Qais sebenarnya tidak harus bunuh diri.
Hidup tetap bisa dilanjutkan tanpa Layla. Tapi itulah masalahnya. Ia tidak
sanggup. Ia menyerah. Hidup tidak lagi berarti baginya tanpa Layla. Ia memang
tidak minum racun. Atau gantung diri. Atau memutus urat nadinya. Tapi ia
membiarkan dirinya tenggelam dalam duka sampai napas berakhir. Tidak bunuh
diri. Tapi jalannya seperti itu.
Orang-orang romantis selalu begitu ;
rapuh. Bukan karena romantisme mengharuskan mereka rapuh. Tapi kehalusan itu
berbaur dengan kelemahan. Dan itu bukan kombinasi yang bagus. Sebab batasnya
jadi kabur. Kehalusan dan kelemahan jadi tampak sama. Qais lelaki yang halus.
Sekaligus lemah.
Kombinasi begini banyak membuat
orang-orang romantis jadi sangat rapuh. Apalagi saat-saat menghadapi badai
kehidupan. Misalnya ketika mereka harus berpisah untuk sebuah pertempuran. Maka
cinta dan perang selalu hadir sebagai momen paling melankolik bagi orang-orang romantis.
Mengerikan. Tapi tak terhindarkan. Berdarah-darah. Tapi tak terelakkan. Itu
dunia orang-orang jahat. Dan orang-orang romantis datang kesana sebagai korban.
Begitu ruang kehidupan direduksi hanya ke
dalam kehidupan mereka berdua, dunia tampak sangat buruk dengan perang. Tapi
kehidupan punya jalannya sendiri. Ada kaidah yang mengaturnya. Dan perang
adalah niscaya dalam aturan itu. Maka terbentanglah medan konflik yang rumit
dalam batin mereka. Dan orang-orang romantis yang rapuh itu selalu kalah. Itu
sebabnya Allah mengancam orang-orang beriman : kalau mereka mencintai
istri-istri mereka lebih dari cinta mereka pada jihad, maka Allah pasti punya
urusan dengan mereka.
Tapi itulah persoalan inti dalam ruang
cinta jiwa. Jika cinta jiwa ini berdiri sendiri, dilepas sama sekali dari misi
yang lebih besar, maka jalannya memang biasanya kesana : romantisme biasanya
mengharuskan mereka mereduksi kehidupan hanya ke dalam ruang kehidupan mereka
berdua saja. Karena disana dunia seluruhnya hanya damai. Di sana mereka bisa menyembunyikan
kerapuhan atas nama kehalusan dan kelembutan jiwa. Itu sebabnya cinta jiwa
selalu membutuhkan pelurusan dan pemaknaan dengan menyatukannya dengan cinta
misi.
Dari situ cinta jiwa menemukan kecerahan
dan juga sumber energi. Dan hanya itu yang memungkinkan romantisme dikombinasi
dengan kekuatan jiwa. Maka orang-orang romantis itu tetap dalam kehalusan
jiwanya sebagai pecinta, tapi dengan kekuatan jiwa yang tidak memungkinkan
mereka jadi korban karena rapuh.
Ketika kabar syahidnya Syekh Abdullah
Azzam disampaikan kepada istri beliau, janda itu hanya menjawab enteng, Alhamdulillah,
sekarang dia mungkin sudah bersenang-senang dengan para bidadari..
0 komentar:
Posting Komentar