`

`

Menulis bersama Cinta

Aku akan menulis bersama cinta. Itu kalimatku. Ini langkah pertamaku untuk memulai merangkai kembali segala ide ini. Semoga memberi manfaat pada kita semua. Memberi manfaat pada dunia.

Usiamu Bertambah, Cinta

Perasaan menemukan ruang untuk menulis ini ketika aku harus memikirkan satu ruang untuk menempatkan ucapan “Selamat Milad ke-23” kepada dikau, istriku sepanjang sejarah.

Dia Hadir Lagi

Malam ini kenapa rasanya ia hadir lagi mengisi ruang rindu ini. Setelah setahun lebih dia meninggalkan kami dengan senyum kasih sayangnya. Entah apa gerangan yang membuat air mata ini tiba-tiba menetes di sudut mataku. Tiba-tiba aku merindukannya.

Menikah Mengajarkan Banyak hal

Menikah seharusnya difahami sebagai lompatan menuju keridhaan dan surga Allah yang tidak pernah putus kenikmatannya. Maka dalam melewatinya semestinya bertabur amal sholeh.

Memaknai Tahun Baru 2014

Silahkan tulis mimpimu. Yakinlah bahwa ini hal terkecil yang bisa kita lakukan untuk merubah keterpurukan menjadi kebangkitan. Kita tidak akan sampai di ujung titik kesuksesan jika kerja-kerja yang kita lakukan hanyalah berhenti pada kesibukan kita mendefinisi makna fundamental tentang hadapan kita saat ini.

Hanya Ingin Menulis

SAYA INGIN MENULIS. Adalah sebuah cita-cita akan perubahan yang pelan tetapi pasti. Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan.

Jejak Usia Menuju 29 Tahun

Sesaat,waktu seolah memberi ruang untuk berkontemplasi panjang,memandangi kembali jejak dan sisa perjalanan yang telah dilewati

Bunda Tersayang, Semangat dan Inspirasimu Selalu Hidup

Semoga semangat dan inspirasimu selalu hidup sampai generasi kami menggantikan peran-peran ini. Dan semoga Allah meridhainya. #Bundatersayang.Spesial untukmu #Bundatersayang, bahwa semoga Allah mengampuni dosamu dan menempatkan engkau ditempat yang terbaik. Amin

Catatan Perjalanan Ber-LSM

Sekedar mengenang jejak #berLSM yang telah setahun tidak ku geluti lagi.#berLSM Gerbang baru, tempatku menemukan warna-warni aktivitas yang tak asing.Aktivitas #berLSM memang fase tetapi bagiku untuk beberapa hal adalah seperti melanjutkan perjalanan. #berLSM itu; penuh dengan ruang-ruang dialektika,motivasi mengembangkan diri,dan egaliter.Ya sudah pasti kita bisa memelihara idealisme.

Jika Boleh Memilih (Part 1)

Jika boleh memilih, aku ingin kembali ke masa kecil. Disaat mengenyam bangku sekolah di Sekolah Dasar (SD). Hidup bagiku disaat itu adalah mandi pagi, berseragam dan berangkat sekolah. Bermain sesuka hati, belajar semampuku, makan lalu istirahat. Hidup mengalir tanpa beban. Yang ada adalah tumbuh dan besar ditengah orang-orang yang menyayangi.

Antara Pilihan

Tak ingin rasanya beranjak pergi meninggalkan persinggahan ini ruang sepi yang buatku terhenti diujung jejak-jejak perjalanan itu

Sepi ditengah Keramaian

Sepi ditengah keramaian ini semoga menjadi peristiwa-peristiwa yang indah jika dikenang kembali kelak. Bahwa bagian dari perjalanan ini adalah memupuk cinta diseberang pulau. Atau cinta bersemi dalam kejauhan. atau mungkin Cinta dalam ruang yang berbeda. Atau apapun lah yang menggambarkan cinta yang selalu membersamai waktu-waktu kami.

Untuk yang Terkasih

Sayang..Cinta itu menyembuhkan..ada yang beda saat dirimu hadir disini..dengan segunung rasa yang kau punya..kau menyebutnya cinta..ya sering sekali kau menyebut kata itu,menulisnya,mengungkapkannya,menuliskannya lagi,begitu,sering sekali,terus begitu,seperti tak mampu diungkap oleh kata,seperti tak selesai ditulis dengan pena.

