`

`

Menulis bersama Cinta

Aku akan menulis bersama cinta. Itu kalimatku. Ini langkah pertamaku untuk memulai merangkai kembali segala ide ini. Semoga memberi manfaat pada kita semua. Memberi manfaat pada dunia.

Usiamu Bertambah, Cinta

Perasaan menemukan ruang untuk menulis ini ketika aku harus memikirkan satu ruang untuk menempatkan ucapan “Selamat Milad ke-23” kepada dikau, istriku sepanjang sejarah.

Dia Hadir Lagi

Malam ini kenapa rasanya ia hadir lagi mengisi ruang rindu ini. Setelah setahun lebih dia meninggalkan kami dengan senyum kasih sayangnya. Entah apa gerangan yang membuat air mata ini tiba-tiba menetes di sudut mataku. Tiba-tiba aku merindukannya.

Menikah Mengajarkan Banyak hal

Menikah seharusnya difahami sebagai lompatan menuju keridhaan dan surga Allah yang tidak pernah putus kenikmatannya. Maka dalam melewatinya semestinya bertabur amal sholeh.

Memaknai Tahun Baru 2014

Silahkan tulis mimpimu. Yakinlah bahwa ini hal terkecil yang bisa kita lakukan untuk merubah keterpurukan menjadi kebangkitan. Kita tidak akan sampai di ujung titik kesuksesan jika kerja-kerja yang kita lakukan hanyalah berhenti pada kesibukan kita mendefinisi makna fundamental tentang hadapan kita saat ini.

Hanya Ingin Menulis

SAYA INGIN MENULIS. Adalah sebuah cita-cita akan perubahan yang pelan tetapi pasti. Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan.

Jejak Usia Menuju 29 Tahun

Sesaat,waktu seolah memberi ruang untuk berkontemplasi panjang,memandangi kembali jejak dan sisa perjalanan yang telah dilewati

Bunda Tersayang, Semangat dan Inspirasimu Selalu Hidup

Semoga semangat dan inspirasimu selalu hidup sampai generasi kami menggantikan peran-peran ini. Dan semoga Allah meridhainya. #Bundatersayang.Spesial untukmu #Bundatersayang, bahwa semoga Allah mengampuni dosamu dan menempatkan engkau ditempat yang terbaik. Amin

Catatan Perjalanan Ber-LSM

Sekedar mengenang jejak #berLSM yang telah setahun tidak ku geluti lagi.#berLSM Gerbang baru, tempatku menemukan warna-warni aktivitas yang tak asing.Aktivitas #berLSM memang fase tetapi bagiku untuk beberapa hal adalah seperti melanjutkan perjalanan. #berLSM itu; penuh dengan ruang-ruang dialektika,motivasi mengembangkan diri,dan egaliter.Ya sudah pasti kita bisa memelihara idealisme.

Jika Boleh Memilih (Part 1)

Jika boleh memilih, aku ingin kembali ke masa kecil. Disaat mengenyam bangku sekolah di Sekolah Dasar (SD). Hidup bagiku disaat itu adalah mandi pagi, berseragam dan berangkat sekolah. Bermain sesuka hati, belajar semampuku, makan lalu istirahat. Hidup mengalir tanpa beban. Yang ada adalah tumbuh dan besar ditengah orang-orang yang menyayangi.

Antara Pilihan

Tak ingin rasanya beranjak pergi meninggalkan persinggahan ini ruang sepi yang buatku terhenti diujung jejak-jejak perjalanan itu

Sepi ditengah Keramaian

Sepi ditengah keramaian ini semoga menjadi peristiwa-peristiwa yang indah jika dikenang kembali kelak. Bahwa bagian dari perjalanan ini adalah memupuk cinta diseberang pulau. Atau cinta bersemi dalam kejauhan. atau mungkin Cinta dalam ruang yang berbeda. Atau apapun lah yang menggambarkan cinta yang selalu membersamai waktu-waktu kami.

Untuk yang Terkasih

Sayang..Cinta itu menyembuhkan..ada yang beda saat dirimu hadir disini..dengan segunung rasa yang kau punya..kau menyebutnya cinta..ya sering sekali kau menyebut kata itu,menulisnya,mengungkapkannya,menuliskannya lagi,begitu,sering sekali,terus begitu,seperti tak mampu diungkap oleh kata,seperti tak selesai ditulis dengan pena.

9 Bulan Lagi Jadi Ayah

"Kak barusan saya test pack. Alhamdulillah positif..Sembilan bulan lagi sampean jadi abi..In shaa Allah..:)" Memang baru saja menyapa di perut ibunya. Belum genap sebulan. Masa-masa berat yang mesti dilewati dengan kesabaran. Semoga tidak ada halangan ataupun hambatan yang berarti. Selanjutnya harus mengatur aktivitas sebaik-baiknya sehingga dia tetap terpelihara hingga menjadi manusia seutuhnya dan hadir menyapa dunia. Amin

Dua Hari Cukup

Satu bulan berada berjauhan dan sudah saatnya waktu ini berdialog dengan cinta kembali. Membersamai hari-hari berdua bersamanya, kekasih hatiku. Aku meski sadar bahwa karena pertarungan ini masih berhelat maka tidak ada cukup waktu untuk menyapanya. Dua hari saja cukup untuk dia, untuk memupuk senyum dan bahagia dihatinya.

Dari Politik Ke Peradaban (part 1)

Semangat saya kembali ber-api membaca transkrip taujih @anismatta "Dari Politik ke Peradaban" dalam buku Integritas Politik dan Dakwah.Ini kira-kira isi taujih yang membuat saya bersemangat. Momentumnya tepat untuk membakar jiwa ditengah perang saat ini. Monggo dinikmati..Kedepan ada 3 cita-cita yang akan kita kejar, yaitu: cita-cita politk, cita-cita dakwah, dan cita-cita peradaban.

Dari Politik Ke Peradaban (part 2)

Cita-cita yang harus kita kejar yang ketiga adalah Cita-cita peradaban.Terjemahan implementasi dari apa yang disebutkan oleh Imam Hasan Al Banna sebagai cita-cita tertinggi dakwah kita,yaitu Ustaziatul Alam.Sementara sekarang peradaban barat tidak lagi mampu memberikan semua unsur yang diperlukan manusia untuk berbahagia.Sekarang ada kekeringan yang luar biasa. Sehingga yang dipikirkan oleh barat adalah mempertahankan hegemoni.

Merangkai Hidup Baru

#MerangkaiHidupBaru adalah episode baru yang aku adalah sutradara sekaligus pemainnya.Kenapa kok #MerangkaiHidupBaru padahal kan sudah 1 tahun lebih menikah? 1 tahun lebih menikah adalah episode yang berbeda karena muatan ujiannya berbeda.Kalau boleh aku ingin memberinya nama #MencariFormatHidup

Perjalanan Menuju Menang

Ingin mengurai satu demi satu cerita perjalanan #menang di 2014 ini. Karena ada banyak hikmah yang akan menjadi penguat langkah kedepan..Perjalanan ini harus dicatat karena ada pelajaran tentang perjuangan sungguh-sungguh kita untuk #menang..Kami ingin sefaham bahwa amanah berat ini adalah amanah semua..tugas saja yang beda..Masyarakat sudah tunggu bukti..semoga kami bisa amanah..Semoga ustad Nasaruddin diberi kuat,sehat, untuk penuhi dan perjuangkan hak rakyat.. Semoga istiqomah..Amin

Tebar Inspirasi Hingga Tak Terbendung

Tanggal 10 Mei 2014. Selamat Milad. Semoga usianya berkah. Semoga istiqomah. Semoga menjadi istri sholehah dan kemudian menjadi ibu teladan bagi anak-anaknya. Waktu-waktu belum habis untuk belajar semoga tetap mau belajar, semoga selalu memberi manfaat dimanapun, dan menjadi apapun. Tebar inspirasi hingga sekat tak mampu lagi membendungi arusnya.

