Jumat, 10 Juni 2016
'MATOMPO" SIMBOL PENAKLUKKAN MIMPI
Alhamdulillah, hari tadi bisa silaturrahim lagi ke DPC Kilo, DPC
paling utara yang kami punya.
Alhamdulillah pula bisa singgah di “Doro Matompo”, tempat wisata
baru yang baru ditemukan tidak lama ini.
Saya singgah dengan 3 kawan saya..saya foto panorama disana,
saya selfie, saya sorot juga Gunung Tambora-gunung yang sedang dilestarikan.
Saya merasa saya paling tinggi, berdiri di atas Matompo,
menaklukkan ketinggian yang ada saat tadi.
Saya jujur, saya pobia ketinggian, tapi saya tak peduli, saya
ingin juga taklukkan penasaran saya beberapa kali telah melewati tempat ini,
tapi tak pernah singgah.
Matompo bagi saya hari tadi adalah mimpi tinggi saya, dan saya
terbawa kuat menaklukkannya.
Sekalipun masih ada yang lebih tinggi dari Matompo. Masih ada
yang lebih tinggi dari mimpi ini.
Saya lawan lapar, karena sedang puasa. Saya lawan panas terik
menghantam kuat di atas kepala. Saya lawan juga pobia saya. Saya rasa obsesi
menaklukkan Matompo buat saya buta segala kelemahan saya.
Matompo bagi saya hari tadi adalah symbol penaklukkan mimpi.
Terus terang, ramadhan ini hadirkan saya dengan segala asa,
cita-cita tersirat yang jadi do’a.
Saya lantunkan bersama sembah sujud saya, hadirkan jiwa depan
Sang Kuasa. Semoga didengar segala do’a.
Sungguh episode sekarang buat saya fokus pada asa yang satu ini.
Asa yang menjadi tujuan antara sebuah cita-cita bagi saya.
Saya bersyukur diberi banyak potensi, dan doa itu adalah
pelengkap yang sudah ada.
Semoga catatan ini juga mewakili saya dengan menghadirkan hati
dan tengadah tangan, doa semoga Allah karuniakan itu.
DIA Maha Tahu. Semua yang diminta, lirih suara, dan permintaan
hati semua hamba. Semoga doa itu adalah bagian yang diijabah hari ini.
Amin.
KELUARGA KECIL KITA
Keluarga kecil ini yang hampir saja buat nafasku habis terengah
karena mencarinya. Dan diusia 28 tahun baruku menemukannya.
Usia 28 tahun, tuntas kesendirian, dan saat itu pula aku legal
mendapat teman hidup, dan itu kemudian banyak orang mendo'akannya.
Usia itu. ternyata banyak orang bilang keluarga kecil kami tak
lengkap. Karena istilah keluarga sering kali disebut jika ada bapak,ibu, dan
anak.
Hampir setahun saya belum diberi amanah jadi ayah.
Dan setahun kemudian saya dipercaya mampu menjadi ayah. Anak
saya lahir tepat 2 tahun usia menikah.
Baru itu banyak orang bilang sudah lengkap jadi keluarga.
Luar biasa. Karena berjuta rasa menyapa. Suka duka terasa.
Menjadi suami dan ayah dari istri dan anak, melengkapi banyak
rasa yang sudah hinggap selama ini.
Keluarga kecil inilah tempat menitipkan banyak rasa. Dan mereka
menyatu bersama suka dan duka.
Mereka senyum saat bahagia menyapa kita. Mereka ikut kalut saat
badai menerpa. Itulah keluarga kecil yang sehidup semati bersama mengejar cita.
Kini hidup bertiga, berdiri diantara kerunyaman yang ada. Yang
hadir silih berganti menandai hidup yang urung berhenti.
Ada beban dipundak. Mengajar dan menitipkan cinta pada mereka.
Semoga itu yang melekat kuat, jadikan mereka tidak pernah kalah dengan
kehidupan.
Semoga istri saya menjadi dia yang bagi saya sekarang dan
selamanya bersama menabur cinta.
Semoga anak-anak saya menjadi jawaban dari setiap doa. Antarkan
hidup mereka dalam diri yang sholeh.
Cukup itu jadi jembatan bahagia dunia dan nanti. Akhirat kekal
yang selalu jadi hunia terakhir para manusia.
Semoga mampu menjaga mereka dari neraka yang tak satupun orang
terlintas ingin kekal bersamanya.
Semoga Allah selalu tuntun kami hingga surga yang tak pernah
hilang kenikmatannya.
Semga kita semua jadi keluarga penghuni surga nanti.
Amin.
Langganan:
Postingan (Atom)
Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. Amin