9 Bulan Lagi Jadi Ayah

"Kak barusan saya test pack. Alhamdulillah positif..Sembilan bulan lagi sampean jadi abi..In shaa Allah..:)" Memang baru saja menyapa di perut ibunya. Belum genap sebulan. Masa-masa berat yang mesti dilewati dengan kesabaran. Semoga tidak ada halangan ataupun hambatan yang berarti. Selanjutnya harus mengatur aktivitas sebaik-baiknya sehingga dia tetap terpelihara hingga menjadi manusia seutuhnya dan hadir menyapa dunia. Amin

Dua Hari Cukup

Satu bulan berada berjauhan dan sudah saatnya waktu ini berdialog dengan cinta kembali. Membersamai hari-hari berdua bersamanya, kekasih hatiku. Aku meski sadar bahwa karena pertarungan ini masih berhelat maka tidak ada cukup waktu untuk menyapanya. Dua hari saja cukup untuk dia, untuk memupuk senyum dan bahagia dihatinya.

Dari Politik Ke Peradaban (part 1)

Semangat saya kembali ber-api membaca transkrip taujih @anismatta "Dari Politik ke Peradaban" dalam buku Integritas Politik dan Dakwah.Ini kira-kira isi taujih yang membuat saya bersemangat. Momentumnya tepat untuk membakar jiwa ditengah perang saat ini. Monggo dinikmati..Kedepan ada 3 cita-cita yang akan kita kejar, yaitu: cita-cita politk, cita-cita dakwah, dan cita-cita peradaban.

Dari Politik Ke Peradaban (part 2)

Cita-cita yang harus kita kejar yang ketiga adalah Cita-cita peradaban.Terjemahan implementasi dari apa yang disebutkan oleh Imam Hasan Al Banna sebagai cita-cita tertinggi dakwah kita,yaitu Ustaziatul Alam.Sementara sekarang peradaban barat tidak lagi mampu memberikan semua unsur yang diperlukan manusia untuk berbahagia.Sekarang ada kekeringan yang luar biasa. Sehingga yang dipikirkan oleh barat adalah mempertahankan hegemoni.

Merangkai Hidup Baru

#MerangkaiHidupBaru adalah episode baru yang aku adalah sutradara sekaligus pemainnya.Kenapa kok #MerangkaiHidupBaru padahal kan sudah 1 tahun lebih menikah? 1 tahun lebih menikah adalah episode yang berbeda karena muatan ujiannya berbeda.Kalau boleh aku ingin memberinya nama #MencariFormatHidup

Perjalanan Menuju Menang

Ingin mengurai satu demi satu cerita perjalanan #menang di 2014 ini. Karena ada banyak hikmah yang akan menjadi penguat langkah kedepan..Perjalanan ini harus dicatat karena ada pelajaran tentang perjuangan sungguh-sungguh kita untuk #menang..Kami ingin sefaham bahwa amanah berat ini adalah amanah semua..tugas saja yang beda..Masyarakat sudah tunggu bukti..semoga kami bisa amanah..Semoga ustad Nasaruddin diberi kuat,sehat, untuk penuhi dan perjuangkan hak rakyat.. Semoga istiqomah..Amin

Tebar Inspirasi Hingga Tak Terbendung

Tanggal 10 Mei 2014. Selamat Milad. Semoga usianya berkah. Semoga istiqomah. Semoga menjadi istri sholehah dan kemudian menjadi ibu teladan bagi anak-anaknya. Waktu-waktu belum habis untuk belajar semoga tetap mau belajar, semoga selalu memberi manfaat dimanapun, dan menjadi apapun. Tebar inspirasi hingga sekat tak mampu lagi membendungi arusnya.

Kamis, 22 Desember 2011

SEMU YANG MENDERU


Semakin pagi mentari terlihat redup
Siang menyapa namun tak berasa
Ada mentari
Lalu berlomba dg pelangi
Angin berhembus ksana
Bertiup kencang
Membungkam
Entah..
Warna apa dlm pilu
Dunia gelap
Sapaan itu keruh
Nyanyian itu hambar
Ruang hati ini kering
Berlomba fikir itu mengkabut
Asa ini tak berasa
Genggamanmu trlepas
Hati gundah
Pergi kah kau?
Kenapa tak hadir?
Inikah cita itu?
Semu yg menderu
Trlihat ragu
Lalu berseru
Asa cinta yg selalu pilu

Senin, 19 Desember 2011

ADIK TERSAYANG


Dik,..
Lama hidup kita dalam dekapan
Sandaran hati ketika mata sayup dalam sedih
Penenang jiwa kita dalam gundah
Kini kita terdiam menatapnya dalam kejauhan

Dik,..
Masih basah hati ini dengan air matamu
Saat itu kau mengantarnya dengan sedih
Kau pula yang sering buatnya tak rela berpisah
Namun kaupun yang mengantarnya hingga tenang

Dik,..
Kini ia telah pergi
Dia mendahului kita semuanya
Hati kita tak kuasa melewati ini
Berat..