Senin, 17 Januari 2011

UNTUKMU SANG MAFIA PAJAK (Potret Ketidakadilan Hukum di Indonesia)


Setelah beberapa hari yang lalu mengikuti berita tentang Bona Paputungan, seorang mantan Narapidana Lapas Gorontalo yang mencipta dan melantunkan lagu berjudul "Andai aku Gayus Tambunan", aku jadi merasa ingin tahu tentang lirik lagu tersebut. Barangkali ketika berbicara tentang lagu, sangat tidak asing bagi kita karena akhir-akhir ini banyak sekali artis yang awalnya jadi pemain film, beralih profesi menjadi penyanyanyi, tetapi untuk lagu yang satu ini begitu unik karena mengkritik carut-marut sistem hukum di Indonesia, dan penciptanya juga adalah seseorang yang pernah hidup di balik jeruji. Nah, mari kita perhatikan lirik lagunya :

11 Maret
Diriku masuk penjara
Awal ku menjalani
Proses masa tahanan

Hidup di penjara
Sangat berat kurasakan
Badanku kurus
Karena beban pikiran

Kita orang yang lemah
Tak punya daya apa-apa
Tak bisa berbuat banyak
Seperti para koruptor

Andai Ku Gayus Tambunan
Yang bisa bisa pergi ke Bali
Semua keinginannya
Pasti bisa terpenuhi

Lucunya di negeri ini
Hukuman bisa dibeli
Kita orang yang lemah
Pasrah akan keadaan

7 Oktober
kubebas dari penjara
Menghirup udara segar
Lepaskan penderitaan

Wahai saudara
Dan para sahabatku
Lakukan yang terbaik
Jangan engkau salah arah

Andai Ku Gayus Tambunan
Yang bisa bisa pergi ke Bali
Semua keinginannya
Pasti bisa terpenuhi

Lucunya di negeri ini
Hukuman bisa dibeli
Kita orang yang lemah
Pasrah akan keadaan

Biarlah semua menjadi kenangan
Kenangan yang pahit
dalam hidup ini

Andai Ku Gayus Tambunan
Yang bisa bisa pergi ke Bali
Semua keinginannya
Pasti bisa terpenuhi

Lucunya di negeri ini
Hukuman bisa dibeli
Kita orang yang lemah
Pasrah akan keadaan

Andai Aku Jadi Gayus. Lagu yang beredar di situs Youtube ini mengkritik begitu tidak adilnya penegakan hukum di Indonesia. Dengan uang, penegak hukum bisa dibeli dan membiarkan narapidana kakap seperti Gayu HP Tambunan bekeliaran ke luar negeri. Gayus mungkin salah satu dari banyak kasus ketidakadilan penegak hukum dinegeri ini yang coba digambarkan Bona dalam lagusnya, contoh lain Artalyta Suryani, kedapatan mendapatkan fasilitas mewah di dalam Rutan Pondok Bambu, tempatnya ditahan. Bukan hanya mendapatkan ruangan yang serba wah, Satgas juga menemukan yang bersangkutan sedang dirawat oleh seorang dokter spesialis. Ia memperoleh perawatan khusus dari dokter yang didatangkan dari luar Rutan. Luar biasa! Seorang terpidana yang menyeret nama Jaksa Urip dan petinggi Kejaksaan Agung, berada dalam penjara dengan fasilitas luar biasa, mulai dari pendingin ruangan, telepon, ruang kerja, bahkan ruang tamu. Ia juga kabarnya bisa ditemui dengan bebas oleh para asistennya.

Berbeda dengan Prita Mulyasari, seorang ibu dari dua orang anak yang masih kecil harus mendekam dibalik jeruji karena didakwa atas pelanggaran Pasal 27 ayat 3 Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dari pengakuannya, ia menjadi korban oknum perusahaan RS Omni International Alam Sutera yang memperlakukan dia bak sapi perahan. asien yang harusnya mendapat prioritas pelayanan kesehatan yang prima, justru menjadi obyek eksploitasi finansial dan bahkan jika apa yang diungkapkan oleh ibu Priya Mulyasari dalam email/surat pembaca itu benar , maka secara insitusi RS Omni Internasional melindungi oknum dokter yang melakukan mal-praktik. Pihak manajemen RS Omni telah menggunakan kekuasaan jaringan dan keuangan untuk mendukung perbuatan yang tidak semestinya.

Dan Contoh lain kasus Nenek Minah asal Banyumas yang divonis 1,5 bulan kurungan. Kasus ini berawal dari pencurian 3 buah kakao oleh Nenek Minah. Saya setuju apapun yang namanya tindakan mencuri adalah kesalahan. Namun demikian jangan lupa hukum juga mempunyai prinsip kemanusiaan. Masak nenek-nenek kayak begitu yang buta huruf dihukum hanya karena ketidaktahuan dan keawaman Nenek Minah tentang hukum. Saya tidak membenarkan tindakan pencurian oleh Nenek Minah dan mereka-mereka yang mempunyai kasus seperti Nenek Minah. Saya juga tidak membela perbuatan yang dilakukan oleh Nenek Minah dan mereka-mereka itu. Tetapi dimana keadilan hukum itu? Dimana prinsip kemanusian itu?. Seharusnya para penegak hukum mempunyai prinsip kemanusiaan dan bukan hanya menjalankan hukum secara positifistik.

Ketika menciptakan lagu ini Bona mungkin tidak pernah jauh berfikir akan implikasi ekspresi kekecewaan yang diceritakannya lewat seni menyanyi. Yahh mungkin karena ini Negara demokrasi sehingga semua bebas berekspresi. Beberapa hari setelah lagunya beredar di Youtube dia justru mendapatkan ancaman dari orang yang mengaku aparat kepolisian, dan tidak hanya Bona tetapi keluarganya juga di ancam akan diseret.

Siapapun oknum yang mengancam Bona; aparat sesungguhnya, orang-orang yang berdiri dibelakang gayus, ataukah orang yang hanya mencari sensasi dengan mengaku aparat yang pasti ekspresi ini sudah menjadi lagu lama di negeri ini, dan semakin membenarkan bahwa demokrasi hari ini hanyalah sebuah jargon kosong, demokrasi tanpa supremasi hukum tak ada nilainya, dan eksistensi Negara sebenarnya hadir untuk mengendalikan hak-hak individu yang bebas.

Mencintai Negeri ini harus kita buktikan dengan karya-karya berharga kita, prestasi-prestasi sekecil apapun itu harus kita hadirkan untuk menjaga kemerdekaan yang kita miliki. Jangan pernah mau merdeka dibawah baying-bayang orang lain, karena itu bukanlah sebuah kemerdekaan.

Apresiasi sebesar-besarnya disampaikan kepada Bona Paputungan. Semoga semakin menjamur orang cerdas dan kritis menyuarakan ketidakadilan dinegeri kita tercinta.

Kamis, 06 Januari 2011

SEKELUMIT TAUSYIAH DARI FAHRI HAMZAH

Kita disiapkan oleh dakwah ini untuk menjadi pemimpin bagi umat ini, pemimpin bagi wilayah yang menjadi tempat perjuangan kita. Dan semoga keterlibatan kita ini baik untuk dakwah. Banyak sekali kader-kader kita yang bahkan ada di DPP, menimbang-menimbang untuk tidak mengambil wilayah politik. Padahal kita berkuasa untuk amanah, kita menyiapkan kader-kader yang kuat, yang tidak bergeming oleh dunia, tidak bergeming oleh harta, dan kekuasaan. Tapi juga tidak menjadi bimbang hanya karena disuruh memakai sepatu. Satu hal bahwa kita berjuang bukan untuk kesenangan manusia, walaupun kita berada dikeramaian manusia kita tetap dalam keadaan jiwa yang sepi karena kita percaya hanya kita dengan Allah.

Jangan disorientasi, bergabung dalam politik tetapi tidak ingin bergabung dalam komunikasi-komunikasi politik, justru ini adalah kekeliruan dari apa yang menjadi pemahaman kita selama ini. Saya cukup mendengar kabar yang tidak enak ketika proses kaderisasi yang ktia lakukan tidak begitu berkembang. Padahal kesempatan untuk berdakwah hari ini lebih luas, hari ini kita melakukan dakwah ini seluas mungkin, kita sekarang memiliki wajihan yang banyak untuk melakukan rekruitmen. Mari kita berjuang untuk ini.

