`

`

Senin, 29 April 2013

KAMMI MULAI BELAJAR BERMIMPI

 Foto : Musyawarah Kerja Komisariat 

Memaknai Kelahiran KAMMI sebagai Momentum untuk Ber-mimpi

Judul ini sekilas seakan mengerdilkan KAMMI sebagai sebuah organisasi yang sepertinya tidak memiliki mimpi dan cita-cita karena menggunakan bahasa MULAI BERMIMPI. Padahal tanggal 29 Maret 2011 KAMMI telah mempertegas langkahnya yang ke 13 tahun, mengarungi samudera kehidupan bersama perhelatan yang luar biasa, tentu jalan yang dilalui KAMMI bukan saja kemulusan dan kemudian meninak bobokkannya dalam perputaran waktu yang cukup panjang ini. Setting sosio politik yang melatar belakangi lahirnya KAMMI memberi isyarat bahwa KAMMI hadir untuk memberi warna solusi dan pencerahan pada umat ini, hingga kini ruh itu selalu ada pada setiap kesempatan dan dimanapun kader-kadernya bersuara lantang tentang realitas obyektif yang bebas norma. 

13 tahun sudah KAMMI hadir mengisi sudut-sudut negeri ini, memberi solusi pada ketertindasan rezim yang masih melekat. KAMMI tentu bukan saja mendobrak kemapanan yang tidak berpihak pada rakyat tetapi juga memberi solusi terbaik dan mengarahkannya pada jalan Ilahi, karena kehadirannya bukan menjadi trouble maker tetapi selalu memberi nilai perbaikan pada jalan sesat yang dilalui penguasa selama kiprahnya di percaturan ini.

KAMMI NTB adalah bagian kecil dari kereta besar yang sedang mengarungi jalan menuju Indonesia yang Islami. Tentu 13 tahun umur yang masih sangat belia bagi manusia, tetapi realitas internal gerakannya bersama kompleksitas hadapan yang dilaluinya hingga kini membuat KAMMI dewasa sebelum usianya; berfikir dan berkehendak merdeka, pemberani, petarung sejati, penghitung resiko yang cermat, memiliki daya analisis yang tajam, dan secara sadar disiapkan untuk masa depan Islam. Konsep yang benar-benar terjiwai dalam diri setiap kader ini menjadi citra dan kekhasan yang dimiliki oleh kader KAMMI.

Atas dasar kesadaran itulah pengembangan sayap KAMMI mendarat hingga Kabupaten Dompu. Dengan melihat potensi mahasiswa asal daerah yang kemudian kembali ke kampong halamannya membuat Para pembesar KAMMI merasa penting untuk menyediakan wadah perjuangan. Selain itu perlua adanya ikhtiar untuk meningkatkan peran serta mahasiswa dalam rangka percepatan pembangunan daerah, karena dengan adanya system Otonomi Daerah memungkinkan elemen masyarakat untuk berpartisipasi, termasuk para mahasiswa yang tergabung dalam gerakan KAMMI. Kemudian menjadi sebuah kewajiban untuk menyebarkan nilai-nilai Islam sehingga menjadi tepat KAMMI lahir di Kabupaten Dompu, dan pada tanggal 7 Februari 2010/ 22 Shafar 1431 H dibentuklah KAMMI dengan naman KAMMI komisariat Dompu.

Kammi Mulai Belajar Bermimpi
Setahun mengarungi bahtera perjuangan di periode pertama memberi banyak pelajaran berharga bagi kami bersama kereta dakwah ini. Sebagai anak bawang tentu setelah ada medan, ada kereta, dan ada nilai yang sedang diperjuangkan tidak cukup untuk membuat semuanya bisa berlari sekencang yang lain. 1 tahun berjalan membuat kami belajar banyak hal, hanya nama KAMMI yang melekat di hati kita, berbicara konsepsi dan strategi semakin mempertegas kami semua sebagai pendatang baru di organisasi ini, tetapi kami tidak pernah menyerah, kami tidak pernah patah arang dan kemudian memberikan saja waktu dan potensi yang kami miliki kepada kemalasan dan dijajah oleh inferioritas diri yang tidak ingin meraih mimpi sebagai mana orang-orang pertama dulu bermimpi setinggi eksistensi KAMMI hari ini.

Melihat perjalanan ini kita tentu akan merangkai masa depan yang gemilang itu dari sejarah yang kita lewati, perjalanan penuh perjuangan yang telah kita lalui, dan cerita-cerita sukses dari orang-orang yang telah merasakan implikasi dari bentukan KAMMI yang ada pada diri mereka.

Milad KAMMI ini tidak saja menjadi refleksi atas perjuangan yang selama ini ditorehkan tetapi bagi KAMMI komisariat Dompu menjadi momentum untuk belajar bermimpi. Di jejak-jejak awal menemukan pola perjuangan di bumi Nggahi Rawi Pahu membuat kami mengakui bahwa ada gesekan dari dialog panjang antara idialitas KAMMI dengan realitas medan dan sosiologis masyarakat yang menjadi hadapan KAMMI. Bagaimana tidak semua potensi pemuda muslim yang berserakan dikumpulkan menjadi satu kekuatan besar yang luar biasa, sehingga memaksa kita semua menamai KAMMI komisariat Dompu menjadi Komisariat Pelangi.

