`

`

Kamis, 18 November 2010

DAKWAH KAMMI MENDOBRAK KEUMUMAN MASYARAKAT BUMI GORA

Judul buku : Gerakan Dakwah KAMMI di Bumi Seribu Masjid, Selayang Pandang Gerakan Pemuda

Penulis : Mawardi Khaeri

Tebal Halaman : xxxii, 227 halaman

Penerbit : KAMMI Daerah NTB

Peresensi : Noval Palandi, S.P

Ada tiga pesan penting dari Mawardi Khaeri ketika menulis buku “Gerakan Dakwah KAMMI di Bumi Seribu Masjid, Selayang Pandang Gerakan Pemuda” bahwa pertama, KAMMI go Public. Buku ini diinspirasi oleh bacaan eksternal yang tidak begitu faham tentang KAMMI, logika sederhana bahwa obyek dakwah yang kesehariannya menjadi tanggung jawab kader kammi untuk mengenalkannya tidak mengetahui tentang eksistensi organisasi ini. Nah untuk itu buku ini lahir bukan hanya menjadi buku wajib para kader KAMMI tetapi juga untuk orang-orang dan siapapun yang ingin mengenal dan memahami KAMMI. Kedua, estafeta sejarah. Buku ini lahir di masa kini untuk bercerita tentang sejarah masa lalu dan prediksi mendepan gerakan KAMMI, sehingga kehadiran buku ini menjadi penghubung cerita dalam kepingan sejarah pada masa yang berbeda. Ketiga, Tradisi literasi. Buku ini muncul sebagai bukti karya intelektual kader KAMMI, bahwa membangun peradaban dapat dimulai dengan mengkonstruk budaya intelektual, budaya ilmiah, menulis, dan membaca, serta berdiskusi tentang karya-karya pendahulu. Dan sekarang kita sedang menikmati dan menciptakan sejarah, karena sejarah adalah relativitas. Memahami sebuah narasi historis memerlukan interpretasi yang kontekstual dan holistik untuk menghindari pemihakan secara apriori.

Buku ini juga lahir dari karya intelektual kaum muda dan menjadi jawaban atas kekhawatiran seluruh kalangan. Di tengah realitas mutakhir bahwa angka pengangguran, penggunaan narkoba, kriminalitas, tawuran dan minuman keras masih menjadi trend yang disematkan kepada generasi muda, dan disaat itu pula buku ini lahir dan membungkam masyarakat sipil, elit politik, sampai pejabat Negara. Kecemasan tersebut sangat wajar, sebagian pemuda adalah harapan masa depan, namun menghadapi berbagai tantangan yang cukup rumit.

Membaca kemunculan gerakan KAMMI, kita terlebih dahulu akan mengkaji sosio-histori sejarah gerakan di Nusa Tenggara Barat, karena relevansi kelahiran KAMMI akan kita temukan irisannya dengan dan setelah mengkaji sejarah masuknya Islam, penjajahan Belanda, dan masuknya organisasi-organisasi politik di bumi seribu masjid ini. Kemudian kita akan menapaki jejak masuk dan berkembangnya Islam di Pulau Lombok, Sumbawa, Dompu, dan Bima. Bacaan ini sangat mempengaruhi bentukan antropogis masyarakat Bumi Gora yang kemudian terjiwai dalam sikap kader-kader KAMMI di Nusa Tenggara Barat.