Kita harus optimisme bahwa rekruitmen ini harus dilakukan secara intensif. Saya sering katakan bahwa di DPD itu harus ada peta kabupaten, dan di peta-peta itu kita harus membuat gambar bahwa disetiap satu wilayah itu kita memiliki kader, dan bahkan di titik tertentu kita harus memberi warna tentang ukuran sejauh mana kedekatan kita dengan orang-orang yang ingin kita dakwahi, apakah orang-orang yang ada disekitar sudah kita silaturrahimi, dan sudah berapa orang yang kita rekrut. Apakah Bupati sudah dekat dengan kita. Silaturrahim harus kita lakukan apapun warna dan organisasi kita. Jika kita tidak memiliki kekuatan maknawiyah untuk bersilaturrahim dengan mereka maka ada kesalahan dengan iman kita. Iman itu adalah keyakinan bahwa yang kita lakukan adalah hanya untuk Allah SWT. Makanya jangan dibalik, hanya karena partai yang diopinikan macam-macam maka kita surut dan goyah menghadapinya. Perlu kita mengembangkan silaturrahim untuk menyelesaikan segala problem.

Setelah ada laporan dari ketua DPD saya senang dan selanjutnya kita harus membuat target-target yang kongkrit. Dan waktu kita masih banyak. Kesempatan dalam waktu 3 tahun ini harus kita rancang, bagaiaman caranya dengan waktu yang ada cukup untuk menyusun rencana dan strategi memenangkan perjuangan ini. Mulai dari membangun DPD sampai tanzim yang kokoh, Perlu kita tahu bahwa kita sudah berlalu lebih cepat dari partai yang lain, bahkan untuk verifikasi UU yang baru kita mendapatkan laporan dari seluruh DPD 100% kita sudah siap.

Selanjutnya bagaimana kita melakukan riayah terhadap kader kita, dan keluarga mereka. Ketua Majelis Syuro kita dalam salah satu taujih beliau menyampaikan satu tema taujih yang harus kita semua tahu, yang isinya adalah:

Dakwah diseluruh dunia sedang menolehkan pandangannya ke dakwah di Indnesia, karena dakwah yang kita lakukan tepat formulasinya dengan dakwah diseluruh dunia, Musyarokah yang kita lakukan sangat luarbiasa, pengembangan kapasitas juga sudah kita lakukan, jangan sampai dugaan orang terhadap kita lebih buruk dari keadaan kita hari ini. Dan sebaliknya, karena itu struktur harus bersiap-siap. Jangan sampai kita lebih buruk dari dugaan orang terhadap kita.

Kemudian kita harus mengintegrasikan pemikiran dakwah kita dengan kanyataan ditingkat lokal. Dengan ini kemudian kita harus melakukan beberapa hal
- Anggaplah dipunggung kita ada beban dakwah yang sangat berat sekali.
- Yakinlah kepada janji Allah. Banyak sekali, antaranya adalah seperti Az-Zumar. Keyakinan membuat kita terus bekerja.
- Iltizam kepada Islam yang syamil.
- Kita harus komit terhadap indonesia yang damai.
- Untuk berpolitik secara supel, jangan kaku, jangan mau menang sendiri, harus ada dialog, harus ada silaturrahim, kembangkan jiwa yang lapang, jangn selalu memasang muka yang masam, haluskan hati kita dengan bertemu dengan semua lini.
- Jaga kontinyuitas dakwah baik secara vertikal maupun horisontal.
- Jaga hasil yang telah kita capai. Riayah da’i, kader, Kita harus bagi tugas untuk meningkatkan kapasitas pribadi, Ini jamaah tempat ukhuwah dan pertautan kita perjuangkan.Ada warna dalam dakwah ini, dalam muwashofat kita itu yang mau dilahirkanoleh dakwah ini adalah kopasus-kopasus. Secara pribadi dia adalah kader yang kokoh. Kaderisasi harus benar-benar meraih muwashofat-muwashofat itu,..

DIA YANG MAHA TAHU (Kisah Sahabat 6)

Terlalu ambigu untuk kau fahami kawan,
Aku pun begitu,
Akhir sandaranku cuman satu,
DIA Yang Maha Tahu,
Pilihanku mengangkat bendera putih,
Berdamai dengan panglima organ ini,
Ada masa aku menjawab atas eksistensi diri,
Akan indah pada masanya..

LAWAN ARUS ITU (Kisah Sahabat 5)

Getaran indah terbuai jauh,
Atur ritme hatimu kawan,
Jangan biarkan dia mengalir mengikuti arusnya,
Lawan arus itu,
Temukan ada fikir dalam rasa itu,
Ada ilmu dalam kebuntuan itu,
Tapi aku kepercik nuansamu,
Aku terbawa dalam rasamu yang susahku terjemahkan,
Aku ingin sampai akhir mengantar kisahmu,
Tapi aku tak mampu menorobos kebingungan,..

AKU MENCARI BUKAN MELEMAH (Kisah Sahabat 4)

Aku tak ingin sayapmu lumpuh,
Tetaplah terbang,
Pantulkan bayangmu,
Aku?
Mencari bukan melemah,
Perjalanan ini tersandung kerikil nan lembut,
tapi bukan berarti aku meringis,
Kisah lama,
Saksi bukan penghalang,
Aku hanya takut merasakan getaran indah terbuai jauh,..

INIKAH AKHIR CERITAMU (Kisah Sahabat 3)

Adakah cerita lama yang pernah menggores hatimu,
Hingga kau tak berani menghadapinya kembali,
Aku justru tak mampu membaca kebingunganmu,
Sayap-sayapku seolah lumpuh seketika,
Aku ingin sekuat apapun badai menghadangmu,
Kau tetap kokoh berdiri sedia kala,
Kemana asa mu yang melangit,
Kemana semangat yang membakar jiwamu,
Inikah akhir ceritamu,
Biarkanku goreskan dalam perjalananku,..

AKU KELUH MENGURAINYA (Kisah Sahabat 2)

Aku keluh mengurai kisah ini,
Ditiap sudut aku meraba bias yang tersisa,
tapi tak aku temukan,
Terlalu naïf untuk mengakui rongga yang telah lama ku tutup,
Aku takut membukanya lagi,
Karena getarannya tak bias ku fahami,
Asa,
Aku bisa menjawab dengan lembut,
Bukan karena inginku tapi garis-Nya,
Hingga masa itu datang bukan karena aku jatuh,
tapi karena aku bangun.

AKU BERDIRI DIPERSIMPANGAN (Kisah Sahabat 1)

Senja ini,
Terbawa aku dalam auranya,
Redup segala yang bercahaya,
Lumpuh asa yang hampir menggunung,
Inginku hadir sedia kala,
Member cahaya pada semua yang menggelap,
Aku bak berdiri dipersimpangan,
Tapi aku seperti meratapi kisah ini,
Aku taku member warna pada kebimbanganmu,
Aku takut kau tak ikhlas menerima takdirmu,
Aku tertatih-tatih,
Aku empatis,
Aku juga tak mampu membaca warna hatiku,
Tak berani pula menuruti,
Aku ingin seperti sutra yang sekuat robot,
Biarlah kisah itu mewarnai perjalananku,
Dan tersenyum pada waktunya,
Walau hatiku terus berkaca-kaca,.

