`

`

Menulis bersama Cinta

Aku akan menulis bersama cinta. Itu kalimatku. Ini langkah pertamaku untuk memulai merangkai kembali segala ide ini. Semoga memberi manfaat pada kita semua. Memberi manfaat pada dunia.

Usiamu Bertambah, Cinta

Perasaan menemukan ruang untuk menulis ini ketika aku harus memikirkan satu ruang untuk menempatkan ucapan “Selamat Milad ke-23” kepada dikau, istriku sepanjang sejarah.

Dia Hadir Lagi

Malam ini kenapa rasanya ia hadir lagi mengisi ruang rindu ini. Setelah setahun lebih dia meninggalkan kami dengan senyum kasih sayangnya. Entah apa gerangan yang membuat air mata ini tiba-tiba menetes di sudut mataku. Tiba-tiba aku merindukannya.

Menikah Mengajarkan Banyak hal

Menikah seharusnya difahami sebagai lompatan menuju keridhaan dan surga Allah yang tidak pernah putus kenikmatannya. Maka dalam melewatinya semestinya bertabur amal sholeh.

Memaknai Tahun Baru 2014

Silahkan tulis mimpimu. Yakinlah bahwa ini hal terkecil yang bisa kita lakukan untuk merubah keterpurukan menjadi kebangkitan. Kita tidak akan sampai di ujung titik kesuksesan jika kerja-kerja yang kita lakukan hanyalah berhenti pada kesibukan kita mendefinisi makna fundamental tentang hadapan kita saat ini.

Hanya Ingin Menulis

SAYA INGIN MENULIS. Adalah sebuah cita-cita akan perubahan yang pelan tetapi pasti. Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan.

Jejak Usia Menuju 29 Tahun

Sesaat,waktu seolah memberi ruang untuk berkontemplasi panjang,memandangi kembali jejak dan sisa perjalanan yang telah dilewati

Bunda Tersayang, Semangat dan Inspirasimu Selalu Hidup

Semoga semangat dan inspirasimu selalu hidup sampai generasi kami menggantikan peran-peran ini. Dan semoga Allah meridhainya. #Bundatersayang.Spesial untukmu #Bundatersayang, bahwa semoga Allah mengampuni dosamu dan menempatkan engkau ditempat yang terbaik. Amin

Catatan Perjalanan Ber-LSM

Sekedar mengenang jejak #berLSM yang telah setahun tidak ku geluti lagi.#berLSM Gerbang baru, tempatku menemukan warna-warni aktivitas yang tak asing.Aktivitas #berLSM memang fase tetapi bagiku untuk beberapa hal adalah seperti melanjutkan perjalanan. #berLSM itu; penuh dengan ruang-ruang dialektika,motivasi mengembangkan diri,dan egaliter.Ya sudah pasti kita bisa memelihara idealisme.

Jika Boleh Memilih (Part 1)

Jika boleh memilih, aku ingin kembali ke masa kecil. Disaat mengenyam bangku sekolah di Sekolah Dasar (SD). Hidup bagiku disaat itu adalah mandi pagi, berseragam dan berangkat sekolah. Bermain sesuka hati, belajar semampuku, makan lalu istirahat. Hidup mengalir tanpa beban. Yang ada adalah tumbuh dan besar ditengah orang-orang yang menyayangi.

Antara Pilihan

Tak ingin rasanya beranjak pergi meninggalkan persinggahan ini ruang sepi yang buatku terhenti diujung jejak-jejak perjalanan itu

Sepi ditengah Keramaian

Sepi ditengah keramaian ini semoga menjadi peristiwa-peristiwa yang indah jika dikenang kembali kelak. Bahwa bagian dari perjalanan ini adalah memupuk cinta diseberang pulau. Atau cinta bersemi dalam kejauhan. atau mungkin Cinta dalam ruang yang berbeda. Atau apapun lah yang menggambarkan cinta yang selalu membersamai waktu-waktu kami.

Untuk yang Terkasih

Sayang..Cinta itu menyembuhkan..ada yang beda saat dirimu hadir disini..dengan segunung rasa yang kau punya..kau menyebutnya cinta..ya sering sekali kau menyebut kata itu,menulisnya,mengungkapkannya,menuliskannya lagi,begitu,sering sekali,terus begitu,seperti tak mampu diungkap oleh kata,seperti tak selesai ditulis dengan pena.

9 Bulan Lagi Jadi Ayah

"Kak barusan saya test pack. Alhamdulillah positif..Sembilan bulan lagi sampean jadi abi..In shaa Allah..:)" Memang baru saja menyapa di perut ibunya. Belum genap sebulan. Masa-masa berat yang mesti dilewati dengan kesabaran. Semoga tidak ada halangan ataupun hambatan yang berarti. Selanjutnya harus mengatur aktivitas sebaik-baiknya sehingga dia tetap terpelihara hingga menjadi manusia seutuhnya dan hadir menyapa dunia. Amin

Dua Hari Cukup

Satu bulan berada berjauhan dan sudah saatnya waktu ini berdialog dengan cinta kembali. Membersamai hari-hari berdua bersamanya, kekasih hatiku. Aku meski sadar bahwa karena pertarungan ini masih berhelat maka tidak ada cukup waktu untuk menyapanya. Dua hari saja cukup untuk dia, untuk memupuk senyum dan bahagia dihatinya.

Dari Politik Ke Peradaban (part 1)

Semangat saya kembali ber-api membaca transkrip taujih @anismatta "Dari Politik ke Peradaban" dalam buku Integritas Politik dan Dakwah.Ini kira-kira isi taujih yang membuat saya bersemangat. Momentumnya tepat untuk membakar jiwa ditengah perang saat ini. Monggo dinikmati..Kedepan ada 3 cita-cita yang akan kita kejar, yaitu: cita-cita politk, cita-cita dakwah, dan cita-cita peradaban.