Dik,..
Hati ini terasa hampa
Beberapa waktu ini kita rasa begitu kering
Terasa sangat lama cinta itu tak menyapa
Padahal dia baru beberapa waktu pergi tak kembali

Dik..
Perjalanan ini panjang
Banyak soal yang mesti kita jawab
Banyak teka-teki yang harus kita tuntaskan
Bersama hidup ini

Dik,..
Lupakan semua kesedihan ini
Masa depan ini lebih nyata dari pada ratapan
Obsesi kita harus kita genggam
Harus diraih hingga sukses

Mama akan selalu hidup dalam hati kita
Dia sumber inspirasi kita
Dia selalu ada menemani sedih dan bahagianya kita
Dan kita harus membuatnya senyum

Dik,..
Hapus air mata masa lalu kita
Mari merangkai asa masa depan
Dengan segala keterbatasan kita
Hidup ini harus dilewati dengan apapun

Dik,..
Berfikirlah dewasa
Bijaksanalah..
Hidup ini akan kita lewati hingga akhirnya nanti
Tetap semangat..!!!

Kamis, 15 Desember 2011

DARI PINTU KE PINTU GEDUNG DPR


Aku memandang seorang ibu tua, kutaksir berusia sekitar 70 tahun. Pakaiannya lusuh, tapi tidak kotor. Di ketiaknya terkepit map tua yang sama lusuhnya. Mungkin di saat tidur pun map itu ditaruhnya di bawah bantal. Ia mengenakan tanda pengenal tamu seperti biasa untuk setiap tamu yang ingin berjumpa dengan anggota DPR di Gedung DPR/MPR Senayan, Jakarta.

Tidak sekali dua ia kudapati naik turun lift mencari anggota DPR yang bermurah hati memberikan sumbangan berdasarkan isi map yang dikepitnya. Entah kesan ini benar atau salah, kurasa sukar ditemui anggota DPR memberikan sumbangan berdasarkan isi surat dalam map tua lusuh itu.
Kalaupun ada anggota DPR atau siapa saja melihat penampilannya lalu memberikan sumbangan, barangkali hanya berdasarkan rasa iba saja. Sempat kulihat beberapa anggota DPR menyisipkan lembaran Rp10.000,- hingga Rp50.000,- ke tangannya tanpa pernah mau tahu apakah angka uang itu ditulisnya atau tidak pada daftar isian itu.

Begitu mudahnya dia keluar masuk ke Gedung Nusantara I DPR-RI Senayan, padahal penjagaan cukup ketat dan setiap tamu identitasnya kurang atau tidak jelas mau bertemu siapa, akan ditanya dulu oleh petugas sampai detail.

Tapi, ibu tua itu tidak mengalami kesulitan berarti. Kulihat dia memegang daftar nama-nama anggota DPR dari semua Fraksi dan dia pun begitu hafal di lantai mana setiap Fraksi berada dengan nomor ruang kerja anggota Dewan, termasuk ruang-ruang Komisi, dalam mengadakan rapat dengan mitra kerjanya. Aku kagum pada kemampuan daya ingat ibu tua itu.

***

Ibu tua itu tidak sendirian, masih banyak lagi tamu lain mengasongkan proposal seperti ibu tua ini. Hanya penampilan mereka saja yang beda, ada perempuan muda dengan penampilan seksi dikawal dua pria perlente, ada pula mahasiswa, atau juga dari berbagai panti asuhan maupun yayasan sosial lainnya, termasuk para kader partai dari pusat maupun daerah.

Gaya mereka pun macam-macam. Kader dari DPP suka melagak, “Saya dari DPP, tolong bilang Bapak, ada urusan penting hasil rapat di DPP. Bapak nggak hadir rapat kemarin.” Seolah-olah dialah mengatur dan memperingatkan anggota Dewan yang mangkir rapat. Tiap hari ada saja kader-kader muda maupun berumur setengah baya yang wara-wiri ke ruang anggota Dewan dengan 1001 alasan.
Yang menggelikan, ada seseorang datang ingin menemui anggota Dewan, dan di setiap lantai selalu mengaku mau ketemu anggota Dewan. Ketika ditanya sekretaris dari mana, “Oooh…, saya kader Bapak dari Bengkulu,” jawaban lugas terdengar. Anggota Dewan yang ingin ditemuinya memang dari Bengkulu. Kemudian dia pindah lagi ke lantai lain, lantas mengaku kader dari Jawa Tengah karena sang anggota Dewan memang berasal dari daerah pemilihan Jawa Tengah. Begitu seterusnya, maka tak heran dalam sehari dia bisa mengaku sebagai kader partai anu..., dari provinsi anu….