Selasa, 04 Januari 2011

BERBICARA TENTANG MASA DEPAN

Mengawali tahun 2011 aku mencoba mengetengahkan sketsa perjalananku selama setahun, goresan yang semoga merepresentasikan keluh-kesah, rasa yang bercampur, asa, dan cita-cita dahulu yang masih terus menjadi mimpi dengan menulis “Kepingan Kisah Yang Menjadi Memoar”. Dalam pada itu aku terus mengiringi mimpi-mimpi besar dalam setiap lompatanku, aku ingin meraihnya. Sembari terus berbicara tentang kepingan cerita perjalanan yang menjadi sebuah sejarah, aku ingin menatap masa depan dengan optimisme, aku yakin ditengah keredupan masa lalu itu aku temukan ruang masa depan yang lebih gemilang. Dan aku ingin hadir di masa depan dengan sebuah konsep yang lebih mapan, sehingga aku mencoba menyadari bahwa berbicara tentang memoar itu adalah langkah pertamaku menginjakkan kaki di ruang masa depan. Aku mencoba menjelajahi ruang fikir yang berbicara takaran ilmu tentang ruang masa depan, sehingga aku berfikir sangat pantas untuk menghadirkan Teori dan konsep Rijalul Imam seorang Ketua Umum KAMMI Pusat Periode 2009-2010, dan merupakan penulis buku Menyiapkan Momentum, dan bersama-sama dengan Aktivis KAMMI yang lainnya menulis buku Capita Selecta KAMMI: Membumikan Ideologi, Menginspirasi Indonesia (2010). Yang di elaborasi oleh Syamsudin Kadir dalam Merebut Masa Depan: Sebuah Refleksi Untuk Aksi (Sebuah Pengantar)--(aku kutip dari blog pribadinya yaitu akarsejarah.wordpress.com)dengan penjelasan seperti ini:

Menurut beliau Memprediksi dan menyusun rencana masa depan dapat digali dari teori-teori berikut ini. Pertama masa depan terletak di Masa Depan itu sendiri. Kedua, masa depan terletak di Masa Lalu. Ketiga, masa depan terletak di Masa Kini, dan terakhir masa depan terletak di dalam al-Qur’an.

Terletak di Masa Depan (prediksionisme)
Menurut Rijalul Imam, teori “Masa depan terletak di masa depan” menyatakan bahwa kenyataan masa depan itu belum terjadi dan hanya akan terjadi pada saatnya kelak. Karena belum terjadi, maka masa depan itu terletak di masa depan itu sendiri. Untuk mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan, alat ukur yang digunakan dari teori ini adalah melakukan prediksi. Dengan memprediksi, maka apa yang akan terjadi di masa depan dapat diduga.

Sebenarnya teori “masa depan ada di masa depan” ini adalah satu hal yang mutlak, namun persoalannya bagi kita yang ingin berjalan ke masa depan apakah hanya diam dan pandai memprediksi apa yang akan terjadi? Yang kita inginkan bukanlah menjadi pengamat masa depan an sich, lebih dari itu adalah menjadi pelaku di masa depan. Agar teori prediksionisme ini lebih aplikatif maka alat yang digunakan bagi para pelaku perubahan di masa depan adalah dengan melakukan perencanaan. Dengan menjalankan rencana maka sesuatu itu akan terjadi. Merencanakan lebih dari sekedar memprediksi. Merencakan adalah mewujudnyatakan sesuatu di masa depan, sedangkan memprediksi adalah menduga atau mengetahui sesuatu di masa depan.

Perencanaan adalah ilmu alat untuk lebih mendekatkan diri kita pada realitas masa depan. Walaupun kita tahu sebagai manusia yang lemah, bahwa apapun rencana kita, tapi Allah jualah yang menentukan. Allah berfirman, “Tidak ada seorang pun yang tahu apa yang akan terjadi esok hari.” (QS. Lukman: 34). Ayat ini menjelaskan bahwa perencanaan apapun mengenai masa depan bersifat nisbi, bukan mutlak, yang mutlak hanyalah Allah.

Memprediksi maupun merencanakan sesuatu dua-duanya bersifat nisbi karena ia adalah upaya untuk menggapai masa depan. Yang perlu digarisbawahi dalam perumusan masa depan bagi umat dan diri kita adalah menyandarkan segala tujuan itu hanya pada Yang Mutlak. Dengan menyandarkan diri pada Yang Mutlak masa kini dan masa depan, maka kita mendapat pencerahan yang jelas, karena arahannya satu dan tidak bercabang-cabang. Dengan menentukan satu tujuan (Objective) maka segalanya dapat diarahkan pada tujuan itu secara terpadu.

Di dalam surat al-Insyiqaq ayat 6, Allah telah menjelaskan bahwa sesungguhnya semua manusia tengah menuju pada-Nya disadari ataupun tidak. Bagi yang menyadarinya maka ia harus bersungguh-sungguh menyandarkan diri dan perencanaannya hanya pada-Nya, menuju-Nya, dan menjalankan dengan cara yang diinginkan-Nya.
Allah menginformasikan, “Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.” (QS. Al-Insyiqaq: 6).

Perencanaan membangkitkan umat dan bangsa harus disadari dalam rangka menuju dan karena-Nya. Dengan menyandarkan pada-Nya maka seluruh aktivitas menuju masa depan harus mengikuti alur yang telah dirumuskan dalam syari’ah(jalan)-Nya.
Bagi yang tidak menyandarkan diri pada dan menuju-Nya, maka ia akan mengalami apa yang digambarkan al-Qur’an sebagai berikut:

Dan barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka dia bagaikan jatuh dari langit, lalu disambar burung, atau dihempas angin ke tempat yang jauh. (QS. Al-Hajj: 31)

Orang yang tidak memiliki orientasi ketuhanan, ia akan selalu kebingungan, sering terombang-ambing, dan tidak ada tempat mengadu yang hakiki atas segala persoalannya, maka ia menjadi mudah goyah dan putus asa. Jadi, memprediksi masa depan dan merencanakan diri dan umat ke masa depan harus dengan mengikuti jalan dan informasi-informasi yang dikabarkan Tuhannya melalui perantaraan wayhu dan para utusan-Nya.

Terletak di Masa Lalu (romantisme)
Orang-orang Barat jika ingin mengetahui nasib sebuah bangsa di masa depan maka ia akan mempelajari masa lalu bangsa itu. Dengan mendeteksi fakta-fakta yang telah terjadi pada bangsa dan komunitas itu, dengan mudah dapat diduga akan seperti apa nasib bangsa itu di masa depan. Karenanya mereka sangat kuat penjagaan data-data dan arsip-arsip sejarah bangsa-bangsa. Karenanya juga mereka lebih mengenal bangsa itu melebihi para penduduk bangsa itu sendiri. Penduduk sebagai pelaku, biasanya abai terhadap apa-apa yang telah dilakukan oleh kaumnya sebelumnya, karena bagi mereka yang penting adalah hari ini dan esok hari. Tapi bagi kalangan orang-orang yang memiliki kepentingan politik, untuk menghegemoni suatu bangsa, mereka membaca ‘tubuh’ bangsa itu secara komprehensif dari masa lalu hingga masa ia hidup.

Dengan membaca masa lalu akan didapatkan keterangan-keterangan yang berharga, setidaknya dalam dua hal yakni: sesuatu yang tetap dan yang berubah-ubah. Karakter apa yang tetap pada bangsa itu dan pola-pola apa yang dapat berubah pada bangsa itu akan disikapi secara berbeda. Dengan mengetahui data-data pasti apa yang terjadi di masa lalu, mereka dapat melakukan intervensi sosial, ekonomi, politik, budaya, dan pemikiran dengan caranya yang kreatif. Seperti misalnya, apakah bangsa Indonesia adalah bangsa yang disiplin, jika ya maka pendekatannya adalah pendekatan formal. Sebaliknya jika bangsa Indonesia adalah bangsa penurut dan tidak efisien, maka ia akan dijajah dengan cara harus tunduk pada aturan mereka.

Teori masa depan terletak di masa lalu, cukup banyak digunakan dalam berbagai kesempatan baik dalam proses perencanaan diri maupun perencanaan organisasi dan negara. Dalam merencanakan diri, sebelum merumuskan visi yang ideal, maka perlu membaca sejarah diri terlebih dahulu agar ketika cita-cita ideal itu tidak tercapai tidak jatuh dengan keras. Makanya dengan membaca sejarah diri menjadikan diri kita lebih arif dan lebih realistis.