Dari Politik Ke Peradaban (part 2)

Cita-cita yang harus kita kejar yang ketiga adalah Cita-cita peradaban.Terjemahan implementasi dari apa yang disebutkan oleh Imam Hasan Al Banna sebagai cita-cita tertinggi dakwah kita,yaitu Ustaziatul Alam.Sementara sekarang peradaban barat tidak lagi mampu memberikan semua unsur yang diperlukan manusia untuk berbahagia.Sekarang ada kekeringan yang luar biasa. Sehingga yang dipikirkan oleh barat adalah mempertahankan hegemoni.

Merangkai Hidup Baru

#MerangkaiHidupBaru adalah episode baru yang aku adalah sutradara sekaligus pemainnya.Kenapa kok #MerangkaiHidupBaru padahal kan sudah 1 tahun lebih menikah? 1 tahun lebih menikah adalah episode yang berbeda karena muatan ujiannya berbeda.Kalau boleh aku ingin memberinya nama #MencariFormatHidup

Perjalanan Menuju Menang

Ingin mengurai satu demi satu cerita perjalanan #menang di 2014 ini. Karena ada banyak hikmah yang akan menjadi penguat langkah kedepan..Perjalanan ini harus dicatat karena ada pelajaran tentang perjuangan sungguh-sungguh kita untuk #menang..Kami ingin sefaham bahwa amanah berat ini adalah amanah semua..tugas saja yang beda..Masyarakat sudah tunggu bukti..semoga kami bisa amanah..Semoga ustad Nasaruddin diberi kuat,sehat, untuk penuhi dan perjuangkan hak rakyat.. Semoga istiqomah..Amin

Tebar Inspirasi Hingga Tak Terbendung

Tanggal 10 Mei 2014. Selamat Milad. Semoga usianya berkah. Semoga istiqomah. Semoga menjadi istri sholehah dan kemudian menjadi ibu teladan bagi anak-anaknya. Waktu-waktu belum habis untuk belajar semoga tetap mau belajar, semoga selalu memberi manfaat dimanapun, dan menjadi apapun. Tebar inspirasi hingga sekat tak mampu lagi membendungi arusnya.

Kamis, 18 November 2010

DAKWAH KAMMI MENDOBRAK KEUMUMAN MASYARAKAT BUMI GORA

Judul buku : Gerakan Dakwah KAMMI di Bumi Seribu Masjid, Selayang Pandang Gerakan Pemuda

Penulis : Mawardi Khaeri

Tebal Halaman : xxxii, 227 halaman

Penerbit : KAMMI Daerah NTB

Peresensi : Noval Palandi, S.P

Ada tiga pesan penting dari Mawardi Khaeri ketika menulis buku “Gerakan Dakwah KAMMI di Bumi Seribu Masjid, Selayang Pandang Gerakan Pemuda” bahwa pertama, KAMMI go Public. Buku ini diinspirasi oleh bacaan eksternal yang tidak begitu faham tentang KAMMI, logika sederhana bahwa obyek dakwah yang kesehariannya menjadi tanggung jawab kader kammi untuk mengenalkannya tidak mengetahui tentang eksistensi organisasi ini. Nah untuk itu buku ini lahir bukan hanya menjadi buku wajib para kader KAMMI tetapi juga untuk orang-orang dan siapapun yang ingin mengenal dan memahami KAMMI. Kedua, estafeta sejarah. Buku ini lahir di masa kini untuk bercerita tentang sejarah masa lalu dan prediksi mendepan gerakan KAMMI, sehingga kehadiran buku ini menjadi penghubung cerita dalam kepingan sejarah pada masa yang berbeda. Ketiga, Tradisi literasi. Buku ini muncul sebagai bukti karya intelektual kader KAMMI, bahwa membangun peradaban dapat dimulai dengan mengkonstruk budaya intelektual, budaya ilmiah, menulis, dan membaca, serta berdiskusi tentang karya-karya pendahulu. Dan sekarang kita sedang menikmati dan menciptakan sejarah, karena sejarah adalah relativitas. Memahami sebuah narasi historis memerlukan interpretasi yang kontekstual dan holistik untuk menghindari pemihakan secara apriori.

Buku ini juga lahir dari karya intelektual kaum muda dan menjadi jawaban atas kekhawatiran seluruh kalangan. Di tengah realitas mutakhir bahwa angka pengangguran, penggunaan narkoba, kriminalitas, tawuran dan minuman keras masih menjadi trend yang disematkan kepada generasi muda, dan disaat itu pula buku ini lahir dan membungkam masyarakat sipil, elit politik, sampai pejabat Negara. Kecemasan tersebut sangat wajar, sebagian pemuda adalah harapan masa depan, namun menghadapi berbagai tantangan yang cukup rumit.

Membaca kemunculan gerakan KAMMI, kita terlebih dahulu akan mengkaji sosio-histori sejarah gerakan di Nusa Tenggara Barat, karena relevansi kelahiran KAMMI akan kita temukan irisannya dengan dan setelah mengkaji sejarah masuknya Islam, penjajahan Belanda, dan masuknya organisasi-organisasi politik di bumi seribu masjid ini. Kemudian kita akan menapaki jejak masuk dan berkembangnya Islam di Pulau Lombok, Sumbawa, Dompu, dan Bima. Bacaan ini sangat mempengaruhi bentukan antropogis masyarakat Bumi Gora yang kemudian terjiwai dalam sikap kader-kader KAMMI di Nusa Tenggara Barat.

Kepemimpinan Orde baru selama 32 tahun dengan kuku hegemoninya melahirkan bacaan akan pembunuhan karakter dan potensi generasi bangsa ini, bagaimana tidak represifitas orde baru meninggalkan cerita kelam para aktivis dan mahasiswa yang menginginkan perubahan dan perbaikan kondisi bangsa. Upaya mahasiswa dari zaman ke zaman menemui titik klimaks ketika tahun 1998 dengan bergulirnya reformasi.
Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa mahasiswa Islam merupakan elemen potensial kampus yang paling solid dan kokoh untuk menjadi kekuatan alternatif dalam menggelindingkan bola salju reformasi. Ketika suara umat Islam mulai terabaikan, dan kepentingannya tidak terakomodir maka disaat itu pula umat Islam merasa bahwa merekalah yang memiliki kepentingan untuk menggulirkan orde baru. Dan disaat ini pula KAMMI menemukan momentum untuk tampil di permukaan sebagai kekuatan alternatif mahasiswa berbasis muslim dalam menjawab problematika yang melanda bangsa saat itu. Dengan momentum Forum Silaturrahmi Lembaga Dakwah Kampus se-Indonesia yang ke-X (FS-LDKN ke-X) yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur dan dibentuklah KAMMI yang kemudian tertuang dalam deklarasi Malang.