Akibatnya, tak sedikit pula anggota dewan malas ke ruangan karena sudah mendapat SMS dari sekretarisnya bahwa banyak yang menunggu. Pasti soal minta sumbangan. Lagi-lagi sumbangan. Ke-cuali kalau tamu itu bakal menambah kocek, maka dia segera menyuruh si tamu menemuinya di kafetaria.

Ada lagi utusan instansi pemerintahan dan perusahaan swasta. Proposal jenis ini tak melulu minta sumbangan, ada juga ingin bekerja sama dengan memanfaatkan mitra kerja anggota DPR sesuai Komisi masing-masing, untuk mendapat proyek dengan berharap selembar rekomendasi ditujukan kepada Menteri, Komisaris Utama maupun Direktur Utama, para Pimpro, termasuk para Gubernur atau Bupati juga Walikota yang pasca-reformasi menjadi “raja-raja kecil” di daerah kekuasaannya.

Imbalan baliknya bila gol, anggota DPR itu akan mendapat komisi lumayan, senilai harga sebuah mobil keluaran terbaru yang ratusan juta rupiah atau peningkatan saldo rekeningnya di bank, atas nama istri, anak, maupun orang sewaan yang dibayar ongkos tutup mulut.

Lain waktu datang pula utusan dari Departemen, BUMN, perusahan swasta, maupun instansi lain bergantian menemui anggota Dewan di ruang kerja atau ruang rapat di hotel, restoran mewah, atau apartemen tertentu, agar rapat rancangan RAPBN maupun ber-bagai proyek serta RUU bisa digolkan segera, sehingga bisa cepat terealisasi dan dana-dana segera cair, termasuk bantuan luar negeri dalam bentuk hibah atau pinjaman lunak. Tentu keran-keran kucuran dana akan mengalir sesuai ukuran besar kecil pipanya serta alokasinya untuk anggota Dewan yang terhormat. Masih ada yang memiliki hati nurani. Mereka yang segelintir itu biasanya kembali terpilih menjadi anggota Dewan.

Ada lagi berbagai proposal penawaran untuk menjadi member credit card atau member club hotel dengan 1001 fasilitas, seperti fitnes, swimming, sauna, lengkap dengan panti pijatnya. Ada pula proposal penawaran mobil, rumah real estate juga tanah, bahkan asuransi pendidikan, kesehatan, jiwa, kebakaran, sampai pemakaman yang terencana agar tidak merepotkan keluarga di masa tua.

Maklum, ada di antara anggota Dewan yang baru pertama kali menginjakkan kakinya di ibukota Jakarta, dan tak pernah menjadimember apa pun juga, tak punya kartu kredit, bahkan rekening bank pun tak punya. Dalam waktu singkat dengan hanya jaminan selembar resi gaji, mereka pun jadi member credit card sekaligus club hotel dan restoran mewah lengkap dengan sauna, fitnes, serta panti pijat. Sibuk mencari sekavling dua kavling tanah atau rumah untuk investasi.

Tanpa pernah menyadari, mereka jadi korban dan terjebak kehidupan hedonisme metropolitan. “Waah..., kalau nggak punya tanah di Jakarta rugi lho…. Harga tanah di Jakarta bisa naik 3 kali lipat hanya dalam tempo 5 tahun. Ambil saja, Pak, Bu, harganya masih murah. Dalam tempo 5 tahun bisa naik 2 sampai 3 kali lipat,” rayu para sales.

“Ini lhoo..., mobil multifungsi untuk keluarga, bisa dipakai mudik, harganya mulai dari Rp100 juta sampai Rp150 juta. Mau cashatau kredit? Potong gaji tiap bulan, bunga cuma 3% per bulan. Masak sih anggota Dewan pakai mobil tahun jebot.” Rayuan maut sangsales akhirnya bisa membawa 10 sampai 20 order form dan komisi pun terbayang di pelupuk mata. Dan sekretaris tak jarang kecipratan komisi karena sekedar bermurah hati mengizinkan para sales itu masuk ke ruang anggota Dewan dengan kedipan mata yang artinya, “Jangan lupa lho komisinya….”

