`

`

Jumat, 09 September 2016

ROGOJAMPI, MAKNA CINTA YANG MENGGERAKKAN

Foto : Masjid di Karang Anyar-Rogojampi-Banyuwangi

Pagi buta saya sengaja berdiri menunggu kehadiran sang mentari pagi. Ia yang selalu disiplin mengantarkan semangat dan perubahan pada setiap harinya.

Antara takut dan harap. Takut ini akan menjadi mentari terakhir ramadhan dalam hidup saya. Ada pula harapan keberkahan bulan ini akan menjadi momentum pertemuan terindah tahun depan.

Rogojampi. Disinilah perpisahan dengan ramadhan akan terjadi. Perpisahan yang sungguh meninggkalkan rasa yang dalam. Sungguh kenikmatan berjumpa ramadhan kali ini menyisakan makna dari semua perjalanan melewatinya.

Rogojampi. Tempat kecil diantara kemeriahan persiapan menyambut hari kemenangan. Ada diantara himpitan dan kebisingan Kabupaten Banyuwangi.

Dan masjid ini. Adalah pesantren bagi para generasi baru yang lahir di desa ini. Menghidupkan malam bersama ramadha, qiyamullail dan tadarus qur’an, menembus hingga langit banyuwangi.

Di desa ini. Tempat bidadari saya menemukan diri. Dipupuk dan dibesarkan dengan Islam—disini. Menjadi bekal hingga ia menjadi seorang ibu.

Entahlah. Saya kemudian menitip harap diantara kesederhanaan dan transisi menuju berkembangya desa ini.

Semoga kelak ada potensi nilai yang membumi disini. Berakar dan tumbuh memberi kontribusi pada perjuangan “kita’.

Rogojampi bagi saya lebih tepat seperti tempat kecil yang terlupakan. Padahal disini ada tradisi masa lalu yang kuat dan dilestarikan.

Kisah Rogojampi, adalah seperti mengumpulkan kepingan cinta yang telah pecah. Karena disini cinta keluarga menjadi magnet terkuat yang melekatkan.

Semoga selalu bersemi cinta. Menyapa semua orang di sini. Di Karang Anyar. Rumah dimana semua keluarga mendapatkan benih cinta. Menjadi bekal menyusur hingga ujung negeri.

Semoga inilah nilai besar yang diajarkan pada fase ini. Bahwa inilah cinta itu. Yang menggerakkan kita semua menjadi satu dalam harapan dan doa kita.

Dan perjalanan ini adalah awal mula dimana cinta dua pulau menjadi perjalanan yang sangat panjang. Seperti cerita kebanyakan orang di Karang Anyar-Rogojampi-Banyuwangi.

Inilah satu coretan pembatas perjalan kali ini. Tepat didetik terakhir ramadhan. 10 hari terakhir yang hampir saja hanya bermuara pada perjalanan Lembar-Padangbae.

Semoga inilah ikhtiar mengabadi setiap satu bagian dari perjalanan hidup.

0 komentar:

Posting Komentar

Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. Amin