`

`

Sabtu, 26 Desember 2015

MULIA SAMPAI MATI*

Mulia bukan Mulya

Kemarin saya membaca sebuah tulisan dari seorang teman, membaca juga status dari seorang sahabat yang bicara tentang "Hidup Mulia atau Mati Syahid"

Makna HIDUP MULIA yang saya pahami dari beberapa referensi adalah hidup yang senantiasa mendatangkan kebaikan dan manfaat baik bagi diri sendiri terlebih lagi bagi orang lain, maka saya melihat hidup mulia bukanlah sekedar sebuah pilihan, melainkan suatu kewajiban. Terlepas adanya balasan atau tidak, ada pahala atau tidak, ada surga atau tidak, hidup mulia itu harus. Dan ketika hidup dalam kemuliaan sudah dicapai, maka tidak ada lagi ketakutan untuk menghadapi kematian, karena bagi orang-orang yang hidup dalam kemuliaan, kematian hanya serupa tidur sesaat untuk kemudian bangun di kehidupan yang lebih baik.
Kemudian MATI SYAHID yang saya fahami adalah mati dijalan Allah SWT.
Dengan makna di atas saya meyakini bahwa, semua kita pasti ingin menjadi mulia, ingin hidup kita selalu mendapatkan keridhaan Allah SWT.

Pada pilkada tahun ini PKS bersepakat mendukung pasangan dengan jargon Mulya. Berganti calon wakil yang akan mendampingi beberapa kali tapi jargon mulya tak berubah, selalu relevan dengan nama calon wakil bupati. Sekalipun jargon ini diambil dari nama calon Bupati yaitu Mulyadin H. Ar Gani, tetapi kemudian cocok juga dengan nama beberapa calon wakil yang awalnya ingin dipasangkan. Ada juga yang bersahut bahwa memang kata mulya adalah milik semua orang yang ingin hidup mulia.

Memang kenapa dengan Mulya?
Saya terus terang sangat "klik" dengan jargon ini. Saya sebenarnya ingin tau apa dasar kata "mulya" ini dijadikan jargon. Bacaan saya karena calon bupatinya bernama Mulyadin, sehingga dipenggal dan diambil kata "mulya" nya saja. Tak masalah, justru memilih kata ini menjadi jargon semakin memudahkan masyarakat untuk mengenal lalu mendukung calon yang berpasangan dengan Kurniawan Ahmadi ini.

Mulia sampai mati.
Terlepas dari itu semua, makna kata mulia sesungguhnya cukup bagi kita untuk menjadikan hidup kita kearah sana. Hidup yang mulia dibawah naungan kehendak dan ridho Allah SWT. Mengisi siang dan malam dengan kebaikan-kebaikan, dan memberi pelayanan yang baik kepada ummat ini.
Termasuk juga dalam urusan politik hari ini, bahwa sebagian dari esensi politik dan kekuasaan sesungguhnya adalah keadilan dan kesejahteraan.

Menjadi mulia didunia harus kita kejar dengan kesungguhan hati. Kita isi hari-hari dengan kebaikan, kita tebar kebaikan hingga ke pelosok negeri. Maka jadilah kita mulia. Jadilah kita berguna.

Karena kematian itu dekat, maka kita mesti persiapkan dengan sebaik-baiknya, sehingga jika datang saatnya kita tidak lagi ragu untuk mempertanggungjawabkan isi dari umur kita selama hidup.
Maka itu kemudian tak ada waktu untuk memberi ruang pada hal-hal yang tidak berguna, yang tidak bernilai, apalagi dengan keburukan-keburukan, sehingga harus terpatri dalam jiwa bahwa kita harus menjadi mulia sampai mati.

Semoga calon bupati dan wakil bupati kita (mulya) dengan agenda-agenda besarnya setelah terpilih menjadi bupati dan wakil bupati nanti mengedepankan tujuan yang mulia demi menjadikan bumi Nggahi Rawi Pahu sebagai daerah yang selalu mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.



*Ditulis ketika ikut mengkampanyekan paslon dukungan PKS dengan jargon MULYA.

0 komentar:

Posting Komentar

Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. Amin