`

`

Selasa, 08 Februari 2011

DANA MBOJO, DANA MBARI

Oleh : N. Marewo

Dana Mbojo, Dana Mbari
Dana Mbojo tanah keramat
Tiap inci tanah keramat dijaga para penunggu
Harimau yang menginjak Dana Mbari akan berubah menjadi Domba

Dana Mbojo tanah bertuah
Seluruh penghuninya berdarah Ksatria
Jagoan dan Ksatria ditanah keramat lugu-lugu dan sederhana
Kebaikan dan kesederhanaan sering disalah tafsirkan

Tanah Bima tanah tua
Orang-orang yang berniat busuk pasti celaka
Di Dana Mbari segala yang tersembunyi akan terkuak lewat isyarat air,
angin dan api
Penipu, pecundang, penghianat, pembohong, dan koruptor pasti merana

Negeri ini bukan sembarang negeri
Bungkus kelicikan serapi-rapinya
Siasati konspirasi selihai-lihainya
Tapi ingat, Roh tanah ini akan mengejar hingga ke neraka

Dana Mbojo berselendang akhlak, Berkerudung kebaikan
Seperti wanita agung yang terlindung rimpu dan kain jilbab
Manusianya menghargai keringat, senang bekerja keras dan rendah hati
Seperti para lelakinya yang tak mudah menyerah

Dana Mbari bernafaskan akhlak dan bernadi moral
Udara, air dan apinya milik kebaikan
Menolak kekotoran dan niat buruk
Darah kotor para penjahat,
Arwah para pengkhianat tak diterima di tanah ini

Tanah kita meranggas berselimut kemarahan
Penghuninya tak lagi mengindahkan sesama
Tercemar udara dan hasad kedengkian
Keringat, air mata dan derita nurani tercampakan

Negeri ini Tanah sederhana
Tak butuh orang-orang yang gila kursi dan menumpuk harta
Tak memerlukan mereka yang sombong dan omong kosong
Negeri ini tak butuh pembual

Anak-anak negeri hilang kendali
Generasinya kebimbangan habis teladan
Terbantai kupon putih dan pil anjing
Virus ganas yang ditinggalkan para pendurhaka
Hanguskan syaraf mereka
Dengan minuman keras dan narkotika

Adik-adikku kehilangan jejak
Kata-kata keramat tercemarkan, digadai dan dilelang dimimbar-mimbar
Generasiku kebingungan –gelisah
Akibat itikad politik yang serakah
Tak bersendi akhlak kebaikan

Kakaku tak mensyukuri nikmat
Rejeki dihamburkan dimeja judi
Menghiasi diri dengan barang mewah
Membiarkan tetangganya kelaparan
Membiarkan kaum kerabat hidup dan mati sengsara

Abang-abangku tak belajar dari musibah
Frustasi menghancurkan diri memamah racun
Anjuran bersabar sering tak dihiraukan
Isyarat alam dianggap cemoohan

Kita lupa apa dan siapa kita
Wajah kita dicermin hati tak lagi kita kenali
Kita lupa dimana kita berasal
Lupa alam kekal yang akan dituju
Wajah-wajah legam terbakar nafsu
Melupakan tetuah tempat berasal

Tengok anak-anak kita ngebut-ngebutan
Melupakan buku-buku, sebab ijasah sarjana diperjual belikan
Masalah gelar urusan rupiah
Mencari kerja pakai ongkos
Anak-anak frustasi tak bisa berbangga
Sebab tak dididik menghargai kwalitas
Bertebaran saling menggertak

Lihat mereka yang dimerk dengan tattoo
Kupingnya bocor ditusuk anting
Ibunya terjerat rentenir
Adik-adiknya yang belum tamat SMU dihamili pendatang
Ayahnya mampus kecanduan alcohol
Kakaknya masuk bui mencuri ayam
Dipinggangnya terselip belati, tak tahu mana kawan mana lawannya.

