`

`

Senin, 15 Februari 2010

HIDUP,..DAN PERSEPSI??

Hidup ini penuh dengan warna, disetiap episode perjalanannya menyimpan makna cerita yang setiap orang akan belajar dari sana. Warna hidup ini lebih dari sekedar warna pelangi, hidup punya warna yang jauh lebih kompleks, jauh lebih indah jika diukir dalam kanvas. Tidak hanya itu, manusia akan mengukur dirinya apakah ingin menjadi mulia ataukah terhina disuatu saat nanti.

Jika diurai satu demi satu fase cerita yang menghiasi kehidupan mungkin kita akan menulis ribuan buku yang mampu menggugah diri kita,orang lain, dan orang-orang terdekat kita. Tapi itu mungkin teruntuk orang-orang yang mau mentadaburi setiap jalan yang ia tempuh per detiknya, setiap aliran nafas yang tanpa sadar sedang menggunakan fasilitas yang hanya made in Allah. Jika setiap sudut cerita dilalui oleh orang yang tidak bersyukur, angkuh, sombong, menganggap hidup hanya untuk bersenang-senang ria akan lain ceritanya-sekalipun Allah telah mengingatkan dengan segala cara mungkin tak berpengaruh. Tapi inilah bagian dari cerita juga, inilah episode lain yang jadi pelengkap cerita hidup.

Berbesar hati dalam memaknai hidup jadi salah satu kunci. Persepsi kita tentang orang-orang yang hidup juga akan mempengaruhi sikap. Banyak orang yang patah arang hanya karena tersandung oleh batu kecil, tidak sedikit orang yang sangar tersanjung dan lupa diri hanya karena satu hal kecil yang dipersepsikan sangat besar. Manusia adalah makhluk sempurna yang Allah ciptakan. Sempurna bukan tanpa cacat tapi sempurna karena penuh cacat, manusia tanpa cacat justru bukan manusia, tapi mungkin malaikat.

Saya ingin mengulang persepsi, bahwa persepsi itu mempengaruhi gaya kita bersikap, cata kita melihat dan menanggapi sesuatu tergantung dari nilai persepsi kita. Dosen saya pernah mengatakan begini "Jangan terlalu tertipu oleh persepsimu (penilaianmu secara fisik), mungkin saja kamu takut berhadapan dengan (maaf) orang-orang Papua yang terkesan menakutkan padahal hatinya baik, atau mungkin kamu menganggap semua orang Solo itu baik karena dia halus, padahal sebenarnya ada juga yang bejat". Nah, banyak hal yang membuat kita terlalu memberi kesimpulan sejak dini tentang sesuatu yang belum kita tahu isi sebenarnya.

Saya merasa memiliki pengalaman yang berkaitan dengan persepsi mempengaruhi sikap dan tindakan kita terhadap orang lain. Ketika saya mulai menulis skripsi sebagai Tugas Akhir Sarjana strata-1 mengharuskan saya bertemu dan konsultasi kepada dosen pembimbing skripsi saya. Dosen yang sangat perfeksionis-itu menurut teman-temanku yang satu bimbingan, terlalu disiplin, tidak toleran, pesan-pesannya menyakitkan, begitu tambah teman-temanku. Saat itu aku terheran dan sedikit khawatir tentang nasib study-ku yang kunjung menemui titik akhir. Jelas saja ketika aku tidak bisa mengendalikan diri semua akan terbengkalai. Tapi satu hal bahwa aku memiliki bekal tentang ilmu persepsi dan menurut kader Pelajar Islam Indonesia yang saya screening ketika mengikuti Intermediate training selain persepsi ada citra diri. Menurutku sikap dan respon orang terhadap kita tergantung bagaimana kita mencitrakan diri kita kepada mereka dan kedua persepsi kita mempengaruhi gaya bersikap orang lain kepada kita.

Ketika saatnya saya harus mengkonsultasikan judul skripsi, cerita teman-teman saya bagi saya terbantahkan dan gugur. Dimasa-masa saya harus menunggu, dan berkonsultasi dengan dosen saya-sekalipun menurut saya mereka sedang capek tapi saya mencoba mempersepsikan mereka baik-baik saja, tanggapannya akan positif, nasehatnya menyegarkan, kata-katanya mendamaikan, hal ini berjalan sampai saya ujian skripsi. Dalam setiap jedah cerita perjalan saya melakukan penelitian dan tugas akhir, sering kali obrolan saya dengan teman-teman saya khusus membicarakan dosen saya ini-saya selalu membantah karena menurut saya sejauh saya berkomunikasi dengan beliau tidak apa-apa dan justru saya mendapatkan perubahan positif tentang karya terakhir saya diperkuliahan.

Pernah juga suatu ketika, disaat saya hanya bisa melihat teman-teman saya yang tersenyum ceria dan bahagia karena mereka telah resmi lulus, seorang teman datang menghampiri hanya sekedar ingin bilang "saya tadi dihajar sama dosen saya" saya terus bertanya "dihajar?? masa seh??", setelah itu dia menceritakan alur kejadiannya samapai dia terus merasa kecewa. Saya tidak menanggapinya dengan serius, saya hanya tersenyum dan menepuk bahunya dan berkata "semangat". Saya mengatakan ke teman saya begini "dosen itu punya cara masing-masing dalam mendidik mahasiswanya, mereka berpengalaman, mereka tahu mana yang kira-kira harus ditambah dan dikurangi, toh mereka juga tidak ada kepentingan untuk jengkel, dan marah terhadap kita kecuali hanya untuk mendidik mahasiswanya", beberapa menit kemudian dia mengatakan "iya ya,.betul". Lagi-lagi persoalan persepsi.

Tetapi persepsi juga bisa mengalir deras dan susah dibendung yaitu ketika orang lain mempersepsikan sesuatu menurut penglihatannya. Tidak harus benar tetapi karena itu yang menurutnya benar pada akhirnya akan mewarnai sikapnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. Amin