`

`

Senin, 03 November 2014

15 MENIT


Menanti status baru memang penuh rasa yang tak biasa, menjadi suami yang penuh siaga, harap-harap cemas karena ini merupakan pertarungan antara hidup dan mati.

Sejak awal bulan September, usia kehamilan istri sudah masuk 8 (delapan) bulan lebih, saya dan istri memutuskan untuk menyiapkan kelahiran bayi pertama kami di rumah mertua. Pilihan terbaik menurut kami sekaligus memenuhi keinginan mertua yang berharap mereka jadi orang pertama yang mendengar tangisan cucu pertama mereka.

Selama 1 (satu) bulan di rumah mertua, aktivitas saya tidak terlalu banyak, hanya membantu mertua berjualan, dan membantu istri untuk disiplin soal jadwal jalan kaki pagi dan sore hari, karena menurut saran beberapa orang yang pernah melahirkan, sering berjalan kaki sangat membantu memudahkan ketika proses melahirkan.

Sudah genap 1 (satu) bulan kami dirumah mertua. Masuk bulan Oktober membuat saya jadi suami siaga. Menurut hasil USG, dokter memperkirakan istri saya akan melahirkan antara tanggal 15-18 Oktober 2014. Tinggal menghitung hari kami akan berubah status menjadi bapak dan ibu. Karena ini adalah anak pertama kami, tentu perasaan kami tidak bisa diterjemahkan dengan kata-kata, ikhtiar yang terbaik tentunya kami lakukan untuk calon mujahid/mujahidah kami.

Hari Perkiraan Lahir (HPL) makin dekat, buat kami semakin siaga. Bapak dan ibu mertua juga ikut menyiapkan semuanya; dari konsultasi ke bidan, konsultasi ke dokter kandungan, sampai menyiapkan segala perlengkapan bayi. Dalam kecemasan tentu kami turut diselimuti kebahagiaan karena sebentar lagi tamu baru yang telah ditunggu lebih kurang setahun akan hadir ditengah kami semuanya.

Semakin dekat dengan tanggal 15 dan 18 semakin sering saya mendengar curahan hati istri yang takut menghadapi proses melahirkan. Dia selalu inget cerita sulit dan sakitnya proses melahirkan. Saya sering mengatakan kepada istri saya bahwa yang melahirkan itu tidak hanya dia, tetapi semua wanita merasakan proses itu, tetapi mereka tetap hidup setelah berusaha kuat melewati perjuangan hidup mati. Saya juga mengingatkan bahwa luruskan niat dan orientasinya, tanamkan dalam diri bahwa niat melahirkan adalah sebagai bagian dari ibadah, membantu seorang manusia yang bakal menjadi generasi muslim. Dengan menanamkan niat seperti ini, meninggalpun telah dicatat sebagai kebaikan.

Dan saat-saat seperti ini saya rasa sebagai saat-saat terindah, adalah saat terbaik bagi kami untuk mulai menanamkan keikhlasan dalam diri jika saja melahirkan menjadi jalan buat saya untuk kehilangan salah satunya; istri saya atau calon bayi saya. Mungkin ini adalah rasa yang sulit dihadirkan apalagi untuk diterima oleh kami disaat yang semua orang pasti merasa ini adalah saat-saat yang sangat membahagiakan, tetapi kami mesti mulai membangun kesadaran bahwa kami tidak mungkin memaksa Allah untuk mengikuti nafsu atau keinginan kami, kami mesti mulai belajar untuk yakin bahwa apapun yang kami hadapi sebagai bagian dari ketetapan Allah sudah tentu menjadi yang terbaik menurut Allah buat kami.

Saya merasa bahwa membangun nilai-nilai ikhlas, nilai tawakkal, dan nilai-nilai yang lain dalam konsep membangun keluarga Islami menjadi kewajiban saya sebagai suami, kewajiban pula bagi istri sebagai calon ibu dari anak kami nanti. “Ilmu sebelum perkataan dan perbuatan” sehingga diskusi dan berbagi ilmu memang sering kami lakukan ketika sedang berdua. Semoga tak ada kata terlambat bagi kita semua untuk belajar menjadi suami, menjadi istri, dan menjadi orang tua.

Sudah masuk tanggal 15 bahkan sudah lewat dari tanggal 18 Oktober 2014. Tepatnya sudah tanggal 19 Oktober 2014. Belum juga ada tanda-tanda mau melahirkan pada istri saya. Bapak mertua setiap pagi bahkan selalu menanyakan kepada istri saya, ibu mertua juga mulai sedikit khawatir, takut kehamilan anak pertamanya ini sudah lebih jauh jaraknya dari waktu yang diperkirakan oleh dokter. Saya hanya semakin sering mengingatkan istri bahwa momentum itu selalu tepat, pasti ada waktunya sendiri, kalau saatnya melahirkan sudah datang tidak ada kuasa kita untuk menghalangi, jadi menenangkan diri lebih baik sembari berdo’a kepada Allah semoga semuanya lancar, semuanya sehat, dan istri saya dan bayi kami selamat.