Bagitu pula dalam upaya membangkitkan umat yang sempat berjaya selama seribu tahun memimpin dunia, tapi karena pergerakan peradabannya mengalami deklinasi selama seratus tahun lebih, maka upaya penyehatannya tidak bisa satu dua tahun, perlu ada jangka waktu tertentu untuk mengalami terapi dan uji coba pengobatan.
Teori “masa depan terletak di masa lalu” ini disebutkan juga di dalam al-Qur’an surat al-Hasyr ayat 18 berikut ini:
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa-apa yang telah dipersiapkan untuk esok, dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hasyr: 18)

Ayat ini menganjurkan kita untuk melihat masa lalu yang sudah terjadi atau yang disiapkan untuk menuju masa depan. Dengan menganalisasi masa lalu akan didapat bagaimana format masa depan bangsa ini. Tapi jika kita tela’ah lebih lanjut penggunaan lafdziyah pada ayat ini, akan ditemukan bahwa ‘memperhatikan’ atau ‘melihat’ masa lalu itu tidak menggunakan lafadz ra’a (melihat), tetapi nadhara yang di antara varibel katanya adalah an-nadhariyah atau dalam bahasa kita diartikan teori. Lafadz nadhara adalah lafadz yang berarti melakukan teoritisasi. Jadi yang diperintahkan di dalam ayat ini adalah melakukan teoritisasi sejarah. Dengan melakukan analisis atau teoritisasi sejarah akan diketemukan tingkat kemampuan bangsa atau umat ini untuk bangkit kembali. Maka dari sanalah sejarah masa depan akan terbentuk.

Di sisi lain ayat ini juga memerintahkan kita untuk melakukan perencanaan diri menuju masa depan itu. Sebab masa depan itu hanya akan ditemui oleh para pelaku jika ia merencanakan diri. Jadi masa depan sebetulnya adalah kumpulan perencanaan yang mengalami kesepakatan-kesepakatan, benturan-benturan, dan kompromi-kompromi. Ustadz Anis Matta mengatakan jika memperhatikan secara seksama, “bahwa ayat pendek ini diapit oleh dua perintah bertaqwa dua kali, itu artinya bahwa ekspresi terkuat dari ketaqwaan adalah merencanakan diri.”

Terletak di Masa Kini
Madzhab yang mengatakan bahwa masa depan terletak di masa kini adalah madzhab realis. Yakni bahwa masa depan yang kita bicarakan itu adalah masa kini itu sendiri. Juga yang dimaksud dalam pandangan masa depan terletak di masa kini itu adalah bahwa apa yang dilakukan di masa kini akan berdampak pada realitas yang akan berkembang kemudian di masa depan. Tradisi yang diujicobakan saat ini lama kelamaan akan menjadi karakter yang terbawa-bawa hingga ke masa depan. Kenyataannya memang demikian, karena jika pun kita memiliki rencana yang teratur rapi dan sistematis jika tidak diaplikasikan rencana itu tidak akan mewujud nyata. Oleh karena itu, perencanaan di masa depan sangat ditentukan oleh kenyataan hari ini.

Teori masa depan terletak di masa kini menjelaskan bahwa apa yang terjadi di masa depan tergantung dengan usaha kita saat ini. Ustadz Hasan al-Banna mengatakan bahwa, “Hari ini adalah hasil dari mimpi kita kemarin, dan masa depan adalah hasil mimpi kita sekarang”. Persoalannya apakah kita memimpikan sesuatu yang akan terjadi di masa depan dan bekerja penuh untuk mewujudkannya. Maka jawabannya jika kita bermimpi dan bekerja, masa depan akan terbentuk oleh kenyataan hari ini. Demikianlah bagi mereka yang menjalankan hidup dengan visi besar dan perencanaan, ia akan menjalankan hari-harinya dengan bermakna. Dan dia akan selalu waspada jika apa yang sudah direncanakan itu akan mengalami kegagalan. Oleh karenanya mereka yang menjalani hidup hari ini-nya dengan penuh makna akan menkimati proses dan perjuangan yang berliku. Dan karenanya pula ia harus bersabar menjalankan proses itu. Allah berfirman:
Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu. Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman akan melihat pekerjaanmu. Dan kamu akan dikembalikan kepada yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata; maka Dia akan memberitakan kepadamu tentang apa yang kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah: 105)

Berkenaan dengan ayat di atas, yang terpenting bagi kita sebagai makhluk yang tidak tahu kapan jadwal ajal tiba adalah bekerja dan bekerja, beramal dan beramal. Dan amal yang kita kerjakan bukanlah amal yang sia-sia melainkan amal yang memiliki nilai yang nggul. Nilai yang unggul ini sebenarnya bisa karena banyak faktor, di antaranya adalah niat (visi) maupun kualitas kerja dan manfaatnya itu sendiri.

Kerja yang visioner mungkin dapat kita ambil contoh tentang tiga orang badui Mesir di zaman kuno yang tengah mengangkat batu. Ketiga-tiganya mengangkat batu yang sama beratnya dengan keringat yang sama derasnya. Tapi ketika ditanya, tampak perbedaan niat atau visi kerjanya, dan dari sinilah justru kualitas nilainya dapat diperhitungkan. Coba perhatikan bagaimana mereka menjawab pertanyaan yang sama ini:

“Apa yang sedang anda kerjakan wahai budak?” Budak pertama menjawab, “Apa kamu tidak melihat saya sedang kelelahan mengangkat batu berat ini?” Setelah budak pertama lewat, budak kedua ditanya lalu dia menjawab, “Aku sedang membangun piramida.”
Lalu, budak ketiga ditanya juga setelah budak kedua lewat, dia menjawab begini, “Aku sedang membangun peradaban Mesir.”

Coba bandingkan, dari satu pekerjaan yang sama ditanya dengan pertanyaan yang sama tapi dijawab dengan jawaban yang menunjukkan kualitas yang berbeda. Kira-kira mana budak yang visioner dan sangat memaknai hidup hari-harinya itu? Saya yakin masing-masing kita bisa menjawabnya dengan cerdas.

Jadi, masa depan terletak di masa kini erat kaitannya dengan visi dan impian kita serta usaha kita untuk mewujudkannya, sesederhana apapun yang kita lakukan ia akan berdampak kepada alam masa depan kita.

Terletak dalam al-Qur’an
Terakhir, setelah kita mengetahui masa depan terletak di tiga masa: lalu, kini, dan esok, kita perlu meyakini bahwa masa depan juga terletak di dalam al-Qur’an. Ada pendapat yang mengatakan bahwa ayat-ayat yang ber-asbabun nuzul, konon mengisyaratkan akan terjadi pengulangan dalam alam kenyataan di masa kini dan masa depan. Sejauh mana tingkat kebenaran proposisi ini perlu ada riset yang dilakukan untuk mendeteksi ‘pengulangan’ kejadian itu dalam rentang 1400 tahun pasca wahyu turun. Allahu a’lam. Yang jelas masalah masa depan dan kaitannya dengan asbabunnuzul ini termasuk masalah yang ghaib.

Yang dimaksud dengan masa depan terletak dalam al-Qur’an adalah bahwa al-Qur’an merupakan firman Allah yang dijadikan sebagai petunjuk bagi semua manusia. Dari zaman Nabi Muhammad saw. diutus hingga umatnya di akhir zaman al-Qur’an akan selalu relevan dan menjadi panduan yang dapat membimbing manusia pada jalan kebenaran. Di dalam al-Qur’an juga termaktub informasi-informasi bersejarah, fakta informasi al-Qur’an menginformasikan kekalahan dan kemenangan Romawi dijelaskan dalam surat ar-Rum, dan itu semua disaksikan sendiri oleh para sahabat Nabi. Hal ini bisa kita pahami dari penjelasan Allah pada bagian awal surat ar-Rum.