Setelah bergulirnya reformasi KAMMI menyadari bahwa tugas perjuangan ini belum tuntas, reformasi adalah pintu awal kebangkitan sehingga jejaknya harus dikawal hingga akhirnya menemui cita besar sesuai dengan visi peradaban yang ingin di bangun oleh gerakan Islam, dan KAMMI adalah bagian terkecil yang mendambakan itu, tetapi pasca reformasi menuai harapan dan kecemasan akan implikasi logis dari sejarah yang sedang diukir, sebagaimana M. Taufik Riyadi (Ketua BEM Universitas Indonesia periode 2000-2001) dalam Bergerak Mengawal Reformasi-Epilog Gerakan Perlawanan dari Masjid Kampus-mengatakan bahwa Reformasi Mei 1998 telah melahirkan harapan dan kecemasan. Harapan karena dengan reformasi perubahan kearah perbaikan dapat segera dilakukan, dan kecemasan karena khawatir ia tidak sampai pada tujuannya. Karena Penyelewengan dan pengkhianatan selalu saja menjadi kemungkinan yang menakutkan. Ungkapan ini sejalan dengan kata-katanya Tan Malaka dalam risalahnya yang berjudul Massa Aksi, bahwa setelah rezim otoriter ditaklukan oleh kekuatan rakyat, maka selalu saja ada satu masa yang disebut sebagai masa peralihan. Dan ini sesungguhnya adalah masa yang sangat kritis.

Untuk itu KAMMI menyadari untuk mengokohkan eksistensinya dan melakukan pelebaran sayap demi tugas mulia yang dicitakan. Lahir dan berdirinya KAMMI di berbagai wilayah maupun daerah merupakan implikasi dari semua itu, sehingga menyebar dan berdiri pula KAMMI di bumi Gora, Nusa Tenggara Barat.

Sepulang dari menghadiri dan menjadi delegasi dalam FS-LKD ke-X tim delegasi yang terdiri dari Muhammad Syaeful Bahri (Ketua Umum Unit Kegiatan Ke-Islam As-Siraj Fak. Teknik Unram Angkatan ‘95) dan Palgunadi Bayu Sasongko (Ketua Umum KSI Al-Isra’ Fak. Pertanian Unram Angkatan ‘96) melakukan konsolidasi-konsolidasi dengan pihak-pihak yang terkait di antaranya Eko Anugraha Prianto dari unsur LDK Unram, Unsur-unsur Senat Mahasiswa dan Badan Perwakilan Mahasiswa se-Unram yang dipegang oleh Aktivis Dakwah Kampus saat itu di antaranya Erwin Sudarman, Suryadi Jaya Purnama, Johan Rosihan, M. Khairul Rijal, Iskandar Zulkarnain, Ahmad Jafri, Agil Al-Haddar, dan lain-lain. Sepekan sebelumnya diadakannya rapat formal dengan agenda Rencana deklarasi dan aksi pertama KAMMI-NTB, dan hari Rabu, 13 Mei 1998 M bertepatan dengan 17 Muharram 1419 H, pukul 11.00 WITA dideklarasikannya KAMMI NTB. Pasca berdirinya, KAMMI mulai melakukan pelebaran sayap dan memperkuat pondasi struktural dengan melahirkan 7 KAMMI Komisariat antara lain KAMMI Komisariat Universitas Mataram, KAMMI Komisariat IAIN Mataram, KAMMI Komisariat IKIP Mataram, KAMMI Komisariat Lombok Barat, KAMMI Komisariat Lombok Timur, KAMMI Komisariat Sumbawa Barat, KAMMI Komisariat Bima, dan KAMMI Komisariat Dompu.

Setelah itu KAMMI menorehkan tinta emas dalam sejarahnya di NTB, ketika KAMMI sadar akan peran dan tanggung jawabnya sebagai anak bangsa sekaligus sebagai implementasi permahaman terhadap kesempurnaan Islam. KAMMI mencoba menyadari bahwa apa yang dirasakan oleh kita dan bangsa ini adalah akumulasi dari peran-peran antar generasi bangsa ini, dan KAMMI sadar bahwa cara terbaik dalam menghargai para pendahulu adalah dengan mengulangi kebaikan-kebaikan yang mereka torehkan di masa lalu, agar apa yang diperoleh di masa depan bagi umat dan bangsa ini adalah kejayaan yang terberi.

Karena itulah kader KAMMI seperti elang yang selalu menebar kebaikannya, Syamsudin Kadir dalam pengantar buku Mengapa Aku mencintai KAMMI: Serpihan Hati Para Pejuang mengatakan “memiliki kesadaran keberlanjutan perjuangan seperti elang yang menghadang angin yang akan terus saja menerjang. Mereka adalah elang-elang muda. Maka masa depan Indonesia-bahkan umat manusia-adalah elang-elang muda itu. Elang muda yang tumbuh dalam lingkungan kebaikan dan cinta. Elang muda yang berhasil memebangkan kecenderungan kebaikannya (taqwa) atas ego kejahatannya (fujuur). Yang akan terus menerus tumbuh besar untuk menghadang angin. Terus menerus hingga angin kelelahan dan pulang”.

KAMMI sesungguhnya ingin menjadi dapur manusia dan pemimpin ditengah krisis dan musibah nasional terbesar yang di alami oleh bangsa ini. M. Anis Matta, LC dalam bukunya Dari Gerakan ke Negara mengatakan bahwa krisis kepemimpinan nasional-saat ini-adalah musibah nasional terbesar, yang pernah dialami bangsa kita sepanjang sejarah kemerdekaan. Ini merupakan suatu potongan sejarah yang disebut masa kekosongan kepemimpinan karena dalam masa ini ada pemimpin yang tidak memimpin.
Oleh karena itu harapan terbesar adalah setiap kader KAMMI akan menempati pos-pos strategis pengambil kebijakan sehingga mampu menyebar kebaikan hingga keseluruh pelosok negeri.