Dalam konsep rekayasa sosial kita di ajak untuk realistis melihat idialitas dan realitas. Sehingga kita akan selalu mendialogkan keduanya, apakah idialitas yang mengikuti realitas ataukah realitas yang dipaksakan untuk mengikuti idialitas. Nah berangkat dari sinilah perlu kiranya kita berijtihad untuk menemukan strategi perjuangan dalam etape dakwah yang tentu baru seumur jagung. Yang perlu kita fahami bersama bahwa pilihan ini bukan kemudian ingin berjalan diluar khittah ke-KAMMI-an tetapi analisa potensi kekuatan dan peluang yang dimiliki menjadikan pilihan ini adalah jalan terbaik hari ini. Kemudian dalam perjalanannya selalu ada ikhtiar penyempurnaan dan penuntasan asumsi-asumsi dasar menuju organisasi KAMMI yang sesungguhnya.

Jejak awal ini, dengan segala kondisi yang mengintervensi memaksa kita berani mengambil pilihan jalan walau disadari sangat susah menemukan sinergisitas dengan rencana strategis KAMMI saat ini. Tetapi kita tidak mungkin berdiam diri, kita harus bergerak, kita harus menyusun batu-bata peradaban ini, kita harus memformulasi ide besar untuk jalan-jalan yang kita lalui esok hari sehingga gerakan kita tidak menjadi gerakan yang reaksioner-prgamatis tetapi menjadi gerakan yang bervisi, gerakan yang punya ruh, dan gerakan profetik.

Soliditas internal menuju ekspansi dakwah. Ini adalah turunan kecil dari cita-cita mulia yang di impikan KAMMI. Kami menyadari bahwa sebuah gerakan dalam upaya merapatkan barisan perlu tiga hal yaitu kedekatan dengan Allah SWT, amal jama’I, dan memahami master plan dakwah. Dua hal pertama selalu kita kondisikan dengan wasilah-wasilah yang kita miliki sedangkan untuk master plan yang sesuai dengan kearifan lokal masih perlua kita formulasikan bersama. Sehingga ketika asumsi soliditas ini sudah kita miliki maka selanjutkan kita akan melakukan ekspansi dakwah.

Dalam rangka pemenuhan ini kita perlu strategi yang mudah-mudahan bersama formulasi ini Allah SWT mempermudah jalan menuju kesuksesan dakwah kita.

Pertama, Membangun Kultur Intelektual. Ketika kita berbicara peradaban setidaknya ada empat faktor penting mengapa peradaban Islam berkembang pesat dimasa lalu dan salah satu factor itu adalah pengembangan intelektual.

Kita menyadari bahwa kita baru mengayunkan beberapa langkah, sehingga terkesan utopis jika kita sudah berbicara tentang peradaban, tetapi kata-kata Abdullah Gymnastiar cukup memberikan motivasi kepada kita, beliau menyampaikan bahwa kalau perjuangan-perjuangan yang kita lakukan tidak bisa menghasilkan peradaban yang kita impikan, minimal kita akan dicatat dalam sejarah bahwa kita ikut andil dalam menyusun batu-bata beradaban itu.

Berbicara kultur intelektual kita hanya butuh waktu dan keberanian, waktu untuk membagi penat dengan buku-buku yang menggugah semangat, membangkitkan inovasi, dan memperkaya ide dan strategi, kemudian butuh waktu untuk meramunya dalam formulasi di forum-forum diskusi yang kita ciptakan. Awalnya mungkin berat karena baru hadir di dunia kita, tetapi memulai langkah pertama itu menjadi pertanda awal kesuksesan kita. Dan selanjutnya butuh keberanian untuk mendobrak keumuman yang tidak sejalan dengan ide kita, dan keberanian untuk mentransfer ide dalam rangka memberi pencerahan pada masyarakat.

Kedua, Membangun Jejaring. Jaringan ini dibangun setelah kita mempertegas eksistensi kita di permukaan, dan mengambil bagian pada kerja-kerja keummatan. Sehingga kedua hal ini bisa mengawali kita untuk membangun jaringan yang mapan.

Tetapi berbicara jaringan juga jika lepas kontrol akan menjerumuskan kita pada tendensi yang personalitas dan cenderung pragmatis. Maka jaringan yang ingin dibangun oleh KAMMI juga tentu sejalan dengan idiologi KAMMI dan mutualistik.

Kedua hal di atas merupakan pikiran yang menggambarkan bagaimana kita akan bertindak menapaki jalan juang ini hingga akhir masanya. Ini adalah akar yang akan melahirkan potret cita-cita yang akan kita raih pada saatnya nanti. Memang sangat penting untuk memperkuat konsep dan alur fikir kita tentang sesuatu yang kita lalui karena kalau kita mau merefleksikan bahwa rendahnya penerimaan public dan kapasitas citra kita, sebenarnya merupakan realitas-realitas kita yang tidak berakar pada pikiran-pikiran kita. Anis Matta dalam hal ini pernah menyampaikan bahwa pikiran adalah cermin besar yang memantulkan seluruh potret realitas kita secara apa adanya. Pikiran adalah ruang kemungkinan dan realitas adalah ruang tindakan yang telah jadi nyata. Bagaimana kita berfikir, begitulah kita akan bertindak.

Dan semoga milad KAMMI yang ke-13 ini dimaknai terutama oleh KAMMI Komisariat Dompu sebagai momentum untuk mulai belajar bermimpi tentang KAMMI kedepan dan cita-cita dakwahnya.

* Tulisan ini saya buat untuk menyambut MILAD Kammi ke-13 dan menegaskan arah gerak KAMMI Komisariat Dompu periode 2011-2012.

* Dimuat di blog KAMMI Dompu (http://kammidompu.blogspot.com/2011/04/kammi-mulai-belajar-bermimpi.html)

0 komentar:

Posting Komentar

Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. Amin