`

`

Senin, 01 September 2014

SUAMI SIAGA


Setelah sekian lama menjadi bujangan, akhirnya status itu harus runtuh karena proses ijab qobul menikah. Seketika status itu berubah menjadi suami yang harus memerankan lakon yang berbeda dengan sebelumnya.
Dahulu kita sangat terbiasa mengelola hidup kita sendiri, tanpa harus melibatkan orang lain. Setelah menikah semuanya mesti diadaptasikan berbeda sehingga semua harus dibicarakan berdua. 

Begitu pula dengan pilihan-pilihan yang melibatkan kita dengan keluarga baru kita. Mesti dibangun dalam bingkai musyawarah dan mufakat.
Tidak terkecuali aktivitas dan tugas-tugas dirumah yang harus dibagi dalam penyelesaiannya. Yang harus bergantian penanganannya sehingga semua dituntaskan bersama.

Dan penyederhanaan dari semuanya adalah bahwa perjalanan dan pilihan ini harus dinikmati dan dijalani sepenuh hati sampai mengantarkan kita bahagia dunia dan bahagia di akhirat.

Sebagai suami tentu seorang lelaki perlu memahami keutuhan dari kondisi keluarga yang sedang dipimpin, dari hal yang tampak seperti kebutuhan hidup, prilaku anggota keluarga, akhlak dan sebagainya sampai hal-hal yang tidak tampak seperti perasaan dan ruhiyah mereka, sehingga seorang pemimpin dalam keluarga memenuhi kebutuhan tersebut dengan baik. Atau yang paling kecil adalah sekedar memikirkan jalan keluarnya. Itu yang harus difahami sejak awal membangun keluarga.

Pada awal-awal menikah tentu hampir semua waktu adalah milik berdua. Bahkan 24 jam adalah waktu yang sedikit untuk menabur cinta di taman hati kedua insan yang baru menikah. Tetapi sangat cukup untuk mendiskusikan ekspektasi keluarga tentang masa depan. Dan pada fase ini pasti seorang suami memiliki kesempatan yang sangat luas untuk memahami istrinya, dan menambal sulam semua kelebihan dan kekuarangan mereka berdua.

Setelah semua dilewati dan waktu juga tidak mungkin berhenti berputar, saat itu pula pasti akan berhadapan dengan hal-hal lain dalam hidup. Hal-hal baru yang sudah pasti sangat membelajarkan. Gesekan dan benturan jadi keniscayaan dalam rangka menyempurnakan kefahaman atas masing-masing diri dari keduanya. 

Lambat laun fase terus berubah. Dan Allah memberikan kita hadapan baru yang berbeda. Istri kita hamil. Dan saat itu adalah saat terindah yang pernah ada karena ini pertama kalinya. Dan kita akan jadi ayah. kita akan memomong bayi. mendidikan dan membesarkannya jadi orang yang berguna.

Sebelum sepenuhnya dilantik sebagai seorang ayah seorang lelaki yang usia menikahnya baru seumur jagung harus sukses melewati posisi sebagai suami siaga. Siaga adalah siap antar jaga. Memberikan perhatian yang cukup, memeriksa kehamilan, dan saat akan melahirkan. Memperhatikan untuk selalu minum vitamin, makanan bernutrisi, dan banyak beristirahat. Artinya suami siaga sering digunakan sebagai istilah yang menjelaskan peran maksimal suami dalam membantu istri saat hamil. Sehingga jangan heran ada kesan bahwa mereka ingin mengambil semua waktu kita. Sebagai suami yang faham dan bijaksana melihat kondisi ini semestinya tidak terlalu merasa aneh justru ini kesempatan untuk mengajarkan banyak hal. Tidak juga harus menuruti semua perasaannya tetapi mengelolanya dengan bijaksana.

Menjadi suami siaga, gampang-gampang susah. ada saat kita merasa sangat bahagia karena semakin hari kita menabur cinta bersama kemesraan yang selalu dipupuk, ada juga kadang merasa terlalu berlebihan karena menuruti semua perasaan istri, kita mesti memahami bahwa cinta yang dibangun ini adalah cinta karena tanggung jawab kita sebagai suami bukan hanya kepada istri tetapi kepada Zat yang menciptakan istri kita. Seringkali karena istri merasa harus selalu ada disampingnya kita tidak diizinkan keluar rumah sehingga semua agenda harus dikorbankan. Agenda ta'lim, diskusi, jasadiyah, dan sebagainya. Pada titik ini suami harus sadar bahwa inilah alasannya kenapa suami itu harus laki-laki dan laki-laki itu harus logis. Ada saat dia menemani,mendampingi,dan menggantikan tugas-tugas istri tetapi juga ada saat suami itu harus mengajarkan istri bahwa seorang suami juga memiliki amanah dan tanggung jawab diluar sana, juga mengajarkan kepada istri bahwa menikah bukan menjerat kita semakin terkungkung dalam dunia kecil yaitu keluarga kita sendiri, tetapi justru menguatkan dan saling mendukung dalam aktivitas kebaikan.

Sekali lagi menjadi suami siaga bukan mengizinkan istri untuk menjarah seluruhnya dari diri kita. Tetapi membelajarkan banyak hal kepada kita, istri, dan anak yang sedang dalam kandungan. Menjadi suami siaga adalah bertanggung jawab seluruhnya untuk segala kondisi yang dirasa oleh istri yang sedang hamil muda, keinginannya, serta kebutuhannya. 

Dan fase inilah yang sedang ku lewati saat ini. Semoga diberi kekuatan untuk tetap siaga sampai istri melahirkan dan kami diberikan bayi yang sehat, kuat, dan kelak menjadi anak yang sholeh/ah. Diberikan kekuatan juga untuk tetap mengajarkan kepada istri bahwa hamil itu adalah cara Allah memudahkan seorang wanita untuk masuk surga-Nya, karena disana terdapat ujian berat. Semoga juga bisa belajar banyak untuk menjadi suami yang selalu mengingatkan istri untuk selalu "ingat". Dan semuanya menjadi jalan kebaikan kepada kami sekeluarga dalam melewati semua jalan hidup ini.

Menanti kehadiran tamu baru ini adalah saat-saat yang dirindu dan dinanti. Membayangkannya saja terasa begitu bahagia, apalagi kemudian benar-benar diberi amanah ini oleh Allah. 

Semoga semuanya lancar..

0 komentar:

Posting Komentar

Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. Amin