Dan kita memiliki potensi untuk melahirkan manusia (meminjam istilahnya Anis Matta) abad ke-21, asalkan seluruh elemen mendukung dalam proses ini. Keyakinan ini mengingatkan kita tentang ungkapannya DR. Yusuf Qardhawi bahwa “kalau saja kita diberi kebebasan selama dua puluh tahun untuk membina umat, tanpa gangguan dan tekanan penguasa atau konflik dengan mereka, itu sudah cukup untuk mengembalikan kejayaan umat Islam kembali”.

Dalam Garis-garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) difahami ada empat paradigma gerakan KAMMI, yaitu pertama, KAMMI adalah gerakan tauhid, kedua, KAMMI adalah Gerakan Intelektual Profetik, Ketiga, KAMMI adalah Gerakan Sosial Independen, dan keempat, KAMMI adalah Gerakan Politik Ekstraparlementer. Paradigma Gerakan ini difahami seluruh kader tanpa memandang jenis kelamin laki-laki ataukah perempuan. Masing-masing memiliki kesempatan yang sama dalam menggapai keridhaan dan kedudukan terbaik di hadapan Allah SWT.

Diawal kehadirannya di NTB peran strategis kader-kader putri (akhwat) KAMMI cukup signifikan dalam mendobrak kultur di bumi Gora. Di balik kesuksesan para pemimpin selalu saja ada peran perempuan hebat dibaliknya. Di balik keberhasilan dari perjuangan KAMMI, akhwat (muslimah) KAMMI juga mengambil peran penting, misalnya pada kasus pelarangan jilbab. Ikhtiar kader akhwat KAMMI dalam mendobrak kebijakan pelarangan jilbab pada foto ijazah dari waktu ke waktu hingga menemui jalan terang dan mendapatkan resmi dari sekolah-sekolah. Pilihan-pilihan langkah yang diambil oleh kader-kader KAMMI terutama para kader akhwatnya merupakan pilihan yang mendobrak keumuman masyarakat NTB, dimana langkah-langkah ini adalah langkah yang sangat tabu dimata masyarakat pada umumnya, dan inilah yang kemudian melahirkan kekhasan kader KAMMI sebagai generasi ghurabah.

Para pejuang Muslimah KAMMI dahulu, sekarang tidak sekedar menjadi kader kacangan di negeri ini tetapi orang-orang yang telah menempati posisi strategis di pemerintahan. Orang-orang yang berkat kesungguhan ikhtiarnya mendapatkan buah yang bisa dipetik tidak hanya oleh mereka saja tetapi juga oleh masyarakat yang mengharapkan uluran tangan dari mereka.

Napak tilas kader KAMMI dari seluruh kepingan cerita kesuksesan dan keberanian mereka melakukan penjajakan pola perjuangan baru di Bumi Gora membuat kita tersentil untuk mengkaji lebih dalam tentang hal apa yang kemudian membuat mereka lahir seperti ini, membuat kita mengkaji filosofi gerakan yang terwarna dalam pola fikir, pilihan sikap, dan perjuangan kader KAMMI dalam menembus batas keumuman masyarakat NTB masa kini.

Secara idialitas kita menatap filosofi gerakan KAMMI sebagai konsepsi mendasar tentang fondasi yang kemudian mengerucut pada semua konsep yang pada akhirnya didialogkan dalam visi periode yang merupakan lompatan-lompatan yang dikaji berdasarkan kearifan lokal, dan akan bermuara pada tujuan mewujudkan bangsa dan Negara Indonesia yang Islami.

Obyektivikasi tentang filosofi gerakan KAMMI menemukan alasan besar tentang bentukan setiap kader KAMMI yang tertuang dalam misi gerakan yang salah satunya adalah membina ke-Islaman, keimanan, dan ketaqwaan mahasiswa muslim Indonesia. Terinspirasi oleh kelompok kecil yang ada di rumahnya seorang Arqam bin Arqam, yang memulai kultur intelektual dan lompatan peradaban yang di bangun Rasulullah dari sana.

Tetapi fakta mutakhir tentang kondisi generasi ini membuat kita harus mengakui bahwa ada gap antara teori dengan praktek. Hari ini kita kehilangan pijakan, wahyu yang seharusnya kita tatap sebagai sesuatu yang mulia dan kita referensikan terlupakan. M. Anis Matta, LC mengatakan “kita membawa sebuah misi besar dan menghadapi sebuah realitas yang sangat kompleks tetapi dengan akal yang sederhana, biasa melakukan penyederhanaan yang berelebihan, dan generalisasi yang salah kaprah. Dengan realitas ini kedepan kita tentu harus menajamkan posisi dan peran KAMMI.

Gerakan Dakwah Tauhid, sesungguhnya gerakan membebaskan manusia dari penghambaan selain Allah merupakan titik awal menemukan eksistensi kader KAMMI dan memahami secara mendalam bahwa sesuangguhnya sebelum menjadi kader mereka adalah hamba Allah yang harus taat kepada-Nya. Setelah itu mendeklarasikan tata peradaban dan menjadikan Islam sebagai rahmatan lil’alamin. Dan dakwah KAMMI bukanlah pragmatistik, bukan juga reaksioner, tetapi gerakan yang pilihannya adalah pilihan filosofi, mengandung nilai-nilai universal wahyu yang dikonstruk ke dalam perjuangan yang berkelanjutan.

Profetisme gerakan adalah langkah mengubah nasib manusia, mencerahkan, dan berjuang menggerakkan massa. Misi kenabian ini kemudian tersirat dalam Q.S. Al-Imran ayat 110 yaitu konsep tentang umat terbaik, aktivisme sejarah, pentingnya kesadaran, dan dan berilmu sebagai etika profetik.