Dunia tak ramah lagi
Wabah duka bersetubuh dengan awan
Senyum ceria generasi Mbojo berpindah pada iklan dan film sampah
ditelevisi
Canda cerianya terbawa angin menjadi rumus untuk menghitung lottere
Pengangguran menindih, makin banyak alasan untuk halalkan segala cara

Lihat perempuan berwajah murung itu
Gelisah terlambat datang bulan
Pada malam yang gerimis, perempuan dana Mbojo diturunkan dari mobil
Pick Up dekat alun-alun
Seperti seikat kayu bakar yang dibanting, bunting entah dihamili siapa
AjaibÂ….bayi-bayi ajaib menggelantung ditanah ini
Anak-anak ajaib berdesakan ditanah tua

Kita tak hendak menjadi anak-anak durhaka
Tidak pada ayah dan bunda
Kita tak hendak menjadi adik-adik yang durhaka
Tidak pada abang-abang dan kaum kerabat
Tapi tolongÂ…Â…
Ajari kami bermain bersama
Sebab kami tak mungkin tumbuh tanpa akar

Lihat abang-abang kita menggadai pegunungan
Menjual hutan, melelang generasi dan tanah pusaka untuk mobil rongsokan
Lihat mereka mengendarai mayat-mayat generasi
Menjujung benda-benda
Bersilat lidah campakan nurani
Untuk kepentingan jangka pendek
Melelang akidah, diadu domba oleh alasan kerjasama dengan antek-antek
imperalis

Lihat mata anak-anak yang silau terkubur iklan
Tergoda program televisi
Tak mengerti mana akarnya
Waktunya habis bersama benda elektronik
Ayahnya menghanguskan uang Negara
Putrid-putrinya dihamili germo
Isyarat apa yang kamu dapatkan?
Apa yang sudah kita pahami?
Mereka tak berkemudi, Tuan
Tak punya contoh –linglung
Remuk tak berbentuk akibat ulah kita

Dana Mbojo Dana Mbari
Dana Mbojo Tanah Keramat
Dana Mbojo tanah tua
Dana Mbojo tanah bertuah

Anak-anak tanah tua saling membantai karena kampungnya dibatasi parit
Anak-anak tanah tua saling memamah akibat dusunya berbeda nama

Burung-burung bangkai membagikan uang dari luar negeri hingga ke desa-desa
Nyamuk, kutu busuk, kecoak, lalat tertawa kecikikan

Coba kamu lihat nenek tua yang membawa cucunya depan bangunan yang ia
tak kenali
Membungkuk minta uang
Katanya ada bantuan luar negeri
Tak kenal siapa ayah dan ibu angkat cucunya
Mulutnya yang berbau sirih tak dapat menyebut nama asing

Anak panah bergambar dollar merobek jantung janin-janin dalam rahim
Generasiku diterpa badai tiada henti
Tak habis-habis dihasud dan dikebiri
Tetapi malah kamu sibuk menjilat
Menggonggong rebut proyek dan jabatan
Hitung mereka yang keluar barisanÂ…!!!
Hitung mereka yang akan keluar barisanÂ… !!!

Tanah Bima bunda abadi
Anak-anaknya malu berjalan kaki
Gengsi bersepeda
Berdesakkan dijalan raya menggadai nyawa
Untuk sepotong sanjungan
Adik-adikku malu apa adanya
Digiring keluar kota
Menembus bensin dan sadel dengan darah perawan
Membayar gengsi dengan iman

Tanah Bima bunda abadi
Kami disini berkumpul dalam gelisah akibat orang tua kami saling menyikut
Kami disini berkumpul dalam Tanya karena orang tua kami suka dipuji

Dana Mbojo Dana Mbari
Merah Darah berselimut kebimbangan

Kami tak hendak menjadi anak-anak durhaka
Kami anak-anak para ksatria
Tak hendak bertanya dalam darah
Tak ingin melihat air mata

Kami anak-anak ksatria
Minta diajar menghargai diri dan memegang kata
Bukan contoh keserakahan
Kami anak-anak ksatria
Mohon dijar ber-istigfar

Dana Mbojo Dana Mbari
Dana Mbojo Dana Na Mbari
Nenti kacia
Lailahaillah….. Muhammadarasulullah…..
Nenti kaciapu…. Nenti….
Dana Mbojo Dana Mbari
Dana Mbojo Dana na mbari
Dana Mbojo Dana ma Mbari

0 komentar:

Posting Komentar

Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. Amin