak Islam.
Oleh karenanya, da’wah mempunyai ruang didalam kebudayaan tersebut. Tinggal kita memilah dan memilih didalam melakukan langkah dakwah dalam kebudayaan. Seperti kita ketahui, perkembangan dunia digital saat ini telah berkembang dengan cepatnya. Maka butuh eksplorasi Eksternalisasi dan Interanalisasi. Meski kita selaku masyarakat Islam masih agak sedikit kesusahan untuk melakukan objektivitas kebudayaan. Namun, tidak dengan proses Eksplorasi dengan Shibgah Islam. Nyatanya dapat kita lihat, hal tersebut sedikitnya telah terkontribusikan dengan proses eksplorisasi nilai-nilai Islam lewat kebudayaan tersebut. Seperti adanya situs-situs Islami, adanya aplikasi kitab-kitab kuning dalam bentuk digital (maktabah syamilah) dan sebagainya.
Memang, kita tak pernah tahu kapan masyarakat Islam bisa kembali menciptakan Objektivitas Material Kebudayan. Namun tidak dengan Objektivitas Non-material, Islam dari awal telah hadir dengan seperangkat kepercayaan, norma, nilai serta peradaban yang khas. Tinggal kita secerdik mungkin melakukan Sibghah Da’wah terhadap kebudayan digital yang ada. Maka dari itu, peluang dakwah di era kebudayaan digital semakin luas. Meski tantangannya pun semakin kompleks dan beragam.
Oleh karenanya, permasalahan kebudayaan kekinian akan bisa terjawab ketika kita selaku masyarakat Islam melakukan kerjasama untuk membaca dinamika kebudayaan. Melakukan eksternalisasi, objektivitas dan internalisasi kebudayaan. Jika hal itu tidak mungkin, maka kita masih bisa melakukan eksplorisasi seperti apa yang dilakukan para Wali dulu. Sehingga nilai-nilai tauhid dan penghambaan kepada Allah Swt tetap eksis disetiap kondisi. Termasuk di era digital ataupun di era yang lebih canggih lagi sekalipun. Wallahu a’lam
http://hamdanatural.wordpress.com/2012/02/03/masyarakat-islam-dan-kebudayaan-digital/
*Salah satu bahan bacaan Intermediate Training PII NTB
Jumat, 24 Mei 2013
RUANG IMAJINASI
para pemuda berkumpul mengkaji
membaca sebuah ruang imajinasi
sebuah ide masa depan bagi Indonesia
ide bagi masa depan dunia
Seorang pemuda berorasi
membuka ruang imajinasi ini
katanya kita harus liar berimajinasi
ruang kreasi dan imajinasi kita
tak boleh mati sampai di sini
Sebab imajinasi adalah cinta
cinta dalam ruang kosong yang sunyi
dalam ruang angan dan cita-cita
ruang inspirasi kita
Dan sebab Indonesia
adalah pula buah dari cinta ini
Segalanya bermula dari sebuah imajinasi
Mengingat kembali Bung Karno
dalam ruang imajinasi kita
Indonesia adalah negara
Indonesia adalah bangsa yang dibayangkan
Indonesia adalah 'nation state imagined'
Indonesia adalah imajinasi
Segalanya bermula dari sebuah imajinasi
Mengingat kembali Muhammad Al-Fatih
dan ruang imajinasinya
mempersembahkan Konstantinopel
bagi sejarah kejayaan Islam
Sekarang saatnya kita isi kembali
ruang kosong imajinasi ini
dengan cinta yang sejati
dengan cinta sejati
dengan cinta sejati
Ruang imajinasi . . .
misi-misi besar adalah imajinasi
pencapaian besar adalah imajinasi
kita adalah ruang imajinasi
Kita datang dengan cinta
kita datang dengan kerja
kita datang membawa harmoni
kita membawa ruang imajinasi
Bung Karno
dan ruang imajinasinya
Muhammad Al-Fatih
dan ruang imajinasinya
adalah catatan sejarah kebanggaan kita
Dalam ruang imajinasi ini
terpatrikan asa dan semangat kita yang besar
gelora dan gemuruh derap juang kita
terpancar aura kemenangan
kemenangan bagi Indonesia
kemenangan bagi dunia
Ruang imajinasi kita
adalah ruang harmoni dan cinta sejati
bagi Indonesia
dan bagi dunia
*) Terinspirasi dari orasi HM Anis Matta, Lc di Selat
Bosforus Turki.
Tainan City, Taiwan, 29 April 2013
Abi Fahmi Azizi
Langganan:
Postingan (Atom)
Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. Amin