Gerakan kritis, kultural, dan pembebasan adalah manifestasi dari gerakan sosial independent yaitu gerakan kritis dalam merekonstruksi peradaban manusia berbasis tauhid, gerakan cultural yang berakar pada nurani kerakyatan, dan gerakan pembebasan dari hegemoni kekuasaan yang represif.

Realitas hukum rimba yang terermin dalam sistem bernegara kita hari ini membuat KAMMI merasa bahwa tirani ini harus dilawan, bukan mengkampanyekan konfrontatifisme tetapi memberikan gebrakan terciptanya demokrasi yang egaliter, kemudian melakukan pencerdasan terhadap masyarakat baik secara struktural maupun kultural.

Orang tua biasanya berbicara nostalgia masa lalu, berbicara tentang apa yang telah digoreskan dalam sejarahnya, sedangkan anak muda berbicara masa kini dan masa depan, strategi gerakan yang hendak dituang dalam langkanya hari ini dan ide cerdas serta cita-cita besar yang ingin diraihnya esok hari. Salah satu motivator yang menginspirasi dunia asal Libanon-Nido Qubein mengatakan masa lalu adalah tempat yang indah untuk dikunjungi tetapi tempat yang buruk untuk tinggal. Sehingga masa lalu menjadikan batu lompatan kita untuk bermimpi tentang hari esok. Tugas kita adalah berangan, bermimpi tentang hari esok, sembari menyusun kekuatan untuk membangun dunia dan menjayakan Islam, Hasan Al-Banna juga pernah mengatakan mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok. Dengan itu kemudian KAMMI juga menyusun kekuatan masa datang, KAMMI memformulasi khittah perjuangan tentang KAMMI dengan mahasiswa-gerakan kepemudaan, institusi pendidikan, gerakan Islam, rakyat, elemen masyarakat, partai politik, pemerintah dan media massa yang kesemuanya merupakan elemen yang bersentuhan langsung dalam mendukung dan mensukseskan eksistensi dan visi yang menjadi cita-cita KAMMI.

Buku “Gerakan Dakwah KAMMI di Bumi Seribu Masjid, Selayang Pandang Gerakan Pemuda” karya Mawardi Kheri ini adalah ekspresi intelektual kader KAMMI yang ingin melakukan transformasi nilai melalui sebuah karya menulis. Buku ini KAMMI banget, kental dengan nuansa idiologi, nilai Islam yang mengakar, syarat historis, romantisme perjuangan yang penuh warna, dan sangat menghargai para tokoh gerakannya.

Buku ini bagus dan tepat dibaca oleh kader-kader KAMMI untuk semakin menginternalisasi nilai ke-KAMMI-an, mengokohkan jati diri sebagai kader karena buku ini meriview sejarah KAMMI dengan latar perjuangan yang penuh keringat dan air mata. Serta buku ini cocok dibaca oleh orang-orang baru yang ingin bergabung di barisan KAMMI, serta masyarakat umum yang ingin mengenal sepak terjang KAMMI terutama KAMMI NTB karena karya Mawardi Khaeri ini mengulas hal-hal mendasar tentang konsep gerakan KAMMI serta rekomendasi kedepan tentang arah langkah yang akan di jejaki KAMMI.

Namun buku ini cenderung eksklusif, karena monoton berbicara tentang KAMMI. Buku ini tidak banyak mengulas tentang irisan yang begitu erat antara KAMMI dengan gerakan pemuda di luar KAMMI yang se-visi, dan memiliki ritme yang sama dalam mengokohkan eksistensi mereka serta mengangkat isu-isu yang seirama dan kontekstual saat itu.

Selasa, 16 November 2010

USIA YANG HAMPIR SENJA (Persembahan dihari Jadi)

Rentang waktu…..
terkadang membuat kita lupa bahwa kita semakin dewasa

Rentang waktu…..
terkadang membuat kita lupa bahwa kita telah melanggar titah Yang Kuasa

Rentang waktu…..
terkadang membuat kita sadar bahwa kita hanya manusia yang tak punya apa-apa
selain jasad yang tak berguna

Rentang waktu…..
terkadang membuat kita sadar bahwa Tuhan tidak melihat harta dan rupa
melainkan hati yang ada di dalam dada dan amal jasad yang lata

Walau Einstein berkata bahwa rentang waktu itu berbeda
tergantung dalam keadaan apa kita berada
Namun Tuhan telah berkata,
“Hanya Akulah yang tahu umur manusia”.

Sekuler barat berkata,
“Waktu adalah dollar di dalam kantung”

Namun Hasan Al-Bana berkata,
“Waktu adalah pedang, potong atau terpotong”.

Waktu…..
Alam terus menari dalam simfoninya

Waktu…..
Umur manusia didikte olehnya

Waktu….. setiap detaknya
memakukan kita di persimpangan jalan Tuhan atau jalan setan

Rentang waktu…..
semoga tak melalaikan kita tuk terus berjalan di jalan-Nya

Waktu….
Mempertemukanku di titk puncak usia yang hampir senja..

Waktu…
Membuatku terbelalak menatap usia yang telah pergia dengan segala nodanya

Waktu…
Membuatku harus berdiri kokoh, menatap masa depan dengan cita hidup yang mulia

Allahu Akbar,..!!!

Kamis, 11 November 2010

DIALOG KULTUR

Dialog antar kultur, mungkin ini bahasa yang menurutku tepat untuk judul sebuah tulisan yang berangkat dari obrolan lewat telfon seluler. Dialog yang muncul dilatar belakangi oleh kesamaan cara pandang melihat satu obyek diskusi di jejaring sosial. Ketika itu aku menyitir ungkapan Presiden pertama Repulik ini yang mengatakan bahwa berikanlah aku seribu pemuda maka akan ku cabut Sumeru dari akarnya dan berikan aku satu pemuda maka akan ku guncangkan dunia. Status yang aku perbarui dengan bahasa daerah dengan asumsi teman-teman bisa memaknai ungkapan itu dan mejadi motivasi tersendiri ketika berbuat sesuatu.