Dalam konteks kita sebagai umatnya di akhir zaman, apa yang diinformasikan dalam al-Qur’an sesungguhnya adalah informasi berharga dalam merekayasa masa depan. Bisa jadi ayat-ayat yang dikatakan ayat masa depan itu karena keterbatasan manusia memahaminya, seperti langit ini bagaikan bunga mawar yang merah, di masa lalu tidak dapat dipahami, tapi di era sekarang baru diketemukan dengan teknologi astronomi yang canggih. Begitu juga dalam aspek historis dan empirikal kehidupan manusia. Al-Qur’an mengabarkan bahwa goncangan alam dan kerusakan lainnya adalah diakibatkan oleh tangan-tangan manusia, dan kabar-kabar lain yang jika diteoritisasi ayat-ayat itu akan ditemukan fakta bahwa al-Qur’an menjadi pembimbing yang paling relevan untuk pengembangan umat manusia di masa yang akan datang.

Berkenaan dengan proyek peradaban di masa yang akan datang yang akan dihadirkan oleh umat Islam, sesungguhnya al-Qur’an telah mengabarkannya empatbelas abad yang lalu. Namun bisa jadi dalam kondisi kita yang belum melihatnya secara kasat mata maka hal itu menjadi bab keyakinan tersendiri bagi kita: tinggal apakah kita meyakininya ataukah tidak, lalu bagaimana kita mewujudkannya. Begitulah gaya al-Qur’an menghendaki agar kita bekerja dan merancang kebangkitan umat ini dengan kehendak al-Qur’an. Seperti kabar gembira bagi kaum muslimin dan umat manusia bahwa masa depan muka bumi ini akan diwariskan pada orang-orang shaleh sebagaimana termaktub di dalam surat al-Anbiya’ ayat 105:

Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam Az-Zikr (Lauh Mahfuz), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh.
(QS. Al-Anbiya’: 105)

Minggu, 02 Januari 2011

KEPINGAN KISAH YANG MENJADI MEMOAR*

Kepingan-kepingan kisah inilah yang menjadi teman paling mengerti tentang suasana hati dan hadapanku selama ini. Disaat aku menjaga jarak dengan kerumunan manusia yang berproses untuk hidup, aku menemukan sudut alam yang mendengarkan suara lirihku tentang nyanyian hidup ini. Lompatan-lompatan hidup ini begitu terasa, gesekan, benturan, dan dialognya begitu bermakna, selalu memberi ruang untuk menerjemahkan setiap pesan yang merapat bersama pertanda-pertanda yang ditunjukkan oleh makhluk yang selalu berharap ada makna dalam perjalanannya. Angin, pepohonan, daun-daun selalu bersekutu dalam mengantarkan kalimat-kalimat mulia yang mencerahkan, pesan-pesan berharga yang mendamaikan. Pantai, pasir, dan ombak pun selalu bernyanyi memberi irama dan menyentuh relung hati terdalam, menyejukkan memang, membuka ruang inspirasi yang luar biasa untuk berkarya, dan berproses untuk memberi makna pada setiap kisah yang sedang digores oleh para sahabat yang lain. Ini kisah harus di apresiasi, harus diabadikan dalam memoar kehidupan, jangan hanya berfikir tentang apa yang kita lantunkan hari ini tentang hidup tetapi coba membuka ruang prediksi tentang masa depan yang ingin kita kejar, sehingga memoar ini adalah bagian terkecil dalam menafsir masa depan yang ingin diraih.


Pergantian tahun bukanlah hal baru tetapi sesuatu yang menjadi mesti didalam perputaran waktu, karena perubahan tahun adalah sesuatu yang biasa maka kita harus menciptakan hal-hal yang luar biasa dalam mengantarkan perubahan tahun ini. Tentu berfikir tentang masa-masa kelam dahulu hanya membuat kita gagap melihat masa depan kita, sehingga harus ada ide untuk membuat semuanya lebih berwarna. Masa lalu memang bukan sesuatu yang indah untuk ditempati tetapi masa lalu atau sejarah yang telah kita goreskan dahulu bias menjadi romantisme, optimisme, dan bahkan menjadi prediksionisme dalam meraih keemasan di masa yang akan datang.


Tentu sesuatu yang telah kita lewati bersama dahulu tidak mungkin mengalir tanpa makna, mengalir tanpa ada nilai-nilai yang bisa kita petik, dan tak mungkin semua juga terjadi tanpa proses panjang, kecuali kita adalah orang-orang yang polos melihat siklus hidup ini. Hidup kita ini adalah scenario terbesar yang pernah ada, dan ceritanya juga tidak pernah sama, landasan fikir, dan ilmu yang mengantarkan kisah masing-masing orang sangat berbeda berdasarkan latar belakang masing-masing. Sehingga perlu membuat memoar yang menjadi sketsa perjalanan yang bisa menjadi ukuran sejauh mana kita melompat, dan beberapa kali lompatan itu tidak sampai pada ujung yang ingin kita capai. Tetapi itu tidak mejadi masalah, selama kita selalu bergerak dan berproses untuk menemukan makna dalam hidup kita maka akan selalu ada nilai lebih bisa kita gambarkan pada masa yang berbeda setelah kita. Yang tidak benar adalah kita berdiam diri dan tidak berproes menemukan jalan-jalan, dan ruang-ruang kita menuju gerbang sukses yang belum perna kita temui sebelumnya.


Kawan, perjalanan setahun terasa seperti sekejap mata, semakin dekat rasanya akhir waktu yang dijanjikan-NYA. Coba kita maknai perjalanan kita di masa yang telah meninggalkan kita, kita sepertinya perlu jujur untuk membuka diri sejauh mana mimpi-mimpi dahulu terekayasa menjadi sebuah kenyataan, atau minimal sedekat apa mimpi itu terasa akan menjelma menjadi realitas yang indah untuk dipandang. Mari berkaca pada cermin kehidupan. Mari bersama melihat kembali rekaman tahun kemarin. Aku mencoba membuat memoar untuk menjadi cermin diri dan menjadi cermin bagi sahabat-sahabat yang sedang berjuang dimanapun itu.


Awal tahun 2010, aku rasa adalah masa-masa sulit bagiku. Aku sedang melalui proses klimaks dari perjuanganku di kampus biru. Setelah sekian tahun aku mengembara di setiap sudut perjuangan di medan ini, kini saatnya aku melewati tantangan terakhir. Disisi lain aku ingin membuat sejarah pada perjalananku bersama rumah para pejuang, aku ingin mempersembahkan pengabdian terakhirku. Nah dua hal ini membuatku semakin bersemangat untuk membuat sejarah pertama dalam hidupku. Walaupun begitu sulit untuk difikirkan dan benturannya begitu keras dalam mengarunginnya aku berhasil mencapai tepi samudera itu. Tentu selalu ada pengorbanan disana, pengorbanan yang kita lakukan juga sebanding dengan sebesar apa cita-cita yang ingin kita kejar. Alhamdulillah aku berhasil membuat sejarah itu, ternyata memang benar ketakutan kita terhadap masa depan justru menutup ruang ikhtiar kita untuk menembus batas-batas kemampuan kita. Aku berhasil melewati tantangan ini, sejenak aku berkata “selanjutnya aku akan terbang kelangit impian”.


Bulan kedua di tahun 2010, saatnya aku mengumpulkan kembali energy-energi yang hilang bersama pengembaraan selama ini, aku melepas kepenatan, aku menanggalkan baju-baju beban yang selalu aku kenakan kemanapun aku melangkah. Aku mulai merangkai mimpi untuk menghadapi masa transisi terbesar yang akan aku alami setelah selama hampir 7 tahun aku mengenakan almamater tercinta. Aku sedang mengira-ngira dan menggambarkan tentang kisah apa yang akan aku alami dikemudian hari.


Bulan Maret, terasa semakin sayup. Aku merasa sedih bercampur bahagia. Medan juang ini akan aku tinggalkan, dan medan baru akan aku hadapi, berhelatannya tentu sangat berbeda, aku akan mengalami proses adaptasi panjang untuk melewati tantangan-tantangan baru esok hari. Tiba saatnya aku harus pergi dan meninggalkan Malang dengan sejuta kisah, aku harus mempersembahkan ungkapan terimakasih untuk mewakili rasa yang selama ini ada. Rumah para pejuang, kampus tercinta, dosen-dosen yang mulia, saudara-saudara yang selalu menjadi inpirator, motivator, orang-orang yang pernah singgah di hati kecil ini, warung-warung kopi yang siap mendengar mimpi-mimpi yang sedang dirangkai oleh para pejuang, dan jalan-jalan yang selalu siap dilewati selama menggores kisah ini bersama orang-orang yang berjuang dimedan ini. Selamat tinggal malang!


