Foto : Masjid di Karang Anyar-Rogojampi-Banyuwangi
Antara takut dan harap.
Takut ini akan menjadi mentari terakhir ramadhan dalam hidup saya. Ada pula
harapan keberkahan bulan ini akan menjadi momentum pertemuan terindah tahun
depan.
Rogojampi. Disinilah
perpisahan dengan ramadhan akan terjadi. Perpisahan yang sungguh meninggkalkan
rasa yang dalam. Sungguh kenikmatan berjumpa ramadhan kali ini menyisakan makna
dari semua perjalanan melewatinya.
Rogojampi. Tempat kecil
diantara kemeriahan persiapan menyambut hari kemenangan. Ada diantara himpitan
dan kebisingan Kabupaten Banyuwangi.
Dan masjid ini. Adalah
pesantren bagi para generasi baru yang lahir di desa ini. Menghidupkan malam
bersama ramadha, qiyamullail dan tadarus qur’an, menembus hingga langit
banyuwangi.
Di desa ini. Tempat
bidadari saya menemukan diri. Dipupuk dan dibesarkan dengan Islam—disini.
Menjadi bekal hingga ia menjadi seorang ibu.
Entahlah. Saya kemudian
menitip harap diantara kesederhanaan dan transisi menuju berkembangya desa ini.
Semoga kelak ada potensi
nilai yang membumi disini. Berakar dan tumbuh memberi kontribusi pada
perjuangan “kita’.
Rogojampi bagi saya lebih
tepat seperti tempat kecil yang terlupakan. Padahal disini ada tradisi masa
lalu yang kuat dan dilestarikan.
Kisah Rogojampi, adalah
seperti mengumpulkan kepingan cinta yang telah pecah. Karena disini cinta
keluarga menjadi magnet terkuat yang melekatkan.
Semoga selalu bersemi
cinta. Menyapa semua orang di sini. Di Karang Anyar. Rumah dimana semua
keluarga mendapatkan benih cinta. Menjadi bekal menyusur hingga ujung negeri.
Semoga inilah nilai besar
yang diajarkan pada fase ini. Bahwa inilah cinta itu. Yang menggerakkan kita
semua menjadi satu dalam harapan dan doa kita.
Dan perjalanan ini adalah
awal mula dimana cinta dua pulau menjadi perjalanan yang sangat panjang.
Seperti cerita kebanyakan orang di Karang Anyar-Rogojampi-Banyuwangi.
Inilah satu coretan
pembatas perjalan kali ini. Tepat didetik terakhir ramadhan. 10 hari terakhir
yang hampir saja hanya bermuara pada perjalanan Lembar-Padangbae.
Semoga inilah ikhtiar
mengabadi setiap satu bagian dari perjalanan hidup.
0 komentar:
Posting Komentar