Ketika sinyal kebaikan itu begitu kuat memancar dan terjiwai dalam konsep berfikir dan pola sikap maka dialog itu muncul dan mengalir seperti air, deras, dan menghadirkan khasanah yang tidak pernah ku temukan sebelumnya. Selayaknya diskusi pada umumnya tentu selalu ada titik kesamaan dan selalu ada sisi perbedaan yang muncul. Berkembang dan memperkaya. Sehingga proses ini sampailah pada kesempatan untuk membuka ruang dialog lebih besar. Kutipannya kira-kira begini :

Visionis : Saya sang Visionis,..
Unik : Ohh iya,..sepertinya kita pernah bersua di masa lalu.

Visionis : Oiya,..barangkali kesamaan visi membuat kamu merasa kita pernah
bersua sebelumnya..tapi mudah-mudahan itu adalah saya..
Unik : ohh gitu,..okey lah..

Visionis : Saya ingin melontarkan satu pertanyaan buat kamu,..dan ini penting buat saya,..

Unik : Emang mau Tanya apa,..tapi sepertinya saya kemungkinan besar tidak bisa menjawab pertanyaan kamu,..karena saya merasa kamu tahu semuanya,..

Visionis : Jangan merendahlah,..
Unik : Ga,..saya beneran,..

Visionis : Tapi gak masalah karena barangkali filosofi padi cukup dijiwai,..
Unik : owh gitu,..iya emang semua pejuang disini kan mengikuti filosofi padi,..

Visionis : Iya tapi kan kalian sangat phobi terhadap nyanyian, dan lagu-lagu,..
Unik : kata siapa,..kita tidak mungkin kaku karena kalau kaku kita bisa dijauhi,.

Visionis : Iyakah..? Salah satu hal yang saya khawatirkan ketika komunikasi lewat phone seluler dengan kamu adalah adanya persepsi kamu beda, dan tafsir mu salah. Kenapa kemudian saya katakana seperti itu, saya ini kan orang nya cenderung diplomatis, sehingga kemudian membuka ruang tafsir orang terhadap bahasa sms saya.
Unik : Terus,..

Visionis : Saya pernah punya pengalaman, ketika dahulu saya sering komunikasi dengan teman-teman yang secara priomordialitas mereka sangat dekat dengan kamu. Dimana mereka dalam kacamata budaya jika dilihat secara nasional kalian sangat normatif-cenderung Islami banget..Cuman kalau ketika berbicara tentang interaksi dengan lawan jenis sensitivitas mereka itu berlebihan.
Saya pernah komunikasi sama teman seperjuangan kamu dan berbicara tentang intensitas komunikasi saya dengan saudara perempuan saya di Jogja, dan dia memberikan respon yang sangat kaku dan mengatakan beda wilayah beda kultur. Jadi saya menafsirkan kalau NTB itu kaku.
Unik : Tidak perlu belajarlah tetapi medan dakwah memaksa kita melakukan
improvisasi terhadap cara kita menyampaikan pesan dakwah..heh

Visionis : Sedikit tapi banyak itu lebih baik dari pada banyak tapi sedikit. Saya mau Tanya solusi terhadap problem yang muncul di rumah kami ini. Rumah Kita ini kan baru dibangun, makanya konsepnya apa?lompatan2 kamu mungkin bisa dibagi
Unik : Teman-teman kemarin kan kesana, masa tidak ada dialog minimal ada
transformasi tentang cara membangun konsep baru, strateegi baru,..

Visionis : Ohw begitu ya,..tapi teman-teman gak mampir juga.
Unik : Emang kata teman saya gimana?

Visionis : Kamu kan tahu sendiri kalau teman-teman kita dimanapun berada
memiliki kemampuan motivasi yang berbeda dengan orang lain, teapi ya gitu kita kan tidak butuh bahasa motivasi kita butuh solusi yang produktif bagi kita.
Unik : Sesuaikan dengan kondisilah,..Misalnya gayanya teman-teman kita ya jangan terlalu dipakasakan dengan kondisi masyarakat..Kalau bersosialisasi dengan masyarakat maka gaya dan sikap kita tidak harus kaku karena pola tindak kita akan jadi ukuran bagi masyarakat..Apalagi kondisi orang-orang di sekitar rumahmu itu kan keras-keras tuh makanya tidak bisa terlalu kaku,..
Kalau saya mikirnya sederhana, saya dulu pernah di ajak oleh rumah yang lain karena mereka lebih fleksibel, maksudnya mereka lebih bisa menghargai pola piker kita yang masih belum terasah, tapi karena saya berusaha mencintai rumah ini ya jadinya saya bisa bertahan disini..tapi cara mereka mengajak kita gabung itu lebih fleksibel..


Visioner : berarti kita hanya diminta mencintai aja terus titik gitu??
Unik : Itu kan pilihan kawan, seperti pernah kamu sampaikan bahwa masa mau dipaksakan untuk mencintai??hehehe bahasa mencintai sensitifi euy,..haha

Visioner : Tapai kalau sudah ada cinta,..cinta,..gitu kayaknya kamu lebih tahu deh,..soalnya saya kalau berbicara cinta cenderung melankolis,..haha
Unik : Tapi gak masalah bro,..justru dengan kondisi teman-teman seperti
sekarang ini saya justru sepakat gaya yang digunakan itu cenderung melankolis,..haha

Visioner : yeahhh….Saya itu kan dulu kena kebijakan wajib militer,..tetapi
kemudian dikembalikan ke rumah dan masyarakat saya,..saya meresa dirumah saya hari ini tidak cenderung membebaskan, cenderung mengekang, cenderung tidak membiarkan kita berproses ala kita, karena setiap kader itu memiliki cara masing-masing untuk kemudian mengejar cita-cita di rumah ini. Dan saya merasa dirumah kita saat ini cenderung represif..Dan kulturnya membuat kita harus terus mengalah dan ikut ritmenya..sehingga kemudian saya memilih minggat..walaupun dulu saya sudah didepag untuk tidak menjelajah kemana-kemana,..
Dalam proses situ cara pandang kita terhadap rumah itu relative dimanjakan,..sehingga rumah ini sudah tidak istimewa lagi,..
Tetapi ketika ada dekrit untuk kembali ke rumah ini ya tak ada bahasa untuk menolak dan membangkang,. Karakter yang dibentuk dalam organisasi kita mengekspresikan sikap, pola pokir, cara pandang, dan sebagainya,..