Kepemimpinan Orde baru selama 32 tahun dengan kuku hegemoninya melahirkan bacaan akan pembunuhan karakter dan potensi generasi bangsa ini, bagaimana tidak represifitas orde baru meninggalkan cerita kelam para aktivis dan mahasiswa yang menginginkan perubahan dan perbaikan kondisi bangsa. Upaya mahasiswa dari zaman ke zaman menemui titik klimaks ketika tahun 1998 dengan bergulirnya reformasi.
Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa mahasiswa Islam merupakan elemen potensial kampus yang paling solid dan kokoh untuk menjadi kekuatan alternatif dalam menggelindingkan bola salju reformasi. Ketika suara umat Islam mulai terabaikan, dan kepentingannya tidak terakomodir maka disaat itu pula umat Islam merasa bahwa merekalah yang memiliki kepentingan untuk menggulirkan orde baru. Dan disaat ini pula KAMMI menemukan momentum untuk tampil di permukaan sebagai kekuatan alternatif mahasiswa berbasis muslim dalam menjawab problematika yang melanda bangsa saat itu. Dengan momentum Forum Silaturrahmi Lembaga Dakwah Kampus se-Indonesia yang ke-X (FS-LDKN ke-X) yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur dan dibentuklah KAMMI yang kemudian tertuang dalam deklarasi Malang.

Setelah bergulirnya reformasi KAMMI menyadari bahwa tugas perjuangan ini belum tuntas, reformasi adalah pintu awal kebangkitan sehingga jejaknya harus dikawal hingga akhirnya menemui cita besar sesuai dengan visi peradaban yang ingin di bangun oleh gerakan Islam, dan KAMMI adalah bagian terkecil yang mendambakan itu, tetapi pasca reformasi menuai harapan dan kecemasan akan implikasi logis dari sejarah yang sedang diukir, sebagaimana M. Taufik Riyadi (Ketua BEM Universitas Indonesia periode 2000-2001) dalam Bergerak Mengawal Reformasi-Epilog Gerakan Perlawanan dari Masjid Kampus-mengatakan bahwa Reformasi Mei 1998 telah melahirkan harapan dan kecemasan. Harapan karena dengan reformasi perubahan kearah perbaikan dapat segera dilakukan, dan kecemasan karena khawatir ia tidak sampai pada tujuannya. Karena Penyelewengan dan pengkhianatan selalu saja menjadi kemungkinan yang menakutkan. Ungkapan ini sejalan dengan kata-katanya Tan Malaka dalam risalahnya yang berjudul Massa Aksi, bahwa setelah rezim otoriter ditaklukan oleh kekuatan rakyat, maka selalu saja ada satu masa yang disebut sebagai masa peralihan. Dan ini sesungguhnya adalah masa yang sangat kritis.

Untuk itu KAMMI menyadari untuk mengokohkan eksistensinya dan melakukan pelebaran sayap demi tugas mulia yang dicitakan. Lahir dan berdirinya KAMMI di berbagai wilayah maupun daerah merupakan implikasi dari semua itu, sehingga menyebar dan berdiri pula KAMMI di bumi Gora, Nusa Tenggara Barat.

Sepulang dari menghadiri dan menjadi delegasi dalam FS-LKD ke-X tim delegasi yang terdiri dari Muhammad Syaeful Bahri (Ketua Umum Unit Kegiatan Ke-Islam As-Siraj Fak. Teknik Unram Angkatan ‘95) dan Palgunadi Bayu Sasongko (Ketua Umum KSI Al-Isra’ Fak. Pertanian Unram Angkatan ‘96) melakukan konsolidasi-konsolidasi dengan pihak-pihak yang terkait di antaranya Eko Anugraha Prianto dari unsur LDK Unram, Unsur-unsur Senat Mahasiswa dan Badan Perwakilan Mahasiswa se-Unram yang dipegang oleh Aktivis Dakwah Kampus saat itu di antaranya Erwin Sudarman, Suryadi Jaya Purnama, Johan Rosihan, M. Khairul Rijal, Iskandar Zulkarnain, Ahmad Jafri, Agil Al-Haddar, dan lain-lain. Sepekan sebelumnya diadakannya rapat formal dengan agenda Rencana deklarasi dan aksi pertama KAMMI-NTB, dan hari Rabu, 13 Mei 1998 M bertepatan dengan 17 Muharram 1419 H, pukul 11.00 WITA dideklarasikannya KAMMI NTB. Pasca berdirinya, KAMMI mulai melakukan pelebaran sayap dan memperkuat pondasi struktural dengan melahirkan 7 KAMMI Komisariat antara lain KAMMI Komisariat Universitas Mataram, KAMMI Komisariat IAIN Mataram, KAMMI Komisariat IKIP Mataram, KAMMI Komisariat Lombok Barat, KAMMI Komisariat Lombok Timur, KAMMI Komisariat Sumbawa Barat, KAMMI Komisariat Bima, dan KAMMI Komisariat Dompu.