***

Sebagai sekretaris salah satu anggota DPR, aku harus mengerjakan semua tugas diperintahkan Boss, mulai dari menerima telepon, mengambil gaji, honor, membeli tiket, membayar semua rekening, seperti listrik, air, gas, telepon, HP, termasuk mencarikan sekolah untuk anaknya baru pindah dari daerah dan mengantar istrinya sakit-sakitan ke rumah sakit. Bahkan membantu membelikan mesin cuci dan cara menggunakannya karena banyak anggota Dewan berasal dari kalangan ekonomi pas-pasan sehingga belum pernah memiliki mesin cuci. Boss terpaksa membeli mesin cuci sendiri karena jatah mesin cuci seharga Rp6 juta dari Sekjen DPR, harus menunggu dinginnya polemik masyarakat dan LSM, karena har-ganya yang mahal.

“Harga mesin cuci yang Rp 6 juta itu segede apa yaa…? Mereknya apa sih…? Impor dari negara mana…?” ta-nya Bossku sewaktu aku disuruh membeli mesin cuci. “Kayak mesin cuci yang di hotel kali yaa…? Ukurannya 2 x 2 meter. Kalau gitu, saya buka dry and laundry sekalian di rumah. Lumayan thoo…, buat nambah-nambah uang dapur,” candanya. Aku cuma nyengir.

Belum lagi kekasih gelap Boss yang harus kusimpan baik-baik identitasnya jangan sampai ketahuan istri dan anak-anaknya, tapi bukan rahasia lagi di antara sesama anggota Dewan juga punya kekasih gelap. Aku pun tak berani macam-macam, karena berisiko aku akan kehilangan pekerjaan. Karena aku bukan sekretaris dari PNS Sekjen DPR-RI, melainkan direkrut hanya karena keaktifanku di partai sebagai penggembira. Tanpa ada ikatan dinas, bisa dipecat kapan saja tanpa pesangon. Aku pun tak bisa menggugat secara hukum. Belum ada undang-undangnya. Mana mungkin DPR mau merancang RUU untuk Sespri Anggota DPR yang dipecat karena tak bisa tutup mulut!?

Berbilang tahun, kemudian tugasku bertambah, me-ngecek aliran dana di rekening Bossku dari relasi Komisi DPR atau mereka yang mendapatkan proyek berdasarkan rekomendasi dari Bossku ditujukan ke Menteri, Pimpro, BUMN, perusahaan swasta, dan lain-lain. Kukira tugasku pun semakin bertambah, harus berbohong kepada setiap tamu yang datang tanpa janji atau jelas-jelas minta sumbangan. Padahal di setiap lantai dan pintu masuk ke ruang anggota DPR terpampang dengan jelas pengumumam “TIDAK MELAYANI PERMOHONAN SUMBANGAN”.

Tapi pengumuman itu sama sekali tidak ampuh. Pada kenyataannya banyak tamu yang datang, baik secara pribadi maupun mengatasnamakan instansi atau perusahaan, mengajukan 1001 ragam proposal. Belum lagi yang mengaku sekampung atau sealmamater, atau sama sekali tak kenal tapi sok kenal. Terutama dari daerah pemilihan anggota DPR, hampir setiap hari ada saja proposal berdatangan dan Bossku sama sekali tak membacanya. Kecuali proposal itu diantar sendiri oleh panitia yang memang sudah dikenalnya.

Belum lagi wartawan atau mereka bergaya wartawan tak jelas juntrungannya mondar-mandir dari lantai ke lantai atau dari pintu ke pintu ruang kerja anggota DPR, maupun dari pintu ke pintu ruang Komisi juga Fraksi. Ada yang sengaja berdiri berjam-jam di depan pintu lift sehingga bisa bertemu langsung dengan anggota Dewan turun-naik, sehingga anggota Dewan tak bisa mengelak apalagi sembunyi. Ada yang serius mau wawancara dari media jelas misi dan visinya, ada pula dari media yang terbit kelap-kelip, hanya sekedar wawancara tapi ujung-ujungnya duit, dengan 1001 alasan, honor mereka yang kecil, sekedar transport, ada pula terang-terangan datang hanya minta bantuan dengan alasan istri atau anaknya sakit.

Bila bernasib baik, anggota Dewan tak tahu memang sudah diintai oleh mereka, terpaksa menyisipkan selembar dua lembar ratusan ribu sebagai tanda turut berpartisipasi atas proposal diajukan atau keluh kesah pribadi itu.

