`

`

Kamis, 11 November 2010

DIALOG KULTUR

Dialog antar kultur, mungkin ini bahasa yang menurutku tepat untuk judul sebuah tulisan yang berangkat dari obrolan lewat telfon seluler. Dialog yang muncul dilatar belakangi oleh kesamaan cara pandang melihat satu obyek diskusi di jejaring sosial. Ketika itu aku menyitir ungkapan Presiden pertama Repulik ini yang mengatakan bahwa berikanlah aku seribu pemuda maka akan ku cabut Sumeru dari akarnya dan berikan aku satu pemuda maka akan ku guncangkan dunia. Status yang aku perbarui dengan bahasa daerah dengan asumsi teman-teman bisa memaknai ungkapan itu dan mejadi motivasi tersendiri ketika berbuat sesuatu.

Ketika sinyal kebaikan itu begitu kuat memancar dan terjiwai dalam konsep berfikir dan pola sikap maka dialog itu muncul dan mengalir seperti air, deras, dan menghadirkan khasanah yang tidak pernah ku temukan sebelumnya. Selayaknya diskusi pada umumnya tentu selalu ada titik kesamaan dan selalu ada sisi perbedaan yang muncul. Berkembang dan memperkaya. Sehingga proses ini sampailah pada kesempatan untuk membuka ruang dialog lebih besar. Kutipannya kira-kira begini :

Visionis : Saya sang Visionis,..
Unik : Ohh iya,..sepertinya kita pernah bersua di masa lalu.

Visionis : Oiya,..barangkali kesamaan visi membuat kamu merasa kita pernah
bersua sebelumnya..tapi mudah-mudahan itu adalah saya..
Unik : ohh gitu,..okey lah..

Visionis : Saya ingin melontarkan satu pertanyaan buat kamu,..dan ini penting buat saya,..

Unik : Emang mau Tanya apa,..tapi sepertinya saya kemungkinan besar tidak bisa menjawab pertanyaan kamu,..karena saya merasa kamu tahu semuanya,..

Visionis : Jangan merendahlah,..
Unik : Ga,..saya beneran,..

Visionis : Tapi gak masalah karena barangkali filosofi padi cukup dijiwai,..
Unik : owh gitu,..iya emang semua pejuang disini kan mengikuti filosofi padi,..

Visionis : Iya tapi kan kalian sangat phobi terhadap nyanyian, dan lagu-lagu,..
Unik : kata siapa,..kita tidak mungkin kaku karena kalau kaku kita bisa dijauhi,.

Visionis : Iyakah..? Salah satu hal yang saya khawatirkan ketika komunikasi lewat phone seluler dengan kamu adalah adanya persepsi kamu beda, dan tafsir mu salah. Kenapa kemudian saya katakana seperti itu, saya ini kan orang nya cenderung diplomatis, sehingga kemudian membuka ruang tafsir orang terhadap bahasa sms saya.
Unik : Terus,..

Visionis : Saya pernah punya pengalaman, ketika dahulu saya sering komunikasi dengan teman-teman yang secara priomordialitas mereka sangat dekat dengan kamu. Dimana mereka dalam kacamata budaya jika dilihat secara nasional kalian sangat normatif-cenderung Islami banget..Cuman kalau ketika berbicara tentang interaksi dengan lawan jenis sensitivitas mereka itu berlebihan.
Saya pernah komunikasi sama teman seperjuangan kamu dan berbicara tentang intensitas komunikasi saya dengan saudara perempuan saya di Jogja, dan dia memberikan respon yang sangat kaku dan mengatakan beda wilayah beda kultur. Jadi saya menafsirkan kalau NTB itu kaku.
Unik : Tidak perlu belajarlah tetapi medan dakwah memaksa kita melakukan
improvisasi terhadap cara kita menyampaikan pesan dakwah..heh

Visionis : Sedikit tapi banyak itu lebih baik dari pada banyak tapi sedikit. Saya mau Tanya solusi terhadap problem yang muncul di rumah kami ini. Rumah Kita ini kan baru dibangun, makanya konsepnya apa?lompatan2 kamu mungkin bisa dibagi
Unik : Teman-teman kemarin kan kesana, masa tidak ada dialog minimal ada
transformasi tentang cara membangun konsep baru, strateegi baru,..

Visionis : Ohw begitu ya,..tapi teman-teman gak mampir juga.
Unik : Emang kata teman saya gimana?