Setelah itu KAMMI menorehkan tinta emas dalam sejarahnya di NTB, ketika KAMMI sadar akan peran dan tanggung jawabnya sebagai anak bangsa sekaligus sebagai implementasi permahaman terhadap kesempurnaan Islam. KAMMI mencoba menyadari bahwa apa yang dirasakan oleh kita dan bangsa ini adalah akumulasi dari peran-peran antar generasi bangsa ini, dan KAMMI sadar bahwa cara terbaik dalam menghargai para pendahulu adalah dengan mengulangi kebaikan-kebaikan yang mereka torehkan di masa lalu, agar apa yang diperoleh di masa depan bagi umat dan bangsa ini adalah kejayaan yang terberi.

Karena itulah kader KAMMI seperti elang yang selalu menebar kebaikannya, Syamsudin Kadir dalam pengantar buku Mengapa Aku mencintai KAMMI: Serpihan Hati Para Pejuang mengatakan “memiliki kesadaran keberlanjutan perjuangan seperti elang yang menghadang angin yang akan terus saja menerjang. Mereka adalah elang-elang muda. Maka masa depan Indonesia-bahkan umat manusia-adalah elang-elang muda itu. Elang muda yang tumbuh dalam lingkungan kebaikan dan cinta. Elang muda yang berhasil memebangkan kecenderungan kebaikannya (taqwa) atas ego kejahatannya (fujuur). Yang akan terus menerus tumbuh besar untuk menghadang angin. Terus menerus hingga angin kelelahan dan pulang”.

KAMMI sesungguhnya ingin menjadi dapur manusia dan pemimpin ditengah krisis dan musibah nasional terbesar yang di alami oleh bangsa ini. M. Anis Matta, LC dalam bukunya Dari Gerakan ke Negara mengatakan bahwa krisis kepemimpinan nasional-saat ini-adalah musibah nasional terbesar, yang pernah dialami bangsa kita sepanjang sejarah kemerdekaan. Ini merupakan suatu potongan sejarah yang disebut masa kekosongan kepemimpinan karena dalam masa ini ada pemimpin yang tidak memimpin.
Oleh karena itu harapan terbesar adalah setiap kader KAMMI akan menempati pos-pos strategis pengambil kebijakan sehingga mampu menyebar kebaikan hingga keseluruh pelosok negeri.

Dan kita memiliki potensi untuk melahirkan manusia (meminjam istilahnya Anis Matta) abad ke-21, asalkan seluruh elemen mendukung dalam proses ini. Keyakinan ini mengingatkan kita tentang ungkapannya DR. Yusuf Qardhawi bahwa “kalau saja kita diberi kebebasan selama dua puluh tahun untuk membina umat, tanpa gangguan dan tekanan penguasa atau konflik dengan mereka, itu sudah cukup untuk mengembalikan kejayaan umat Islam kembali”.

Dalam Garis-garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) difahami ada empat paradigma gerakan KAMMI, yaitu pertama, KAMMI adalah gerakan tauhid, kedua, KAMMI adalah Gerakan Intelektual Profetik, Ketiga, KAMMI adalah Gerakan Sosial Independen, dan keempat, KAMMI adalah Gerakan Politik Ekstraparlementer. Paradigma Gerakan ini difahami seluruh kader tanpa memandang jenis kelamin laki-laki ataukah perempuan. Masing-masing memiliki kesempatan yang sama dalam menggapai keridhaan dan kedudukan terbaik di hadapan Allah SWT.