Tapi kalau lagi apes, sekalipun anggota Dewan ada di ruangan, maka dengan bersikukuh, aku sebagai sekretaris dengan terpaksa mengatakan, “Maaf, Bapak tidak ada, sedang rapat.” Lain hari aku ganti aksi, “Bapak sedang istirahat,” atau “Bapak sedang menerima tamu dan tak bisa diganggu.” Tak juga mempan, “Bapak sedang reses atau kunjungan kerja ke luar kota.” Anehnya mereka datang tak pernah habis-habisnya, selalu silih berganti ibarat tumbuhan yang patah tumbuh hilang berganti.

Seribu satu alasan akan kukerahkan agar tamu tersebut pergi untuk kembali lagi atau tak pernah kembali. Bukan hanya aku saja yang bersikap demikian atas instruksi Bossku, tapi juga sekitar kurang lebih 600 orang sekretaris anggota DPR akan bersikap sama. Sekretaris ini bisa saja adalah istrinya gede cemburu atau kurang kerjaan, adiknya, keponakannya, atau kader di partai, maupun sekretaris resmi PNS yang direkrut Sekjen DPR.

Tak jarang kudengar gerutuan mereka, tamu-tamu tak bertemu Bossku, “Haah…, lupa dia…! Tidak tahu diri…! Tidak tahu berterima kasih…! Apa dia tidak ingat kalau bukan kita yang memilih partainya, belum tentu dia menjadi anggota DPR. Harusnya dia jangan seperti kacang yang lupa kulitnya. Apa dia pikir de-ngan hanya menjadi anggota partai lantas bisa jadi anggota DPR, apa dia pikir kalau sudah menyetor ke partai supaya dapat nomor 1, langsung bisa jadi anggota DPR, tanpa adanya kita-kita yang mencoblos tampangnya…!?” Sepanjang koridor menuju lift sumpah serapah mereka saling bersahutan.

“Kita tengok saja nanti, pemilu akan datang, jangan kita pilih lagi dia! Cuma obral janji mau mendengar aspirasi rakyat memilihnya. Pada kenyataannya, baru 2 bulan jadi anggota DPR dia sudah lupa akan janjinya. Jangankan memberikan bantuan, nampak batang hidungnya pun tidak,” yang lain menimpali.

Sebagai sekretaris, aku tak bisa marah atau kesal pada gerutuan mereka. Tak salah bila mereka menggerutu. Aku ingat sekali janji Bossku saat menjelang dan masa kampanye pemilu untuk menggalang dana dan massa pendukungnya.

“Siapa yang ingin adanya perubahan di pemerintahan kita…!?” teriak Bossku berapi-api di lapangan sepak bola yang penuh dengan lautan massa pendukungnya. “Kita semuaaaaa…!!!” Yel-yel massa pendukungnya membalas.

“Naaah…, pilihannya tidak lain adalah partai dan caleg mau mendengarkan aspirasi rakyat. Jangan salah pilih seperti membeli kucing dalam karung. Ingat Partai Kelabang dan nomor urut saya yang ke-2 serta nama sayaaaa si Bedul…!!!” teriak Bossku sampai ludahnya muncrat, ditingkahi jari menunjuk wajahnya, maksudnya jangan sampai lupa mencoblos daftar urut nama dan mengenali wajahnya, jangan sampai salah coblos. “Hidup Partai Kelabang…Kelabang…!!!”

“Siapa yang ingin sekolah gratis…!!?? Siapa yang ingin gaji pegawai dan buruh naik…!!?? Siapa yang ingin mendapat lapangan kerja…!!?? Siapa yang tak ingin menganggur…!!?? Siapa yang ingin berobat gratis…!!?? Maka pilihlah Partai Kelabang…, bukan sembarang partai…!!!” Suaranya memecah yel-yel massa pendukungnya. Plak…plak…dung…dung…, lagu dangdut pun mengiringi Bossku bergoyang bersama anak dan istrinya serta para kader dan massa pendukung. “Selamat para pemimpin…, rakyatnya makmur terjamin…, laa…laa…plak…plak…dung…plak…! Penyanyi dangdut terkenal ibukota juga penyanyi dari kampung ke kampung, dibayar menggoyangkan pinggulnya berputar-putar ngebor atau ngecor.

Meriah dan gegap gempita saat kampanye, sunyi senyap setelah pengumuman hasil pemilu secara resmi oleh KPU. Bossku duduk manis di kursi empuknya, beruntung dia mempercayaiku sebagai sekretaris priba-dinya karena aku salah seorang penggembira di Partai Kelabang yang bertugas membagi-bagikan ribuan kaos gratis dan nasi bungkus serta amlop berisi lembaran Rp20.000,-, kubagikan untuk massa pendukung yang sudi berpanas-hujan di lapangan sepak bola mendengar sesumbar Bossku.