Dan satu hal kawan bahwa ad apemikiran yang salah tentang Dompu ini. Dompu ini menjadi seperti ini karena persepsi masyarakatnya. Contoh kecil saja bahwa banyak mahasiswa asli dompu yang kuliah ke luar kota tidak ingin kembali ke Dompu karena merasa tidak mendapatkan apa-apa di Dompu. Padahal maju mundurnya Dompu ini tergantung creator-kreator di dalamnya..
Gitu juga kammi tidak kreatif, tidak sense, pendekatannya cenderung birokratis, formalis, birokratis..
Terjadi gap dinamikan antara subyek dakwah dengan obyek dakwah dimana dinamika yang terjadi pada obyek dakwah tidak mampu dikerjar oleh subyek dakwah..

Unik : Kalau saya berfikir tentang kaderisasi pribadi, karena kalau structural saya sudah cukup mumet karena hanya terlihat formal saja tanpa memberikan nilai yang lebih, jadi bergerak nya kita itu hanya fisiknya saja tapi tanpa nilai, jadi saya berfikir bahwa, okeylah masing-masing komsat itu punya otonomi bebas, mereka harus mengembangkan konsepnya masing-masing dan menyesuaikan dengan kondisi kearifan local masing-masing. Karena Lombok dan Bima itu berbeda, sehingga kalau Bima di ajak formalitas cendrung susah mereka lebih condong informal, kultural,

Kita bukan organ eksiten tetapi nilai, tidak perlu memaksakan gaya kita tetapi kita sesuaikan dengan gaya mereka dan kita masuk untuk memberi warna, dan justru lebih efektif..Makanya gunakan bahasa antum sekalian untuk melakukan pendekatan. Bagaimana coba ketika mahasiswa di daerah Bima-Dompu cenderung konfrontatif, sehingga bagaimana cara kita melakukan pendekatan terhadap kultur mereka. Satu hal bahwa dakwah itu mengikuti geografis..
Kita juga melihat sesuai tidak bisa langsung menjustifikasi sesorang, ketika pada waktunya NTB atau Indonesia berada pada zona aman, maka perempuan keluar malam, maka silahkan saja..

Nah, penggalan diskusi yang beberapa hal sudah disempurnakan ini memberi warna tentang hasil dialog dua kultur yang berbeda, berbeda karena pengalaman hidup dan proses hidupnya yang berbeda, sehingga bentukan pola pikir dan pilihan sikapnya dalam menentukan media menemukan idialisme jug berbeda pula..







Jumat, 05 November 2010

KELUARLAH SAUDARAKU

Saudaraku kau tahu bencana datang lagi
Porak lagi negeri ini
Hilang sudah selera orang-orang untuk mengharap
Sementara jiwa-jiwa nelangsa itu
Sudah sedari lama berbaris-baris memanggil-manggil

Keluarlah keluarlah saudaraku
Dari kenyamanan mihrabmu
Dari kekhusuan I’tikafmu
Dari keakraban sahabat-sahabatmu

Keluarlah keluarlah saudaraku
Dari keheningan masjidmu
Bawalah roh sajdahmu ke jalan-jalan
Kepasar-pasar ke majelis dewan yang terhormat
kekantor-kanotr pemerintah dan pusat-pusat pengambilan keputusan

Keluarlah keluarlah saudaraku
Dari nikmat kesendririanmu satukan kembali hati-hati yang berbserakan ini
Kumpulkan kembali tenaga-tenaga yang tersisa
Pimpinlah dengan cahayamu kafilah nurani yang terlatih
Di tengah badai gurun kehidupan

Keluarlah keluarlah saudaraku
Berdirilah tegap di ujung jalan itu
Sebentar lagi sejarah kan lewat
Mencari actor baru untuk drama kebenarannya

Sambutlah saja dia
Engkaulah yang ia cari,..

Rabu, 03 November 2010

MENGANTARKANKU PADA MOMENTUM YANG TEPAT

Perjalanan panjang mengantarkan ku harus berhenti dan pindah pada kereta jurusan kota itu. Dahulu aku besar dan meraup selembar rupiah di kereta jadul demi menghidupi dunia idealisme yang bibitnya hasil fermentasi antara berbagai kelompok gerakan yang dahulu menyusuri garis perjuangan bangsa ini. Pada etape itu ketika aku harus berdialog dengan lingkungan sosio-antropologi yang berbeda dengan dunia tempat aku disulap menjadi seperti anak kecil yang melankolis dengan sejuta idealita yang terobsesi menyatu dalam konsep berfikir dan visi hidup yang menurutku ketika itu adalah pondasi. Fase itu membuat semuanya harus runtuh kecuali nilai normatif yang aku fahami tak mampu digeser oleh apapun.

Ruang hidup yang begitu baru menurutku melahirkan tidak hanya sekedar dialog tetapi benturan dan peperangan. Benturan kultur asal dengan sosiologis masyarakat yang begitu menghargai prinsip anti kemapanan. Darah berkesimbah di tanah yang saat itu aku ditakdirkan menjadi Raja. Menurut catatanku aku tidak punya prestasi hebat di kerajaan itu tetapi barangkali rakyat di negeri itu melihat lompatan sejarah yang terekam dalam jejakku menjadi ruang ijtihad yang membuatku harus terpaksa berdiri di garda terdepan. Dengan perdebatan yang sangat akut, mengantarkan pada titik temu yang cukup mendamaikan seluruh pelosok kerajaan. Ada penat yang hilang digantikan oleh rasa lega yang diselimuti oleh optimisme dan janji produktivitas dakwah yang membuat kita berani bermimpi, berani bernyanyi lepas di jagad itu.

