`

`

Rabu, 30 Desember 2009

AKU PERNAH MEMBENCI KEDUA ORANG TUAKU

(Keping-keping kehidupan 2)

Aku lebih suka sibuk dari pada harus tidur-tiduran dirumah. Karena aku menemukan duniaku diluar bukan dikamar. Mungkin ini imbas dari pelatihan (Basic Training-PII) yang aku ikuti selama satu minggu. Pelatihan yang diajarkan banyak hal tentang kepribadianku. Sehingga aku menjadi salah satu anak SMA yang paling sibuk. Pagi sekolah, siang rapat, malam diskusi, dan itu menjadi aktivitas yang hampir rutin setiap hari. Apalagi sehabis ba’da isya teman-teman remaja masjid (REMAS) ada jadwal ngumpul. Silaturahmie (istilah makan-makan mie instant) yang biasanya rutin tiap pekan. Tidak tanggung-tanggung ngobrolnya-tidak terasa sudah dini hari, pulang kerumah sudah jam 2 pagi. Memang aku dan teman-teman sudah seperti satu keluarga, rasa ukhuwah (Kata ustadz) yang sangat erat yang membuat aku dan teman-teman sudah sangat dekat.

Apalagi kalau pada saat sibuk-sibuknya, kegiatan pelatihan kader, khikmah mauld Nabi Muhammad SAW-Isra’ Mi’raj, rihlah, olah raga-sepakbola, dan silasarati (sila dari kata silaturrahim, sarati artinya bebek bahasa Bima-Dompu), itu sampai kita harus I’tikaf (berdiam diri di Masjid alias tidur, hehe). Asyiknya bukan hanya ngumpulnya, sering kali kakak-kakak yang sudah sarjana biasanya bercerita tentang pengalaman mereka ketika sibuk jadi aktivis mahasiswa, sangat menarik, memberi semangat, mungkin itu yang membuatku merasa mendapatkan inspirasi lewat mereka. Pesan ketua remaja masjid yang masih sering aku ingat “kalau kuliah mulailah belajar untuk berfikir realistis, ideal boleh tapi realistis itu lebih baik.”). Sejak begabung dengan mereka aku jadi biasa bicara organisasi, politik, aktivitas mahasiswa, organisasi mahasiswa. Oh ya, saat itu aku sedang menjabat sebagai ketua umum PII Kabupaten Dompu.

Aku hampir tidak pernah dirumah kecuali makan dan tidur. Bapak dan ibu baru pulang kerja sore hari. Karena keluargaku yang cukup demokratis sehingga aku tidak pernah diprotes untuk memilih organisasi atau partai politik-tetapi dulu belum kenal partai politik.

Disaat masa SMA sudah mau berakhir, aku semakin sibuk sehingga semakin jarang dirumah-menginap ditempat teman (bendaharaku), yang kebetulan cowok. Semakin hari orang tuaku merasa aku sudah berlebihan, karena mungkin tak pernah punya waktu untuk mereka. Akhirnya suatu ketika aku “disidang” sampai akhirnya aku harus dibatasi tidak boleh kemana-mana kecuali ke sekolah, aku mangkel, marah benar, sampai aku harus membenci mereka, tidakkku ekspresikan lewat kata ataupun sikap tetapi pada saat itu yang jelas aku membenci kedua orang tuaku. Aku terus berdiam diri dikamar, sesekali nyeletuk “kayak cewek atau mungkin banci…”.

Tetapi aku bersyukur, akhirnya aku tidak sendiri, aku ditemani pena dan diaryku. Kulepaskan penatku, kuceritakan semuanya, aku hampir tidak menghiraukan kalau pena-ku sudah menari di ujung buku curhatku itu. Uffh,..alhamdulillah plong, setelah kuuraikan aku berfikir bahwa selama ini memang tak pernah punya waktu untuk sekedar mencium tangan kedua orang tuaku, dalam shalatku jarang mempersembahkan doa buat mereka. Apalagi detik-detik perpisahan sudah dekat, dekat karena aku harus merantau ke negeri orang, pulau jawa, tepatnya di Malang.

Aku sadar harus meminta maaf kepada mereka, mereka yang membesarku, mengenal dunia ini, dan aku? Belum memberikan apapun kepada mereka. Ya sejak saat itu aku mencoba menjadi yang terbaik dimata mereka-bapak dan ibuku. Aku tak pernah melewatkan saat keluar rumah dari sekedar mencium tangannya. Aku berjanji akan berubah-tidak hanya menjadi aktivis tetapi menjadi orang yang berbakti kepada mereka. Aku hanya bisa berdoa semoga Allah memberikan umur yang barakah dan rizki yang halal kepadaku sehingga suatu saat nanti ku persembahkan umurku untuk berbakti kepada mereka.

2 komentar:

  1. Kak,. tulisannya menyentuh sekali
    Hidup PII!

    BalasHapus
  2. memang kasih kedua orang tua takkan pernah terbayarkan sampai kapanpun, apalagi ibu kita.kasih ibulah yang membuat kita seperti ini. di saat beliau melahirkan kita, itu antara hidup dan mati. tapi kebanyakkan anak - anak dan remaja dewasa ini, tidak bisa mengambil nilai dari perjuangan seorang IBU. beruntunglah orang-orang yang menyayangi IBUNYA ^_^.
    TULISANNYA BUUAGUSS BUAANGET AAH... TERUSKAN PERJUANGANNYA LEWAT PENA!!!

    BalasHapus

Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. Amin