“Kalau tiap hari aku memberi sumbangan pada se-tiap proposal yang masuk, berapa rupiah yang bisa kubawa pulang dan berapa rupiah yang bisa kukumpulkan sampai dana kampanye ratusan juta bisa kembali? Mana sanggup aku harus memberikan semua uangku kepada pemilih sebanyak 250.000 orang yang telah memenuhi kuota sebuah kursi yang kuperoleh? Belum tentu aku bisa terpilih lagi 5 tahun mendatang,” keluh Bossku setiap kali aku mengajukan proposal baru datang dan langsung melempar proposal itu ke sebuah kardus tempat sampah khusus proposal rminta sumbangan. Aku hanya bisa memandang tanpa makna pada wajah Bossku itu.

***

Bertahun-tahun kemudian beberapa orang pria dan perempuan baya nampak berjalan mondar-mandir di setiap lantai Gedung Nusantara I DPR-RI Senayan, mambawa map berisikan proposal. Dia menawarkan mobil, rumah, tanah, credit card, club member, HP seri terbaru, juga mohon bantuan untuk yayasan dan lain-lain. Dia hafal sekali semua nama anggota Dewan dengan Fraksi, lantai, dan nomor ruang kerjanya serta Komisinya.

Siapa nyana kalau pria dan perempuan baya yang mondar-mandir itu adalah mantan anggota Dewan terhormat atau anak-anak mantan anggota Dewan yang ingin bertemu rekannya yang terpilih menjadi
anggota Dewan.

“Mbak…, boleh saya numpang nelepon yaaa..., dulu saya anggota Dewan lhoo..., sekarang udah pensiun...,” katanya beramah-tamah minta izin menumpang menelepon di ruang sekretaris. Duh, dulu…, gayanya selangit semasih jadi anggota Dewan, tak pernah tengok kiri-kanan. Kepalanya selalu tegak lurus, mungkin hidungnya pun turut terangkat, ciri khas gaya bangsawan London. Tak ada berbasa-basi dengan para sekretaris sesama anggota Dewan lainnya. Walau ada satu-dua memaksakan diri beramah-tamah, hanya karena kebetulan bersirobok di lorong menuju ruang kerjanya maupun pas kebetulan ingin jumpa dengan wartawan. Kini setelah tidak lagi menjadi anggota Dewan, mendadak sontak mereka beramah-tamah dengan sekretaris yang dulu tak pernah disapanya.

Dan, aku tetap bekerja sebagai sekretaris pada anggota DPR baru yang terpilih.

*Dari Forum Lintas Aktor (FLA) kab. Dompu

LAMA KU NANTIKAN


Lama aktivitas ini ku upayakan ada. Tetapi seringkali tak terwujud. Ada saja penghalangnya, yang paling bisa ku sebut adalah rasa malas. Padahal sejak dulu ingin ku isi waktu selepas shalat magrib sampai isya untuk mengajarkan mereka untuk membaca Al-Qur’an. Waktu yang sangat singkat itu mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk memberi sedikit ilmu untuk mereka. Aku juga memiliki keyakinan bahwa lewat kesempatan ini bisa mengajarkan mereka tentang banyak hal; ibadah praktis misalnya, do’a sehari-hari, atau juga nasehat-nasehat yang mungkin akan selalu mereka ingat hingga nanti menjadi orang sukses.

Aku sadar ketika mengingat kembali awal menetap diwilayah ini. Salah satu RT yang berada di Kelurahan Montabaru-Dompu. Dengan latar belakang masyarakat yang rata-rata tingkat pendidikannya adalah SMP, anak-anak mereka bukan tidak punya kemampuan untuk belajar tetapi mereka adalah anak-anak yang cerdas. Aku masih ingat beberapa anak tetangga yang umurnya dua tahun dibawahku ketika SMP dulu sering mendapat ranking pertama di kelas. Tetapi mereka punya usia sekolah yang tidak pernah lama. Paling banter mereka hanya ada dibangku kelas dua SMP.

Ternyata keadaan ini bukan baru terjadi, tetapi sudah menjadi turunan. Sesuatu yang tidak bisa mereka lawan adalah ketika orang tua mereka harus memeras keringat untuk bertani di ladang, dalam kondisi apapun semua anak mereka harus ikut membantu, sehingga sekolah menjadi korban.