Bulan April juga menjadi masa-masa yang berat dalam perjalananku ditahun ini. Aku sebagai seorang mantan mahasiswa, yang selama ini perhelatannya selalu dipanggung-panggung kampus, menjelajah intelektualitas demi mencari makna yang berserakan, berhadapan dengan orang-orang yang penuh idialisme sekarang harus hadir dengan wajah yang lain, menjadi rakyat biasa. Kekhawatiran-kekhawatiran dahulu menjadi obsesi pengantar tidur, banyak kisah dinegeri yang sedang ku tempati ini tentang gugurnya para pejuang, baju-baju kebesaran penuh idialisme itu harus ditanggalkan demi hal-hal yang profan, terhenti langkah mereka hanya karena realitas yang heterogen-diluar zona nyaman mereka, histeris mereka menghadapi hegemoni alam dimedan yang sudah lama mereka dibesarkan tapi hadir dengan wajah garang dipanggung baru tempat perhelatan itu terjadi. Tapi itulah tantangannya, gugur berarti menghapus segala kenangan terindah selama ini, tergilas berarti menggores wajah proses yang selama ini meraup waktu, tenaga, fikiran, dan nilai yang dijunjung tinggi. Aku harus kuat!!! Aku harus mencari rumah tempat berlindung supaya tidak terbawa oleh banjir kehidupan ini. Ikhtiarku menemukan jalan menuju ketenangan hati dan fikiran, aku duduk bersama orang-orang yang selalu terjaga hati, niat, dan orientasinya tentang hidup ini. Akhirnya hipotesa buruk tentang cerita para aktivis dimedan baru ini terbantahkan, aku siap berjuang,.!!


Dibulan Mei, aku mulai mendialogkan keinginan-keinginan dengan realita-realita yang aku alami di negeri sendiri. Aku mencoba mentabulasi ruang-ruang yang membentangkan rizki dari-NYA. Sembari menemukan kongklusi dari pilihan-pilihan ini, aku diam seperti tak mampu bersuara, beryanyi tentang apa yang mencekam gerakku, yang pasti langkahku tak seindah dan sebebas dahulu, aku melihat dunia seperti ukuran rumah masa depan yang berada dibalik susunan papan dan dihantui kegelapan. Tapi ada satu hal yang membuatku menemukan ruang optimisme dan batu lompatan untuk menuju jalan-jalan masa depan yaitu menulis. Buku dan pena mampu hadir dan menjadi teman terbaik dikala itu, mereka tak pernah protes dengan apapun keluhan kita, apapun celotehan kita, apapun keluh tangisku saat itu, mereka sungguh mengerti. Nah aku menemukan cahaya di tengah keredupan alam yang aku diami saat itu, hingga kini cahaya itu terus menunjukkan jalan terang kemanapun kakiku melangkah. Aku mulai berdamai dengan realitas yang aku hadapi saat itu, mereka ibarat kawan lama yang tak pernah dilirik tetapi hadir dengan segala kesempurnaannya, memberi dan menerima disaat kita membutuhkannya. Tetap semangat,..!!!


Bulan berikutnya benar-benar menguji nyali dan menguji proses yang sudah kulewati sebelumnya. Aku dihadapkan pada agenda PEMILUKADA, dan pilihan besar dalam hidupku. Ditengah-tengah kesibukan merapatkan barisan dan kerja-kerja demokrasi ini aku juga dipaksa untuk mikir berat, hasrat untuk menyempurnakan agama begitu kuat bersama hikmah dan keutamaannya. Kerja PEMILUKADA mengantarkanku pada sudut pulau yang ada disebelah barat; jalannya yang masih belum diperbaiki, jarak yang begitu jauh, medan yang begitu menantang, dan aku bersama beberapa mujahid melewati itu dengan kemampuan seadanya. Tetapi terlepas dari itu semua jalan ini mengantarkan pada titik sejarah yang belum pernah aku lalui sebelumnya. Okey aku lewati ini. Setelah proses ini mengalir dan berakhir, aku harus menguras fikiran untuk berbicara tentang menyempurnakan agama, aku temukan ruang yang sedang menyapaku, aku merasa jalannya semakin dekat menuju tenda kebahagiaan, semua mengamininya, semua membuka jalan itu, tetapi pada satu kesempatan pertandanya tidak begitu bersahabat, semangat dan notasi nyanyian kita berbeda, ternyata kita sama-sama melewati satu jalan tetapi harus berpisah pada persimpangan yang membelah dua, secara gradual pintu itu tertutup, dan menyapa keindahan di nuansa yang lain. Tak ada yang berkaca dan menangisi karena semua adalah proses yang sangat biasa, semua hanyalah lompatan-lompatan kecil yang harus disimpulkan menjadi bagian dari ikhtiar menuju keberhasilan. Nah akhirnya langkah ini terasa sangat pelan sembari mengatur iramanya. Aku ingin merangkai mimpi-mimpi yang lebih realistis dengan dunia yang dipijak, tidak ingin terlalu tinggi menatap langit sementara tangan tak mampu menjangkaunya.


Bulan Juli adalah bulan yang penuh hikmah dalam perjalananku. Aku merasa majelis itu semakin meyakinkanku tentang kuatnya melewati samudera ini, karena siraman-siraman penyejuk hati itu membuat langkah-langahku semakin lincah di medan ini, aku jadi merasa sangat perlu mengencangkan ikat pinggang dalam menemui benturan-benturan terbesar di percaturan ini, aku berani melompat setinggi apapun kalau seperti ini, aku siap menghadapi seburuk apapun proses ingin mengajarkanku tentang kehidupan ini. Sekencang apapun aku berlari mengejar citaku tetapi ritmenya selalu aku jaga, aku pelihara, dan ku biarkan ketika tantangan menghadangnya. Dan disaat itu aku harus bernostalgia dengan kota penuh cerita dan kenangan-kota Malang. Sejenak aku tinggalkan Dompu dan cerita yang sedang dimulai, aku harus ke Malang, aku sambut seruan bahagia di akhir perjalananku dikampus biru. Dalam hatiku berkata “Malang, kota seribu cerita buatku, kini aku kembali padamu, sejarah yang pernah tergores semoga kembali menjelma menjadi warna baru buat ceritaku dihari esok, dan ini indah, seindah nuansa hati yang selalui diwarnai cinta, cinta Sang Pemilik Cinta”. Aku sampai di kota Malang, semua memori itu di review--dihadirkan dihadapan realitas yang sedang aku lalui, kemudian pakaian kebesaran para mahasiswa begitu melekat juga ditubuhku, aku bangga dikala berdiri bersama orang-orang yang sedang memetik hasil karya terbesar yang dikejarnya sampai bersimbah darah di kampus ini. Aku sukses dan berhasil menuju ujung jalan ini, dibatas waktu yang telah kutentukan, sekarang tiap detik ku hitung ku rasakan detakannya semakin dekat dengan waktu-waktu perpisahan, air mata ini mengalir menetesi setiap jalan pulang yang kulalui, dan yang pasti ini menjadi kenangan terindah dalam album perjuanganku. Selamat tinggal Malang, entah kapan aku akan bersua kembali bersamamu…


Setelah kembali untuk mengabdi di desaku, Ramadhan menyambutku dengan penuh cinta. Aku ingin ramadhan kali ini lebih baik dari sebelumnya, aku ingin hari-harinya ku muliakan bersama amal-amalku, ibadahku, dan kerja-kerja berharga dalam hidupku. Di ramadhan ini beberapa momentum indah terjadi; ada Basic Training Pelajar Islam Indonesia (PII) walau aku tak ikut menyelam disana, aku yang pasti mengambil bagian peran yang lain yang tidak disentuh oleh teman-teman. Dan ada waktu untuk bermunajat lebih banyak bersama Pemilik diri dan kehidupanku yaitu Allah Rabb sekalian alam. Sesekali harus mengumpulkan jejak orang-orang dahulu yang pernah membuat sejarah dijalan dakwah ini, jalan itu yang terus coba disusuri hingga akhirnya mengangkat kaki di bumi ini.