Visionis : Kamu kan tahu sendiri kalau teman-teman kita dimanapun berada
memiliki kemampuan motivasi yang berbeda dengan orang lain, teapi ya gitu kita kan tidak butuh bahasa motivasi kita butuh solusi yang produktif bagi kita.
Unik : Sesuaikan dengan kondisilah,..Misalnya gayanya teman-teman kita ya jangan terlalu dipakasakan dengan kondisi masyarakat..Kalau bersosialisasi dengan masyarakat maka gaya dan sikap kita tidak harus kaku karena pola tindak kita akan jadi ukuran bagi masyarakat..Apalagi kondisi orang-orang di sekitar rumahmu itu kan keras-keras tuh makanya tidak bisa terlalu kaku,..
Kalau saya mikirnya sederhana, saya dulu pernah di ajak oleh rumah yang lain karena mereka lebih fleksibel, maksudnya mereka lebih bisa menghargai pola piker kita yang masih belum terasah, tapi karena saya berusaha mencintai rumah ini ya jadinya saya bisa bertahan disini..tapi cara mereka mengajak kita gabung itu lebih fleksibel..


Visioner : berarti kita hanya diminta mencintai aja terus titik gitu??
Unik : Itu kan pilihan kawan, seperti pernah kamu sampaikan bahwa masa mau dipaksakan untuk mencintai??hehehe bahasa mencintai sensitifi euy,..haha

Visioner : Tapai kalau sudah ada cinta,..cinta,..gitu kayaknya kamu lebih tahu deh,..soalnya saya kalau berbicara cinta cenderung melankolis,..haha
Unik : Tapi gak masalah bro,..justru dengan kondisi teman-teman seperti
sekarang ini saya justru sepakat gaya yang digunakan itu cenderung melankolis,..haha

Visioner : yeahhh….Saya itu kan dulu kena kebijakan wajib militer,..tetapi
kemudian dikembalikan ke rumah dan masyarakat saya,..saya meresa dirumah saya hari ini tidak cenderung membebaskan, cenderung mengekang, cenderung tidak membiarkan kita berproses ala kita, karena setiap kader itu memiliki cara masing-masing untuk kemudian mengejar cita-cita di rumah ini. Dan saya merasa dirumah kita saat ini cenderung represif..Dan kulturnya membuat kita harus terus mengalah dan ikut ritmenya..sehingga kemudian saya memilih minggat..walaupun dulu saya sudah didepag untuk tidak menjelajah kemana-kemana,..
Dalam proses situ cara pandang kita terhadap rumah itu relative dimanjakan,..sehingga rumah ini sudah tidak istimewa lagi,..
Tetapi ketika ada dekrit untuk kembali ke rumah ini ya tak ada bahasa untuk menolak dan membangkang,. Karakter yang dibentuk dalam organisasi kita mengekspresikan sikap, pola pokir, cara pandang, dan sebagainya,..

Dan satu hal kawan bahwa ad apemikiran yang salah tentang Dompu ini. Dompu ini menjadi seperti ini karena persepsi masyarakatnya. Contoh kecil saja bahwa banyak mahasiswa asli dompu yang kuliah ke luar kota tidak ingin kembali ke Dompu karena merasa tidak mendapatkan apa-apa di Dompu. Padahal maju mundurnya Dompu ini tergantung creator-kreator di dalamnya..
Gitu juga kammi tidak kreatif, tidak sense, pendekatannya cenderung birokratis, formalis, birokratis..
Terjadi gap dinamikan antara subyek dakwah dengan obyek dakwah dimana dinamika yang terjadi pada obyek dakwah tidak mampu dikerjar oleh subyek dakwah..

Unik : Kalau saya berfikir tentang kaderisasi pribadi, karena kalau structural saya sudah cukup mumet karena hanya terlihat formal saja tanpa memberikan nilai yang lebih, jadi bergerak nya kita itu hanya fisiknya saja tapi tanpa nilai, jadi saya berfikir bahwa, okeylah masing-masing komsat itu punya otonomi bebas, mereka harus mengembangkan konsepnya masing-masing dan menyesuaikan dengan kondisi kearifan local masing-masing. Karena Lombok dan Bima itu berbeda, sehingga kalau Bima di ajak formalitas cendrung susah mereka lebih condong informal, kultural,

Kita bukan organ eksiten tetapi nilai, tidak perlu memaksakan gaya kita tetapi kita sesuaikan dengan gaya mereka dan kita masuk untuk memberi warna, dan justru lebih efektif..Makanya gunakan bahasa antum sekalian untuk melakukan pendekatan. Bagaimana coba ketika mahasiswa di daerah Bima-Dompu cenderung konfrontatif, sehingga bagaimana cara kita melakukan pendekatan terhadap kultur mereka. Satu hal bahwa dakwah itu mengikuti geografis..
Kita juga melihat sesuai tidak bisa langsung menjustifikasi sesorang, ketika pada waktunya NTB atau Indonesia berada pada zona aman, maka perempuan keluar malam, maka silahkan saja..

Nah, penggalan diskusi yang beberapa hal sudah disempurnakan ini memberi warna tentang hasil dialog dua kultur yang berbeda, berbeda karena pengalaman hidup dan proses hidupnya yang berbeda, sehingga bentukan pola pikir dan pilihan sikapnya dalam menentukan media menemukan idialisme jug berbeda pula..







0 komentar:

Posting Komentar

Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. Amin