Karena tingkat pendidikan yang tidak tinggi, sangat berpengaruh terhadap pola fikir, dan pola sikap mereka. Banyak kejadian amoral yang selalu bersinggungan disekitar tempatku tinggal. Salah satunya adalah hingga kini perkelahian diantara mereka sering terjadi berawal dari diskusi biasa, berdebat, lalu kemudian saling pukul. Miris rasanya ketika ini terjadi. Bahkan dalam seminggu serasa seperti masuk surga ketika tidak ada percecokan disekitar rumahku.

Tiga tahun terakhir ini, kesejukan itu mulai terasa seiring dengan dibangunnya mushollah kecil. Alhamdulillah selalu dihidupkan dengan shalat lima waktu dan aktivitas TPQ sehingga sedikit bisa mengimbangi aktivitas yang tidak bermanfaat, dan berharap semoga suatu saat tempat ini menjadi satu tempat yang selalu disinari cahaya Dienullah ini.

Aku juga ingin mengambil bagian dalam proses memperbaiki masyarakat. Dan rabu kemarin (14 Desember 2011) aku mulai mengajarkan membaca al-quran kepada beberapa orang anak tetangga. Aku merasa mengalir nuansa tersendiri dalam hatiku, karena mengajarkan mereka untuk belajar agama adalah satu impian besar yang lama telah ku nantikan terwujud, dan baru saat ini bisa terealisasi. Awalnya kebingungan harus mulai dari mana, mengajarkannya menggunakan apa, dan bagaimana?Tetapi segera ku jawab bahwa tidak ingin terlalu lama terpaku dengan pertanyaan yang tidak bisa membuat mereka mengerti tentang membaca Al-Qur’an. Sekalipun ada sekitar 10 menit aku berfikir tentang metode, karena yang ada dikamarku adalah papan whiteboard kecil sama spidol, aku mencoba memulainya dengan cara ini. Yah sangat manual tetapi aku melihat mereka nyaman belajar, mendengar, membaca, dan mengulang setiap huruf hijaiyah yang ku sebutkan.

Aku juga kaget, ternyata walaupun mereka hidup dalam lingkungan yang tingkat pendidikannya rendah, benar bahwa mereka adalah anak-anak yang cerdas, keinginannya untuk belajar juga tinggi. Sehingga aku yakin bahwa proses mengajarkan mereka untuk minimal mengerti tentang huruf Al-Qur’an akan sangat cepat tuntas.

Sambil menunjuk huruf-huruf yang tertulis dipapan, sesekali aku menatap raut wajah mereka, ada senyum bahagia, ada rona wajah yang menggambarkan keinginan besar untuk belajar, dan ada suara lantang yang semoga juga menghujam dalam hati mereka akan nilai Kebesaran-MU ya Rabb.

Satu hal yang selalu menghinggapi fikiran dan hati kecilku. Muncul disaat memulai mengajarkan mereka untuk membaca Basmallah, dan kuat hingga saat ini, adalah istiqomah. Sadar aku tentang diri yang seringkali bersemangat di awal, dijalankan, lalu kemudian terlepas tidak terurus. Aku ingin untuk hal ini komitmen tertancap kuat mengajarkan mereka hingga bisa melantunkan ayat-ayat suci-NYA. Hingga mereka bisa nanti mereka pula yang akan melanjutkan tugas mulia ini, merasa bertanggung jawab menyebar kebaikan hingga ke hati kecil orang tua mereka, dan dengan ini pula mereka menjadi pribadi yang selalu menyandarkan pilihan hidup mereka sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an. Amin.

KAU YANG TELAH PERGI


Ingin rasanya mengabadikan
Perjalananmu yang ku cinta
Sejarahmu yg mnggugah
Motivasimu yg membakar
Obsesimu yg melangit
Tapi entahlah..
Hati masih tak kuasa melepas
Setiap mulai ku goreskan
Ada tetes air mata
Aku khawatir
Aku takut
Semangatmu membias bsama tinta
aku ingin kau selalu ada
Senyum indahmu mewarnai obsesiku
Kesuksesanku dibaluti warna warninya pesanmu
Aku ingin kau selalu ada
Dalam relung hati ini
Dalam perjalanan ini
Kau yang kucinta
Kau yang lama menjadi sandaran keluhku
Walau kau telah pergi
Tapi cintaku tak akan pudar
Doaku mengiringimu
Hingga Allah mempertemukan kita pada tempat yg terbaik

*goresan direhat sore


RUANG KOSONG


...........:: sedang cari kondisi hati yang tepat untuk mengisi ini ::................
........................Yang pasti adalah tentang dia.................................


Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. Amin