Dibulan September, Oktober, November aku menemukan jalan yang membuatku sedikit bisa tersenyum, bahwa teka-teki hidup ini mulai hadir dengan warna yang cukup membahagiakan, aku mulai belajar untuk bertanggung jawab tentang sesuatu, aku merasa ini materi kuliah tentang menjadi orang tangguh, aku mulai belajar tentang itu, aku ingat satu ungkapan bahwa waktu yang sulit tak pernah bertahan selamanya tetapi orang yang tangguh akan bertahan selamanya. Ini awal waktu aku merangkai rasa untuk menjadi orang yang siap berjuang untuk hidupku, tak ada lagi kata menggantungkan diri sama orang lain atau siapapun, saatnya merangkai dan melewati mimpi diri untuk sebuah cita besar di masa yang akan datang. Selama 3 bulan aku melakukan proses member makna pada orang lain, mentransformasi sesuatu yang sudah menjamur dalam otakku, sampai tanggung jawab itu selesai pada masa nya, Aku kemudian tak mungkin berdiam dalam rentang waktu ini tetapi terus mencari dan menemukan makna yang bisa diberi pada orang lain, saudaraku yang lain, mereka yang selalu berharap ada cinta dibalik kekerasan hati mereka, saatnya memang kita memberi pencerahan pada alam, dengan cara apapun selama waktu dan kesempatan itu ada.


Dipertengahan bulan November aku menemukan peluang terbesar yang pernah dilalui oleh saudara-saudaraku sebelumnya sehingga menyentil saya juga ikut merapatkan diri ke sana, mencari sesuap nasi dengan proses yang sangat eufimistik, aku kejar semampuku, aku raih sebisaku, walau dalam doaku meminta yang terbaik dengan standarNYA. Dalam jedah proses ini aku terus mengembara mencari nilai sejarah yang bisa menguatkan langkah-langkahku, ada tiga sosok penting yang menginspirasiku kala ini, mereka memberi tetesan warna yang berbeda dengan warna yang ku goreskan dalam kisahku selama ini. Siapakah mereka?mereka yang pasti bukan orang sembarangan, mereka adalah pejuang tangguh dimasanya. Pertama, dia adalah seniorku dahulu ketika dikampus, dia yang selalu member petuah-petuah berharga, petuah itu seringkali sangat khas dan tak pernah ku temui dari siapapun, dia juga terkadang melihat sesuatu yang biasa ku lihat dengan sudut pandang yang berbeda, dan seringkali sangat menyempurnakan, sangat cocok dengan performa yang selama ini melekat dalam pribadinya. Kedua, dia adalah orang baru yang ku temui, tidak sering hadir tetapi beberapa kali berbagi khasanah cukup kuat dengan keidiriannya yang dibentuk dari organisasi normatif, dia cukup kuat dan matang berbicara konsep perjuangannya yang transformative. Ketiga, dia adalah orang yang kutemui di jejaring sosial, sengaja ku abadikan alamatnya, ku susuri ia hingga jalan-jalan kecil, sampai ku temui dia ketika itu berada di markas perjuangannya, mendengar suaranya sangat tergambar sosoknya yang luar biasa sebagai pejabat dan pejuang rumah yang dibangun tahun 1998. Satu hal mungkin yang memantik arus diskusi yang terus mengalir hingga kini adalah pikiran positifnya yang tak pernah terkotori oleh ketakutan dan kecurigaan yang berlebihan tentang orang baru yang mengusiknya. Sejak itu banyak hal yang membuka dan mendobrak cara berfikirku yang parsial tentang pejuang dan markasnya. Dalam beberapa perhelatan bersamanya memang dia tak pernah menghadirkan jurus-jurus yang mematikan dan ilmu kanuragan yang luar biasa, tetapi kemampuannya mendengar dan menghargai perbedaan proses masing-masing serta kebijaksanaanya melihat hidup membuatku begitu ingin mengabadikannya dalam karyaku.Kau hebat saudaraku!!kau satu diantara seribu. Dalam perjalananku ada banyak orang yang berwarna sama denganmu tetapi karena ilmunya yang begitu luar biasa membuat mereka menutup ruang-ruang kebaikan, menghujat hal-hal yang sedikit berbeda dengan mereka, menghindari perbedaan yang sebenarnya menjadi pelangi yang sangat indah diperjalanan ini. Tetapi kau membongkar generalisasiku yang menyapu rata semua orang yang seirama denganmu. Tetapi satu hal yang terkadang membuatku sedikit gerah denganmu, kau tak pernah ingin membagi khasanah berharga yang sudah kau kumpulkan selama penjelajahan dalam medan perjuanganmu. Tetapi inilah yang sesekali membuatku harus berkata ‘kau seperti padi’. Semakin tinggi ilmumu semakin membuatmu harus merendah, dan itulah justru bacaanku semakin kuat tentang kekayaan khasanahmu yang luar biasa. Semoga kalian semua selalu menemukan jalan terbaik disetiap pilihan berat yang sedang kalian hadapi!
Dan proses mencari sesuap nasi berakhir di pinggir jalan yang sering dilewati oleh orang-orang yang berjuang dalam hidupnya. Aku menyapa mreka dengan penuh harap mereka mau berbagi ilmu denganku. Setelah prose situ usai, maka tidak harus berhenti dipersimpangan ini tetapi harus mnemukan jalan lain untuk berkarya dan terus mencari makna hidup ini.


Bulan Desember, detik-dtik akhir tahun yang penuh teka-teki, penuh keajaiban. Setelah tidak mendapatkan tempat menjadi aparat Negara, saatnya membaca pertanda-pertanda lain dari alam. Aku harus melihat peta untuk membaca symbol mana yang bisa dijejaki. Perjuangan ini belum berakhir, baru memulai, dengan ruang-ruang yang masih terbentang luas. Aku sangat yakin bahwa Allah memiliki scenario terbaik dan pilihan terbaik yang akan kita hadapi, DIA Maha Mengtahui sejauh mana potensi dan kemampuan kita, sehingga pemberian-pemberiannya sesuaikan dengan takaran itu. Tepatnya tanggal 28 Desember 2010, aku di berikan ruang untuk berekspresi sesukaku di medan baru ini, aku nyaman disini, tetapi aku melihat tantangan besar yang akan aku hadapi esok. Tentu gesekan-gesekan akan aku alami disini, mudah-mudahan optimisme yang mengakar dalam diriku menjadi jalan kemudahan yang Allah berikan kepadaku. Dan diakhir perjalanan tahun ini aku merasa perlu memulai untuk membuat memoar, yang menjadi potret perjalananku setahun ini, tentu ada banyak pelajaran yang bisa ku petik selama ini. Semoga kebaikan-kebaikan, kemenangan-kemenangan kecil, prestasi-prestasi yang aku raih di tahun ini menjadi batu lompatan untuk meraih asa yang mengakar dalam jiwaku selama ini.


Selamat datang tahun 2011, cita-citaku yang masih berserakan semoga bisa ku kumpulkan menjadi satu karya di tahun 2011. Semoga doa-doa yang belum terkabul menjadi kenyataan ditahun ini, empat hal yang menjadi visi terbesarku yaitu kerja profesional, agama yang sempurna, konsistensi, dan karya nyata, menjadi kenyataan yang bisa ku petik diakhir tahun nanti. Allah mendengar doa hamba-Nya, dan tak akan ada yang menjadi kenyataan tanpa restu dan izin dari—Nya. Semoga dikabulkan. Amin.
Semangat!!Allahu Akbar!!!!


*Tanggal 01 Januari 2011, tepatnya pukul 00.15 WITA
Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. Amin