`

`

Kamis, 22 Juli 2010

PEJUANG ITU TELAH GUGUR


Sebuah keniscayaan yang aku hadapi pasca kampus adalah beradaptasi dengan lingkungan baru. Ketika dikampus dahulu keseharianku sebagai layaknya mahasiswa; bergelut dengan mata kuliah, tugas kuliah, aktivitas organisasi, rapat, demonstrasi, dan seabrek kesibukan lain yang sudah pasti menyita banyak waktu. Hampir tidak ada waktu untuk bercengkrama dengan dunia kost-an. Berbeda dengan dunia pasca kampus-lingkungan yang mengetengahkan kenyataan masyarakat yang tidak lagi berbicara tentang epistemologi, konsepsi, atau berbicara teori, tetapi melihat hidup sesuai dengan apa yang mereka alami, dan mengukur keberpihakan dengan materi. Ini memang sangat fragmentatif, tidak semua mahasiswa mengalami demikian, hanya mereka yang memilih untuk sibuk.

Mahasiswa adalah masyarakat intelektual sehingga suara mereka adalah referensi rakyat, dan para elit. Tetapi Antonio Gramsci membagi intelektual menjadi dua; intelektual tradisional dan intelektual organic. Mahasiswa yang waktu 24 jam nya tidak cukup dengan aktivitas kemahasiswaan mereka jelas bukan masyarakat intelektual yang tradisional yang hanya berkutik dengan dunia akdemisnya, tetapi mereka adalah intelektual organic, yang gerak mereka adalah dalam ikhtiar transformasi, membela kelompok social yang tertindas, dan setiap jejak mereka adalah batu bata peradaban.

Intelektual tradisional pada akhirnya akan menjadi robot, diremote oleh materi, dan diotaki oleh aktivitas yang sangat sempit, berfikir dan bertindak hanya untuk memenuhi perut dan kebutuhan hariannya, adapun nilai, idialisme, dan akhirat menjadi tak penting dan menjadi sesuatu yang asing.

Kita hidup didunia nyata, bergerak dan bertindak sesuai dengan tuntutan skenario, disutradarai dan pilihan peran diambil atas motivasi dan orientasi hidup masing-masing. Ada yang bertahan dengan idialismenya akan hidup dan kehidupan setelah mati, dan ada juga yang mempertuhankan materi dan kepentingan sesaat.

Ini dunia nyata, bukan semu. Ini dunia yang pada akhirnya mengukur kualitas dan imunitas keimanan seseorang. Penjelajahan intelektual yang digeluti di dunia kampus ini cukup hanya menjadi rekam jejak yang belum tentu mengukur sejauh mana tingkat kekuatan dia berjuang dilingkungan masyarakat. Ini bukan hanya letupan seperti fatamorgana, tetapi ini realita dan fakta tentan apa yang dialami oleh mantan mahasiswa (lebih tepat mungkin bagi para aktivis).

Banyak cerita hidup teman-teman mahasiswa yang dahulu berkoar-koar tentang idialisme, nilai, dan transformasi tapi akhirnya gugur bukan karena idialisme dan nilai apalagi transformasi tetapi karena materi-sesuatu yang sangat profan jika dibandingkan dengan nilai yang pernah mendarah daging. Ini yang membuat saya tidak pernah melihatnya istimewa para mantan mahasiswa ini tinggal dan menetap didaerah tempat mereka menimba ilmu. Tidak istimewa karena mereka bergelut dengan dunia yang nyaman bagi mereka, tak ada hal baru, tantangan baru yang menguji adrenalin mereka sebagai pejuang.

Realitas ini cukup merisaukan, bagaimana tidak para aktivis yang dibentuk dengan nilai kejuangan ini satu per satu gugur. Mereka dilahirkan dari kampus yang futuh, mereka dibesarkan dengan lingkunga para pejuang, tapi akhirnya gugur tanpa bekas. Kalau gajah meninggalkan gading, tetapi mereka meninggalkan jejak dan status sebagai mantan aktivis. Sangat ironis ketika ini seolah menjadi momok, sangat menakutkan ketika pun setiap periode meminta tumbal dari para pejuang ini.

Dahulu sederet nama tampil di garda depan seperti para pejuang palestina yang merapat membuat pagar betis, memberi bunga, dan cerita manis tentang dakwah yang futuristik. Semakin hari ceritapun indah ditelinga, menyala bagai lampu yang paling terang ditengah kegelapan, tapi akhirnya meredup, dan mati. Seiring dengan itu asa pun terkubur, harapan berlebihan itu dingin seketika. Saat demikian muncul keyakinan diri akan janji sebagai fitrah dakwah yang suci bahwa tak banyak manusia yang akan merapat dijalan ini. Hanya segelintir orang, yaitu orang-orang yang terukur kualitas iman dan ketaqwaannya.

Mari berkontemplasi tentang hidup kita esok!!

1 komentar:

Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. Amin