Aku juga manusia, yang kesempurnaannya adalah keterbatasan itu sendiri. Mimpi itu akhirnya kering meronta, lemas tak bergejolak memompa barisan juang saat itu. Dunia mengamuk, rakyat berkoar minta keadilan Sang Raja. Di sudut negeri duduk Sang Raja dengan performa sosial yang begitu tinggi lebih dari sekedar status sosial seorang raja. Tersenyum, wajah merona, idenya mengalir deras tak terbendung, rekayasa konstruksi sebuah gerakan terpola dalam sorotan akan masa depan yang begitu indah. Kala itu begitu indah karena bergumul dalam epistemologi konsep yang begitu menjanjikan kedirian, kelincahan gerakan, dan rekayasa sosial yang sudah cukup mapan, walau di sudut lain disana ada sekelompok kecil anak manusia menatap semua ini utopis.

Hampir satu dekade terlewati dengan dialog panjang yang hingga kini mungkin tak kunjung usai. Tetapi dalam renungan panjang kutemukan satu semangat untuk melompat lebih tinggi dan menerobos ruang yang represif ini. Yang pasti aku ingin merdeka seperti sediakala, aku ingin terbang sepuasku, aku ingin bermesraan dengan awan putih yang memberi warna baru bagi birunya langit di atas sana, mereka sepertinya merasakan kehidupan yang lebih indah, mereka menari dan bernyanyi, berjalan dan berlari hingga ujung dunia, aku ingin seperti mereka tapi aku tidak ingin terbang hingga keluar angkasa. Aku ingin tetap disini dirumah dan kerajaan kita tercinta.
Rintangan itu begitu sulit, ku menerobosnya, sampai aku merasa semua tak pernah ada, berbondong-bondong manusia melewati gerbang diperbatasan sana tapi tak pernah menyapa, tak pernah menghampiri, aku merasa seperti berada di alam lain-dunia metafisik. Di jalan itupun aku temukan bongkahan kereta jadul itu, kereta produk asli negeri ini tetapi lahir disaat para imperialis menjajah kemerdekaan para pribumi.

Tak ada satu sudut kereta jadul itu yang tidak ku sentuh. Bahan asli kereta itu bagus, mesinnya masih kuat hingga sekalipun harus mengelilingi negeri ini, mengumpulkan keping-keping sejarah yang masih tersisa, kultur-kultur intelektual yang masih diterangi oleh lilin-lilin klasik. Ini potensi besar yang harus di jarah, di renovasi, diperindah menjadi kekuatan baru yang akan menjadi sumber inspirasi. Sepuluh tahun negeri ini ku jejaki dengan kereta jadul yang tak bertuan itu, rasanya seperti pendekar sakti yang telah menaklukkan naga pengganggu dan sumber keresahan, lega rasanya. Kini aku siap berdiri di perbatasan kota untuk melawan penjajah baru, aku ingin berdeklarasi tuntaskan misi perjuangan ini.

Lompatan itu memberi semangat untuk menjadi reformis sejati. Hingga proses dialog dan berdamai dengan alam telah usai. Disaat itu pula kereta baru hadir menjanjikan segala cerita indah, ada pejuang disana dengan segala persenjataan lengkap, tapi rel kereta belum usai di konstruk, masih butuh energi baru, ide baru, semangat baru. Hingga aku harus memilih dan bertanggung jawab menjadi arsitek perjuangan dikereta itu.

Menyelemi lebih jauh samudera perjuangan yang dilewati oleh para pejuang ini, hingga harus menjaga ritme untuk menjaga keindahan gerak. Bahasanyapun menggunakan bahasa sansekerta walau beberapa menemui akulturasi hingga asimilasi bahasa lewat proses yang dibenturkan. Aku mengeluh, penatku kambuh, langkah ini tiba-tiba terhenti oleh irama yang cukup asing bagi gerakku. Aku harus belajar melompat untuk bisa melompat, aku harus membuat sayap dan belajar melambaikannya untuk bisa menggapai awan putih disana. Dan ternyata adaptif semua diluar dugaan peta itu diketengahkan secara gamblang, konprehensif. Aku harus membaca simbol dan pertanda ini untuk merekonstruksi kondisi alam yang sangat stagnan.

Aku hadir pada momentum yang sangat tepat, birokratisme ditubuh gerakan ini tidak boleh menggurita, sakralitas ini sungguh tidak proporsional, ini salah satu sumber tersumbatnya siklus proses membentuk manusia, kemudian sensitivitas yang nihil membuat kita seperti robot, egosenstri dan egomani komunitas yang membuat kita terlalu bereuforia dan menutup celah penyempurnaan dari orang lain. Tatapan ini adalah diagnosa sederhana yang menyimpulkan kita seperti momok bagi obyek transformasi kita.

Membedah solusi akan menghasilkan produktivitas demi menhindari kebencian sang pencipta terhadap kita-Allahu Rabbal ‘Alamin (As-Shaff : 4). Kajian sosio-antropologi dakwah kekinian dan kedisinian mengawali lompatan ini. Meminta kita membuka lebar-lebar rahasia alam tentang struktur manusia, psiko-sosio, dan kemapanan yang muncul dari proses interaksinya dengan segala hadapan mereka. Yang kedua kita butuh sadar bahwa tak ada mutualitas materi dalam kerja transformasi, semua adalah metafisik-ghaib tentang balasan baik maupun buruk yang akan kita peroleh sehingga sensitivitas terhadap obyek dakwah ini perlu di asah untuk memahami lebih jauh tentang kebutuhan mereka dan solusi kita untuk menjaga kenyamanan mereka bersama barisan pejuang ini, dan terakhir sepertinya kita sejenak harus menanggalkan baju-baju kebesaran kita untuk berada di luar garis tempat kita berdiri-sekedar hanya untuk mebaca utuh tentang kelincahan gerakan kita, sesekali kita perlu merekam aksi kita dilapangan untuk menilai sejauh apa kelincahan kita bermain bola, sehingga tak ada waktu sedetik untuk tidak melakukan penyempurnaan, tak ada diksi menunda mengatakan tidak mungkin. Semua akan indah pada waktunya, bukan dengan apatis dan pasif tetapi dengan aksi dan gerakan.

Wallahu alam,.
Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. Amin