Diawal kehadirannya di NTB peran strategis kader-kader putri (akhwat) KAMMI cukup signifikan dalam mendobrak kultur di bumi Gora. Di balik kesuksesan para pemimpin selalu saja ada peran perempuan hebat dibaliknya. Di balik keberhasilan dari perjuangan KAMMI, akhwat (muslimah) KAMMI juga mengambil peran penting, misalnya pada kasus pelarangan jilbab. Ikhtiar kader akhwat KAMMI dalam mendobrak kebijakan pelarangan jilbab pada foto ijazah dari waktu ke waktu hingga menemui jalan terang dan mendapatkan resmi dari sekolah-sekolah. Pilihan-pilihan langkah yang diambil oleh kader-kader KAMMI terutama para kader akhwatnya merupakan pilihan yang mendobrak keumuman masyarakat NTB, dimana langkah-langkah ini adalah langkah yang sangat tabu dimata masyarakat pada umumnya, dan inilah yang kemudian melahirkan kekhasan kader KAMMI sebagai generasi ghurabah.

Para pejuang Muslimah KAMMI dahulu, sekarang tidak sekedar menjadi kader kacangan di negeri ini tetapi orang-orang yang telah menempati posisi strategis di pemerintahan. Orang-orang yang berkat kesungguhan ikhtiarnya mendapatkan buah yang bisa dipetik tidak hanya oleh mereka saja tetapi juga oleh masyarakat yang mengharapkan uluran tangan dari mereka.

Napak tilas kader KAMMI dari seluruh kepingan cerita kesuksesan dan keberanian mereka melakukan penjajakan pola perjuangan baru di Bumi Gora membuat kita tersentil untuk mengkaji lebih dalam tentang hal apa yang kemudian membuat mereka lahir seperti ini, membuat kita mengkaji filosofi gerakan yang terwarna dalam pola fikir, pilihan sikap, dan perjuangan kader KAMMI dalam menembus batas keumuman masyarakat NTB masa kini.

Secara idialitas kita menatap filosofi gerakan KAMMI sebagai konsepsi mendasar tentang fondasi yang kemudian mengerucut pada semua konsep yang pada akhirnya didialogkan dalam visi periode yang merupakan lompatan-lompatan yang dikaji berdasarkan kearifan lokal, dan akan bermuara pada tujuan mewujudkan bangsa dan Negara Indonesia yang Islami.

Obyektivikasi tentang filosofi gerakan KAMMI menemukan alasan besar tentang bentukan setiap kader KAMMI yang tertuang dalam misi gerakan yang salah satunya adalah membina ke-Islaman, keimanan, dan ketaqwaan mahasiswa muslim Indonesia. Terinspirasi oleh kelompok kecil yang ada di rumahnya seorang Arqam bin Arqam, yang memulai kultur intelektual dan lompatan peradaban yang di bangun Rasulullah dari sana.

Tetapi fakta mutakhir tentang kondisi generasi ini membuat kita harus mengakui bahwa ada gap antara teori dengan praktek. Hari ini kita kehilangan pijakan, wahyu yang seharusnya kita tatap sebagai sesuatu yang mulia dan kita referensikan terlupakan. M. Anis Matta, LC mengatakan “kita membawa sebuah misi besar dan menghadapi sebuah realitas yang sangat kompleks tetapi dengan akal yang sederhana, biasa melakukan penyederhanaan yang berelebihan, dan generalisasi yang salah kaprah. Dengan realitas ini kedepan kita tentu harus menajamkan posisi dan peran KAMMI.

Gerakan Dakwah Tauhid, sesungguhnya gerakan membebaskan manusia dari penghambaan selain Allah merupakan titik awal menemukan eksistensi kader KAMMI dan memahami secara mendalam bahwa sesuangguhnya sebelum menjadi kader mereka adalah hamba Allah yang harus taat kepada-Nya. Setelah itu mendeklarasikan tata peradaban dan menjadikan Islam sebagai rahmatan lil’alamin. Dan dakwah KAMMI bukanlah pragmatistik, bukan juga reaksioner, tetapi gerakan yang pilihannya adalah pilihan filosofi, mengandung nilai-nilai universal wahyu yang dikonstruk ke dalam perjuangan yang berkelanjutan.