Keesokan harinya, tanggal 20 Oktober 2014. Jam 07.00 pagi. Istri saya melihat ada keluar darah dan lendir. Kami mengartikan bahwa inilah waktu yang ditunggu-tunggu itu. Saya dan ibu mertua menyiapkan perlengkapan melahirkan dan perlengkapan bayi. Kami bergegas menuju rumah bidan. Bidan ini yang jadi tempat konsultasi selama ini, tempat bertanya seputar keluhan kehamilan. Bapak dan ibu mertua menunggu didepan rumah bidan sementara saya dan istri masuk ke ruangan praktek. Setelah istri saya dibaringkan dan diperiksa ternyata menurut bu bidan, belum ada tanda-tanda bahkan waktu melahirkannya masih lama. Setelah berkonsultasi banyak hal dan merasa tidak puas dengan penjelasan bu bidan yang dikenal cukup ramah dan tenang menangani pasien ini, mertua dan istri saya memilih datang ke tempat praktek dokter kandungan yang dikenal cukup bagus di kota Mataram. Dan setelah berkonsultasi ke sana pun mereka mendapatkan jawaban yang sama. “Masih belum ada tanda-tanda mau melahirkan, sekitar seminggu lagi kalau masih belum ada tanda-tanda mau melahirkan, nanti kesini lagi”. Begitulah kira-kira jawaban dari dokter kandungan.

Antara sedikit tenang dan khawatir sepulang dari dokter kandungan, bapak dan ibu mertua serta istri memilih untuk berjalan-jalan di mall di pusat kota Mataram. Setelah satu setengah jam mereka berkeliling area mall merekapun pulang ke rumah. Dan suasana dan aktivitas kembali seperti biasa, mengurusi warung makan dan mengobrol ringan dengan keluarga dirumah hingga waktu shalat magrib tiba.

Sekitar jam 21.10 wita istri saya mulai mengeluh sakit perut. Rasa sakit yang tidak biasa. Sebentar sakit kemudian sebentar lagi kembali tidak sakit. Lebih kurang jaraknya sekitar 10 menit. Akhirnya kami satu keluarga mengantar istri saya ke Rumah Sakit Bersalin Tresna Mataram. Lebih kurang pukul 21.50 wita istri saya ditangani oleh petugas dan dokter disana.
Terdengar pembicaraan dari petugas yang menangani, “ini sudah bukaan 10” sebentar lagi melahirkan. Setelah itu saya diminta menemui perawat dimeja kerjanya.

Maaf pak, istri bapak sudah bukaan 10.
Sebentar lagi akan keluar.
Tetapi maaf sebelumnya, istri bapak ingin melahirkan normal jadi akan banyak resiko.
Kalau tidak ibunya ya anaknya.
Kepala bayinya masih diatas belum bisa keluar.
Sekitar 1 jam lagi dari sekarang mudah-mudahan langsung bisa keluar bayinya.
Kalau tidak bisa terpaksa kami ambil tindakan operasi.
Atau sewaktu-waktu jika ada kondisi yang membahayakan ibu maupun anaknya kami juga akan ambil tindakan operasi.
Terimakasih bapak Noval, silahkan tanda tangani (sambil menyerahkan berkas penanganan medis).

Setelah itu saya kembali menghampiri istri saya yang sedang terbaring dan menahan rasa sakit. Semakin dia berkeringat dan menahan rasa sakit, saya mengusap dahinya dan mengingatkan dia untuk berzikir. Dan datanglah dokter yang menangani proses melahirkan. Namanya dokter Lily. Tidak lebih dari 15 menit istri saya berjuang merasakan sakit dan berusaha sekuat tenaga akhirnya bayinya keluar. Cowok.

Antara percaya dan tidak, hanya butuh waktu 15 menit buat istri saya untuk melewati proses hidup mati itu. Dan detik itu juga kami resmi menjadi ayah dan ibu. Luar biasa, saya bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam proses melahirkan, dan bangga kepada istri saya yang telah mampu melewati proses ini dengan mudah.

Dan sekarang mulailah cinta ini kami bagi seiring bertambahnya anggota keluarga yang akan selalu menjadi perlipur lara dan penyemangat hari-hari kami kedepan. Semoga kami mampu menjadi orang tua teladan dan anak kami menjadi anak yang sholeh dan berbakti kepada kedua orang tua serta menjadi generasi terbaik di zamannya.Amin 

0 komentar:

Posting Komentar

Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. Amin