Profetisme gerakan adalah langkah mengubah nasib manusia, mencerahkan, dan berjuang menggerakkan massa. Misi kenabian ini kemudian tersirat dalam Q.S. Al-Imran ayat 110 yaitu konsep tentang umat terbaik, aktivisme sejarah, pentingnya kesadaran, dan dan berilmu sebagai etika profetik.

Gerakan kritis, kultural, dan pembebasan adalah manifestasi dari gerakan sosial independent yaitu gerakan kritis dalam merekonstruksi peradaban manusia berbasis tauhid, gerakan cultural yang berakar pada nurani kerakyatan, dan gerakan pembebasan dari hegemoni kekuasaan yang represif.

Realitas hukum rimba yang terermin dalam sistem bernegara kita hari ini membuat KAMMI merasa bahwa tirani ini harus dilawan, bukan mengkampanyekan konfrontatifisme tetapi memberikan gebrakan terciptanya demokrasi yang egaliter, kemudian melakukan pencerdasan terhadap masyarakat baik secara struktural maupun kultural.

Orang tua biasanya berbicara nostalgia masa lalu, berbicara tentang apa yang telah digoreskan dalam sejarahnya, sedangkan anak muda berbicara masa kini dan masa depan, strategi gerakan yang hendak dituang dalam langkanya hari ini dan ide cerdas serta cita-cita besar yang ingin diraihnya esok hari. Salah satu motivator yang menginspirasi dunia asal Libanon-Nido Qubein mengatakan masa lalu adalah tempat yang indah untuk dikunjungi tetapi tempat yang buruk untuk tinggal. Sehingga masa lalu menjadikan batu lompatan kita untuk bermimpi tentang hari esok. Tugas kita adalah berangan, bermimpi tentang hari esok, sembari menyusun kekuatan untuk membangun dunia dan menjayakan Islam, Hasan Al-Banna juga pernah mengatakan mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok. Dengan itu kemudian KAMMI juga menyusun kekuatan masa datang, KAMMI memformulasi khittah perjuangan tentang KAMMI dengan mahasiswa-gerakan kepemudaan, institusi pendidikan, gerakan Islam, rakyat, elemen masyarakat, partai politik, pemerintah dan media massa yang kesemuanya merupakan elemen yang bersentuhan langsung dalam mendukung dan mensukseskan eksistensi dan visi yang menjadi cita-cita KAMMI.

Buku “Gerakan Dakwah KAMMI di Bumi Seribu Masjid, Selayang Pandang Gerakan Pemuda” karya Mawardi Kheri ini adalah ekspresi intelektual kader KAMMI yang ingin melakukan transformasi nilai melalui sebuah karya menulis. Buku ini KAMMI banget, kental dengan nuansa idiologi, nilai Islam yang mengakar, syarat historis, romantisme perjuangan yang penuh warna, dan sangat menghargai para tokoh gerakannya.

Buku ini bagus dan tepat dibaca oleh kader-kader KAMMI untuk semakin menginternalisasi nilai ke-KAMMI-an, mengokohkan jati diri sebagai kader karena buku ini meriview sejarah KAMMI dengan latar perjuangan yang penuh keringat dan air mata. Serta buku ini cocok dibaca oleh orang-orang baru yang ingin bergabung di barisan KAMMI, serta masyarakat umum yang ingin mengenal sepak terjang KAMMI terutama KAMMI NTB karena karya Mawardi Khaeri ini mengulas hal-hal mendasar tentang konsep gerakan KAMMI serta rekomendasi kedepan tentang arah langkah yang akan di jejaki KAMMI.

Namun buku ini cenderung eksklusif, karena monoton berbicara tentang KAMMI. Buku ini tidak banyak mengulas tentang irisan yang begitu erat antara KAMMI dengan gerakan pemuda di luar KAMMI yang se-visi, dan memiliki ritme yang sama dalam mengokohkan eksistensi mereka serta mengangkat isu-isu yang seirama dan kontekstual saat itu.

3 komentar:

Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. Amin